33

1.8K 135 37
                                    

◽Selamat Membaca ◽

_____

“Papa baru pulang, Om. Mau ngobrol? Biar Juna kasih Papa.”

“Boleh.”

Juna duduk kembali ke sofa, setelah memberikan ponselnya pada Papa yang tengah menikmati makan malam bersama Mama. Aneh sekali, padahal bisa saja Om Handika menghubungi Papa melalui nomornya sendiri.

Ia jadi penasaran, apa yang sebenarnya sedang di bicarakan Papa dan Om Handika, mengapa terdengar begitu sangat penting. Tapi, Juna juga tidak ingin terlihat ikut campur.

“Ayo, Jun.” Ucap Manggala yang membuyarkan lamunan Juna.

Ia menoleh, memperhatikan Mama dan Papa yang sudah rapi. “Mau kemana?” tanyanya heran.

“Rumah, Gladis.” Jawaban Mama sukses membuat Juna penasaran.

Tapi, ia tidak ada niatan untuk ikut, pertengkarannya dengan Gladis seminggu yang lalu membuat Juna enggan bertemu cewek itu. “Mama sama Papa aja, Juna di rumah.”

Mama mengernyit. “Gladis sakit, kamu nggak tahu?”

Juna langsung berdiri dari sofa. “Maksudnya?”

“Dia cariin kamu terus.”

“Om Handika nggak bilang apa-apa tadi.”

Papa menghela napas. “Mana mungkin Dika sampai bilang ke kamu dulu, yang ada kamu pasti nggak tenang.”

“Juna ambil jaket dulu.”

Pikiran Juna jadi benar-benar tidak tenang.

❤❤❤

Gladis meninggalkan Papa dan Mama ke lantai atas, setelah menyapa mereka di ruang tamu. Dia baru pulang kuliah, dan ini sudah pukul delapan malam.

Handika mengusap bahu Sarah, mereka tengah menonton televisi, keadaan damai itu harus berakhir karena pembantu di rumah mereka yang tiba-tiba datang, mengatakan jika ada yang ingin bertemu Sarah di luar.

“Siapa Bi?” tanya Sarah.

“Non Bella.”

Sarah mengernyit, ia menatap Handika sekilas. “Kenapa nggak di suruh masuk aja Bi?” tanya Handika.

“Sudah Tuan, tapi Non Bella nggak mau.” Bibi seperti gugup, matanya bergerak gelisah.

“Biar saya yang keluar.”

Sarah berjalan pelan menuju pintu utama. Handika yang semula fokus menonton televisi, tiba-tiba dikejutkan dengan teriakan Sarah yang begitu histeris. Ia berjalan keluar dengan tergesa, menghampiri istrinya yang sudah akan terjatuh jika tidak berpegangan pada meja kayu.

“Sayang.” Handika menopang tubuh Sarah. “Ada apa?”

Ucapannya berhenti, kala melihat Bella yang berdiri sambil menunduk. Tidak ada yang berubah dari penampilan gadis itu sejak terakhir kali mereka bertemu, rambut panjangnya, tinggi badannya, gaya berpakaian, semuanya masih sama.

TroubleMaker Girl 2 (TRUST) 💋 (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang