■ Selamat Membaca ■
_____Hanya ada dia dan Gladis di rumah besar Om Handika. Keadaan rumah begitu sepi, saat Bella ke dapur untuk mengisi air mineral di botol yang sering ia bawa ke kamarnya.
Langkah kakinya terhenti, saat ia melihat Gladis sedang duduk di kursi makan sambil memainkan ponsel dengan wajah yang di tekuk. Laptop dan beberapa buku berserakan di meja, sepertinya gadis itu tengah mengerjakan tugas kuliah.
“Dis, lagi ngapain?”
Gladis menoleh, sekilas. Tangannya kembali sibuk mengetikkan sesuatu di keyboard, lalu sesekali menunduk untuk membaca beberapa deret tulisan di buku catatannya. “Ngerjain skripsi.”
Bella mengangguk, ikut duduk di sebelah Gladis setelah mengisi botolnya.
Ia bisa melihat betapa seriusnya Gladis dengan buku dan laptop. Ia sesekali mengacak rambutnya karena frustasi dengan kata-kata yang tidak tepat. Bella tersenyum tipis, dalam hati ia merasa begitu iri dengan Gladis yang beberapa bulan lagi akan menyelesaikan kuliahnya.
Berbeda dengan Bella yang harus putus di tengah jalan. Tanpa sadar tangan Bella bergerak untuk mengusap perutnya yang membesar di balik dress oversize yang ia kenakan.
“Hm, Bel gue kira lo udah ke atas lagi.” Gladis baru menyadari jika Bella masih duduk di sebelahnya.
“Gue masih di sini, Dis.”
Gladis memutar tubuhnya menghadap Bella. Memperhatikan Bella yang tampak melamun, entah memikirkan apa. “Dokter bilang, lo nggak boleh mikir yang berat-berat.” Katanya.
Bella menoleh, tersenyum ke arah Gladis. “Nggak kok.”
“Kalau ada apa-apa cerita aja Bel, sama gue atau Mama.”
Bella mengangguk. Ia jadi merasa sangat bersalah, sikap Gladis yang biasa-biasa saja meski Bella sudah menyakitinya berkali-kali. Seperti sebuah tamparan tak kasat mata untuknya.
“Semalam, gue—“
“Mama pulang.”
Gladis menutup laptop dan merapikan bukunya buru-buru. “Mama pulang Bel, nanti aja ya kalau mau cerita. Gue ada perlu dikit sama Mama soalnya, kalau nggak lupa gue main ke kamar lo nanti malam.”
Gladis mengejar Mamanya yang baru saja menaiki tangga, Bella bisa mendengar mereka sedang membicarakan sebuah desain baju yang baru saja selesai digambar Gladis. Bella menghela napas, padahal ia ingin menyampaikan informasi penting pada Gladis. Tapi, ya sudahlah. Mungkin nanti.
❤❤❤
Gladis melupakan janjinya untuk menemui Bella. Setelah menyelesaikan beberapa halaman untuk skripsinya, ia kedatangan Dera, Anya dan Keyzha. Mereka menonton drama di kamar Gladis sambil memesan banyak makanan.
Sampai akhirnya Keyzha menceletuk. “Dis, gue baru tahu kalau lo putus sama Juna.”
“Udah lama, Zha.”
“Putus kenapa?”
“Nggak cocok lagi.”
Keyzha menaikkan sebelah alisnya. “Nggak cocok?”
KAMU SEDANG MEMBACA
TroubleMaker Girl 2 (TRUST) 💋 (COMPLETE)
Teen FictionCerita ini diikutsertakan dalam event #gmghuntingwriters2021 . . . Kepercayaan layaknya cangkang telur, kamu harus menjaganya supaya tetap utuh. Jika sampai kamu membuatnya pecah, segalanya tidak akan berjalan seperti semula lagi. Meruntuhkan keperc...