◽ Selamat Membaca ◽
_____
Jadwal kuliah yang berantakan karena demam beberapa hari yang lalu membuat Gladis harus mengejar deadline tugasnya yang menumpuk. Ia fokus pada laptopnya, mengetikkan beberapa kalimat yang sudah ia susun dengan baik di buku catatan.
Mengantuk.
Gladis menguap beberapa kali, mencoba mengerjapkan matanya untuk menghilangkan rasa kantuk. Tapi percuma, berkali-kali ia tahan matanya tetap ingin sekali tertutup. Akhirnya Gladis menyerah, nanti saja—pikirnya. Ia menenggelamkan wajahnya di kedua lipatan tangan.
“Dis, lagi ngapain?”
Ali sudah duduk di sebelah Gladis. Cowok itu masih mengenakan seragam sekolah, mungkin baru pulang. Kantuknya begitu berat, sampai ia hanya mendongak sekilas lalu kembali menenggelamkan kepalanya lagi.
“Lo kenapa? Sakit, lagi.” Ali mencari dahi Gladis, suhu tubuhnya masih normal.
“Gue ngantuk.”
Ali memperhatikan laptop Gladis yang menyala, ia membaca buku catatan gadis itu dan ketikan di laptop bergantian. “Ini apa?”
“Tugas.”
“Gue matiin laptopnya ya, lo ‘kan tidur.”
“Jangan...” cegah Gladis. “Nanti gue lanjut, mau tidur bentar.”
Ali berdecak. “Lo baru sembuh, nggak usah dipaksa kalau belum kuat lama-lama di depan laptop tuh.” Cerewet Ali.
“Bawel.”
“Lo mau ketik yang mana?” tanya Ali.
“Yang udah gue kasih tanda pakai spidol merah.” Jawab Gladis parau, ia mulai kesal karena Ali terus bertanya.
Ali menarik lengan Gladis, membuatnya yang semula tengkurap jadi telentang. “Apalagi, Ali?” protesnya.
“Naik ke atas sana.”
Mana mungkin Ali membiarkan Gladis tidur dengan alas karpet bulu, meski masih terasa hangat tapi lebih baik Gladis tidur di atas, pikirnya.
“Di sini aja.” Gladis mengubah posisinya jadi miring, membelakangi Ali.
Melihat Gladis yang sudah tidak bisa menahan kantuk, Ali menyerah. Ia hanya mengambil selimut untuk menutupi tubuh Gladis. Lalu mengambil laptop Gladis dan duduk di sofa, meneruskan tugas yang tidak seharusnya dia kerjakan.
❤❤❤
“Li, lo yang ketik semua tugas gue, ya?”
Ali yang sedang makan malam bersama Sarah menoleh ke arah tangga, di mana Gladis sudah berjalan menuruni tangga. Rupanya gadis itu sudah bangun. Gladis mengecup pipi Mama sebelum duduk, lalu menatap Ali dengan penuh tanda tanya.
“Iya,” jawab Ali.
Gladis menghela napas. “Kan, gue udah bilang biar aja, nanti gue lanjut sendiri.”
Ali mengangkat bahunya samar. “Lo capek gitu, ya gue nggak tega.”
Gladis mendengus.
KAMU SEDANG MEMBACA
TroubleMaker Girl 2 (TRUST) 💋 (COMPLETE)
Teen FictionCerita ini diikutsertakan dalam event #gmghuntingwriters2021 . . . Kepercayaan layaknya cangkang telur, kamu harus menjaganya supaya tetap utuh. Jika sampai kamu membuatnya pecah, segalanya tidak akan berjalan seperti semula lagi. Meruntuhkan keperc...