◽ Selamat Membaca ◽
_____
Sejuk angin sore menerpa rambut tiga sahabat itu, mereka yang sedang asyik menertawakan hal-hal yang sederhana. Mereka ada di sebuah taman yang tidak jauh dari apartemen Dera, setelah Anya sampai di London, gadis itu hanya memberi kabar singkat pada kekasih, Zildan. Ia lupa akan sosok kekasihnya saat sudah berkumpul dengan dua sahabat somplaknya sedari SMA.
Gladis tidak bisa fokus karena pikirannya terbagi antara Oma dan Juna. Tapi, ia tetap berusaha mendengar dan menikmati candaan dari Dera dan Anya.
“Oma, belum sadar Dis?” tanya Anya.
Gladis menggeleng.
“Kita jenguk Oma aja habis ini, ajak cowok-cowok juga,” usul Dera, tangannya tidak berhenti mengaduk minuman.
“Boleh, tapi gue harus jemput Juna dulu dong? Malas.” Gladis mendengus.
“Lah, kenapa?” Dera, heran.
“Berantem lagi, pasti.” Tuduh Anya.
Gladis nyengir.
Akhirnya mereka sepakat untuk menjenguk Oma nanti malam, sekalian menginap. Gladis harus ke apartemen Juna dulu, untuk menjemput cowok itu.
❤❤❤
Ali mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang, membelah jalanan kota London yang malam ini tidak terlalu padat kendaraan. Lampu-lampu menghiasi jalanan yang menjadi terlihat indah, mall-mall besar menunjukkan kemewahannya masing-masing dan malam di kota London tidak pernah mati.
“Lo nanti minta antar Juna ya, gue mau ketemu teman.”
Gladis menoleh sekilas. “Iya-iya, bawel.”
Ali menghentikan mobilnya di area apartemen yang terlihat cukup mewah, gedungnya menjulang tinggi dengan area parkir mobil yang luas, terdapat air mancur di tengah-tengah gedung itu.
“Gue turun ya, Li.”
Ali mengangguk. “Hati-hati, kalau Juna macam-macam bilang sama Abang.”
“Abang?” Gladis menimpuk Ali menggunakan tas selempang.
“Ya udah, buru sana, bucin.”
Gladis hampir saja mendaratkan tasnya lagi ke bahu Ali, tapi dengan cepat cowok itu menghindar.
“Dis,” panggil Ali.
“Apa?”
“Timpuk aja terus, lama-lama gue mati gara—“
Gladis menjewer telinga Ali. “Lo, kalau ngomong di jaga, gue aspal mulut lo sekalian nih,” sungut Gladis, kesal.
Ali memang suka asal ceplos kalau bicara. Terkadang Gladis juga tidak habis pikir dengan celoteh cowok itu. Setelah adu mulut dengan Ali, Gladis turun dari mobil. Ia berjalan sambil memperhatikan sekitar. Beruntung, apartemen Juna berada di bawah, jadi dia tidak harus naik lift ke atas.
“Nomor dua belas dari ka—“
Gladis terdiam, ia mengedipkan matanya beberapa kali.
❤❤❤
“Ali! Berhenti.”
Gladis berlari mengejar mobil Ali yang baru saja berlalu, Ali yang melihat cewek itu dari spion menghentikan mobilnya mendadak. Ia turun, menatap heran Gladis yang masih berlari dan tempat yang lumayan jauh.
“Lo ngapain lari-larian?” tanya Ali.
“Antar gue ke apartemen Dera.”
Ali menggaruk tengkuknya. “Tadi katanya—“
KAMU SEDANG MEMBACA
TroubleMaker Girl 2 (TRUST) 💋 (COMPLETE)
Teen FictionCerita ini diikutsertakan dalam event #gmghuntingwriters2021 . . . Kepercayaan layaknya cangkang telur, kamu harus menjaganya supaya tetap utuh. Jika sampai kamu membuatnya pecah, segalanya tidak akan berjalan seperti semula lagi. Meruntuhkan keperc...