■ Selamat Membaca ■
_____
Dua hari, setelah Gladis kepergok membicarakan Juna. Gladis mematikan ponsel sampai sekarang, karena Juna selalu mengirim pesan singkat yang terkesan menggoda. Kemarin, Juna kembali datang ke rumah membawa kantong plastik berisikan es krim untuk membujuk Gladis agar keluar dari kamar. Nyatanya, tidak berhasil. Namun, saat Juna sudah pulang, Gladis diam-diam turun dan memakan es krim itu.Lucu memang, percintaan mereka seperti ABG saja, Gladis selalu bertingkah seperti anak kecil diwaktu tertentu.
Juna memutar-mutar pensil dengan tatapan lurus ke layar laptop. Sementara Tristan sedang mondar-mandir sambil bicara ini itu di depan meja kerjanya.
"Lo dengerin gue nggak?" Tanya Tristan.
Juna mengangguk.
"Gue udah pikir matang-matang. Mama sama Papa juga udah setuju, sekarang tinggal gue-nya aja."
"Tapi lo tuh, Arrrggghhh.." Tristan mengacak rambutnya.
"Apa?"
Tristan mencoba duduk tenang di sofa, sambil menatap Juna tidak percaya. Seperti ucapan Juna melalui telepon beberapa jam yang lalu adalah omong kosong. Tetapi, Tristan tidak menemukan kebohongan di mata sahabatnya itu.
"Masih kayak anak kecil tahu nggak."
Juna tertawa. "Dia gemesin gue rasa, jadi nggak perlu mikir lama buat—"
"Nggak deh, jangan dulu." Potong Tristan.
"Kenapa? Lo mau nikung dia, ya? Jangan lo kira gue diam aja selama ini, waktu jauh sama dia." Juna melempar pensilnya.
"Negatif thinking aja lo." Tristan balik melempar keripik yang ia makan.
Juna mengedikkan bahu. Ia menutup laptopnya dan membuka jas, lalu melepas dasi yang terasa mencekiknya seharian ini.
"Nggak usah lo pikir jauh-jauh. Nanti juga lo bakal tahu gimana gentle-nya gue jadi cowok."
"Kepedean banget lo." Sembur Tristan, mengikuti Juna yang sudah lebih dulu keluar dari ruangan kantor Juna.
❤❤❤
Ada suatu waktu, saat diri kita ingin menyendiri. Melakukan aktivitas sendirian, seperti jalan-jalan sendiri, makan sendiri, ke mall sendiri dan sebagainya. Malam ini, Gladis ingin sekali menghabiskan waktu bersama dirinya sendiri, sebelum proses wisudanya besok lusa berlangsung.
Hoodie oversize, dan juga celana hotpants melengkapi penampilan Gladis. Ia hanya membawa uang dan ponsel saja. Saat ingin mengambil sepatu di rak, Gladis tidak sengaja menemukan sepatu converse yang dulu diberikan Juna sebagai barang couple untuk hubungan mereka. Entah kebetulan atau tidak, warna sepatu itu cocok jika dipadukan dengan hoodie yang ia kenakan. Gladis menghela napas, untuk malam ini saja, dipakai tidak apa-apa.
"Mau kemana Dis?" Tanya Ali. Cowok itu dua hari belakangan ini menginap di rumah.
"Jalan."
"Sama siapa?"
"Ah banyak tanya, gue udah gede juga ini."
"Astaga, sensi amat kalau gue yang tanya."
"Gue berangkat sekarang ya Li, takut kemaleman."
Ali mendekati Gladis. Menatap cewek itu dari atas sampai bawah. "Gue antar aja." Putusnya.
"Gue udah pesan taksi."
"Tumben."
Gladis nyengir. Malam ini, ia ingin berjalan-jalan tanpa harus memikirkan mobil. Setelah berbincang sebentar dan pamitan pada Mama, Gladis akhirnya berangkat.
KAMU SEDANG MEMBACA
TroubleMaker Girl 2 (TRUST) 💋 (COMPLETE)
Teen FictionCerita ini diikutsertakan dalam event #gmghuntingwriters2021 . . . Kepercayaan layaknya cangkang telur, kamu harus menjaganya supaya tetap utuh. Jika sampai kamu membuatnya pecah, segalanya tidak akan berjalan seperti semula lagi. Meruntuhkan keperc...