47

1.5K 168 23
                                    

■ Selamat Membaca ■

Pukul 11 siang.

Dera mengetukkan jarinya di meja makan, tangannya yang lain sibuk memainkan ponsel. Bosan, tidak ada yang bisa diajak mengobrol. Penjaga Villa sudah pulang, setelah menyiapkan sarapan dan makan siang, lalu teman-temannya yang lain sibuk mencari hiburan masing-masing, Villa terasa sepi.

Sebenarnya, hari ini jadwal mereka mengunjungi kebun strowberry. Tapi  karena insiden di klub malam yang menyebabkan Gladis mabuk semalam, mereka jadi batal pergi. Dera benar-benar marah pada Zildan dan Juna, bisa-bisanya mereka berdua mengacaukan liburan yang dibuatnya.

Menyebalkan.

Tiba-tiba Juna masuk ke dapur, membuka kulkas dan menuangkan air dingin di gelas yang ia ambil dari sebelah Dera. Ia tidak bicara, fokus minum. Seperti menganggap Dera hanya patung.

“Bangunin Gladis, dia belum sarapan. Takut maag-nya kambuh.” Ketus Dera, bicara tanpa melihat ke arah Juna.

Juna mengambil piring dan sendok, lalu menuang nasi dan lauk secukupnya. Ia kembali memperhatikan Dera yang sama sekali tidak menoleh padanya. Begini ya, dihadapkan dengan cewek yang marah? Dunia seperti lambat berputar, bingung ingin melakukan apa dan bersikap bagaimana.

“Lo masih marah, Ra?”

Dera berdecak. “Nggak.”

Juna mengangkat bahunya tidak mengerti. Bagaimana cara minta maaf pada Dera, ia belum pernah mencoba selain meminta maaf dengan Gladis. Jadi, Juna berpikir mungkin nanti mood Dera akan baik sendiri.

❤❤❤

Hal pertama yang Juna lihat ketika masuk ke kamar Gladis. Gadis itu tertidur sambil memeluk boneka, satu kakinya keluar dari selimut tebal dan rambutnya menjuntai menutupi wajah.

Juna menarik korden, membuka jendela agar udara segar masuk. Ia duduk di samping ranjang, memperhatikan Gladis yang sama sekali tidak terusik dengan cahaya matahari atau pergerakannya.

“Dis, bangun.” Juna mengusap lembut bahu Gladis.

Gladis menggeliat, memegangi kepalanya yang terasa berat dan pusing, ia terkejut dengan Juna yang begitu dekat dengan wajahnya.

“Lo ngapain?” Gladis membuka selimutnya, masih utuh. Tanpa sadar dia menghela napas, lega.

“Jangan mikir yang nggak-nggak.”

Gladis kembali memperhatikan pakaiannya. Tunggu, ia baru sadar sedang memakai hoodie oversize yang ia yakini bukan miliknya. “Juna! Lo ngapain gue?” jeritnya.

Juna memutar bola mata, malas. “Gue, ganti pakaian lo semalam.”

“Lo, berani banget sih. Gue bilang ke Papa nih.” Gladis mengeratkan selimutnya.

“Bawel.”

Semalam, saat perjalanan pulang, Juna melihat Gladis yang kedinginan karena kardigan yang cewek itu kenakan sangat tipis. Dengan perlahan, Juna memakaikan hoodie ke tubuh mungil Gladis. Hanya itu saja, dia juga tidak akan berani macam-macam, Dera juga tahu apa yang dia lakukan semalam.

“Lo lihat, kaus lo masih ada nggak di balik hoodie?”

Gladis meraba bagian dalam hoodie, kausnya yang kemarin masih ada.

“Lo, semalam kedinginan, gue jadi nggak tega. Makanya punya pikiran jangan buat mikir negatif mulu.” Juna menangkup kedua pipi Gladis dan menggoyangkannya, gemas.

Gladis seperti di ajak berputar-putar, kepalanya sakit. “Pusing!”

“Makan dulu.”

Gladis bersandar pada ranjang, menatap Juna lamat-lamat. Cowok itu sedang menyendok nasi dan lauk, lalu meniupnya agar tidak terlalu panas, dan menyodorkannya pada Gladis.

TroubleMaker Girl 2 (TRUST) 💋 (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang