■ Selamat Membaca ■
______
Hari terasa begitu cepat berlalu."Ini laporan keuangan butik bulan ini, Gladis."
Gladis membaca laporan dengan hati-hati dan teliti. Sudah hampir dua bulan, ia menggantikan Mamanya untuk mengelola butik. Gladis senang dengan pekerjaannya saat ini, hingga ia sedikit lupa dengan keinginannya untuk melanjutkan kuliah.
Hari ini, Mama datang ke butik untuk mengontrol bagaimana cara kerja anak buahnya dan juga tentunya Gladis.
"Gimana, semuanya aman?" tanya Mama, setelah memutuskan untuk makan siang di luar butik bersama Gladis.
"Aman Ma, sejauh ini." Balas Gladis, menyuap makanannya ke mulut.
Gladis melirik sekilas ponselnya yang menyala. "Ma, hari ini Gladis pulang cepat, ya."
Mama mengangguk. "Iya, nanti biar Mama yang handle. Kamu udah pilih gaun belum?" tanya Mama.
Gladis mengangguk, "Gladis mau yang biasa aja, Ma."
Mama menghela napas, tersenyum maklum karena putrinya memang tidak suka yang berlebihan. "Iya tahu, yang penting kamu nyaman."
Mereka melanjutkan makan siang sambil membicarakan hal lain.
❤❤❤
Kemacetan di Jakarta memang susah di prediksi, Gladis baru sampai di kantor Juna setelah hampir setengah jam perjalanan karena macet. Padahal jika tidak macet, ia bisa sampai di kantor Juna sekitar limabelas menit.
Seseorang mengetuk kaca mobilnya, dan Gladis langsung keluar dari mobil. Terlihat Juna tengah berdiri di samping mobil dengan jas yang sudah menggantung di lengan. Tangannya yang lain sibuk menghalau sinar matahari.
"Jadi?" tanya Gladis.
Juna hanya mengangguk, tangannya terulur untuk mengacak puncak kepala Gladis. Menyuruhnya masuk ke bangku penumpang, dan Juna yang akan menyetir.
"Udah makan?"
Gladis mengangguk, "Kan, udah bilang tadi makan siang sama Mama dulu."
"Lupa, sayang."
Juna melajukan mobilnya meninggalkan pelataran kantor. Ia menyetir dengan satu tangan lain yang menggenggam tangan Gladis, seperti biasa.
Mereka membelokkan mobil tepat di sebuah tempat yang biasa Gladis kunjungi bersama Mama akhir bulan, panti asuhan. Gladis dan Juna disambut ramah oleh pengurus panti.
"Bu, saya mau kasih kabar baik. Dua minggu lagi, kalau nggak ada halangan kita mau nikah." Gladis mengeluarkan undangan khusus dari tasnya.
"Wah, kamu sudah mau berumah tangga, Nak. Pertama kamu ke sini, kamu ngerengek minta adik sama Mamamu."
Gladis tersenyum, mengingat bagaimana dia tetap kekeuh meminta mengadopsi salah satu bayi di tempat ini.
"Semoga cepat di beri momongan."
Juna yang sedang meminum teh tersedak, belum juga mereka menikah, sudah di doakan seperti itu. Gladis tersenyum canggung sambil mengusap punggung Juna. Ia sendiri juga terkejut, tetapi itu doa baik, bukan? Jadi dia hanya mengangguk.
"Terima kasih doanya, Bu."
Gladis dan Juna berkeliling panti asuhan dan sesekali bermain bersama anak-anak di sana. Sayang sekali, Miracle sudah berpindah ke tangan orang tua angkatnya. Jadi Gladis tidak bisa bertemu bayi gembul menggemaskan itu, lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
TroubleMaker Girl 2 (TRUST) 💋 (COMPLETE)
Teen FictionCerita ini diikutsertakan dalam event #gmghuntingwriters2021 . . . Kepercayaan layaknya cangkang telur, kamu harus menjaganya supaya tetap utuh. Jika sampai kamu membuatnya pecah, segalanya tidak akan berjalan seperti semula lagi. Meruntuhkan keperc...