■ Selamat Membaca ■
_____Disuruh mengakui kesalahan yang tidak pernah diperbuat, sama saja dengan tidak adil. Tapi, untuk berontak dan menolak pun rasanya percuma, tidak ada yang percaya dengan kata-katanya. Ia tidak punya bukti kuat untuk mengatakan kebenaran. Tapi, setidaknya Juna masih berusaha untuk mencari bukti itu.
“Kamu dimana sekarang?”
Juna menghembuskan asap rokok yang terlalu lama ia simpan di mulut, lalu mengacak rambutnya frustasi. “Aku masih ada urusan di luar, Ma.”
“Kamu jangan bikin Mama khawatir ya, Juna. Hari ini kamu masih harus fitting baju sama Bella.”
Juna menghela napas, berat. Ia berjalan meninggalkan rumah sakit, setelah meminta Dandi untuk mengurus administrasi. Ia mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi dan membelah kota Jakarta.
Sampai di rumah, hal pertama yang Juna lihat adalah Mama dan Bella yang sedang berbincang ringan. Cewek itu, benar-benar tidak punya akal sehat. Bisa-bisanya ia bicara santai dan pergi ke rumahnya seperti tidak punya dosa.
“Juna, kenapa baru pulang sekarang?” tanya Mama.
“Nggak apa-apa.”
“Bella nungguin kamu loh, dari tadi.”
Juna mengedikkan bahu, tidak peduli. “Bukan Gladis, jadi buat apa Juna buru-buru pulang.” Katanya menusuk.
“Juna, kamu ngomong apa, sih?” kesal Mama.
“Ngomong fakta.”
Juna menaiki tangga menuju kamarnya, tapi langkahnya terhenti karena Mama memanggilkan di undakan ke empat. “Kamu fitting baju sama Bella, berdua. Mama ada urusan sebentar, nanti Mama susul.” Katanya.
❤❤❤
Kenapa wanita selalu merepotkan dirinya sendiri?
Juna menutup majalah fashion di tangannya dengan kesal, setelah Bella berlalu untuk mengganti gaun yang ia kenakan dengan gaun lain. Sudah hampir tiga gaun yang gadis itu kenakan, tapi tidak bisa menutupi perutnya yang besar. Yang benar saja, usia kehamilan Bella bahkan sudah memasuki usia 7 bulan.
“Udah, nggak usah dipaksa. Kasihan anak lo.” Suara pertama Juna setelah Bella berdiri dihadapannya dengan gaun putih gading.
Bella menunduk, malu. Bahkan pelayan yang membantunya berganti pakaian memalingkan wajahnya setelah mendengar suara dingin milik Juna.
“Pakai aja yang nyaman buat lo, nggak bakal ada yang berani tanya macam-macam soal itu.”
Juna menghela napas panjang, lalu berjalan mengikuti pelayan. Sekarang giliran dia yang harus mencoba jas berwarna senada dengan gaun yang dikenakan Bella.
Jika keadaannya tidak seperti sekarang Bella tidak akan semalu ini. Kenapa Juna tidak bisa menjaga ucapannya di depan umum. Tapi, kenapa juga dia harus menjaga ucapannya, di sini, wajar jika Juna marah karena sikap Bella.
“Serasi, Mas coba berdiri di sebelah Mbak Bella. Saya mau ambil foto.”
“Buat apa?” tanya Juna, menolak.
Pelayan wanita dengan rambut sebahu itu tampak menelan ludah, takut-takut. “Ini, permintaan Bu Sarah.”
Ya, butik ini memang cabang dari butik besar milik Tante Sarah. Juna maklum saja jika pelayan ini tetap berusaha ingin mengambil foto karena perintah atasannya. Tidak ingin semakin lama bersama Bella, Juna akhirnya berdiri di sebelah Bella. Pelayan memotret mereka tiga kali, lalu menyerahkan ponsel Bella kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
TroubleMaker Girl 2 (TRUST) 💋 (COMPLETE)
Teen FictionCerita ini diikutsertakan dalam event #gmghuntingwriters2021 . . . Kepercayaan layaknya cangkang telur, kamu harus menjaganya supaya tetap utuh. Jika sampai kamu membuatnya pecah, segalanya tidak akan berjalan seperti semula lagi. Meruntuhkan keperc...