◽ Selamat membaca ◽
______
“Kenapa harus sama Ali sih, Ma?”
Gladis menaiki tangga dengan tergesa, menyusul langkah mamanya yang sudah lumayan jauh. Mama berhenti tepat di depan pintu kamar Gladis.
“Emangnya kenapa, sayang?” tanya mama.
“Gladis bisa berangkat sendiri.”
Sarah menghela napas. “Sayang, ini bukan masalah kamu bisa berangkat sendiri atau nggak, nanti kalau kamu kesasar lagi gimana? Ini Oma lagi sakit, nggak bisa jemput kamu di bandara.”
“Tapi, kenapa nggak sama Papa aja?” Gladis memperhatikan mama yang sibuk memasukkan beberapa helai pakaian ke koper Gladis.
Mama menggeleng. “Nanti Papa jemput ke sana. Emangnya kamu nggak mau ketemu Juna? Kamu nggak kangen juga sama teman-teman kamu di sana?”
“Nggak mau sama Ali.”
“Sama Ali, atau nggak berangkat sama sekali?”
Gladis diam.
“Mau bawa apa lagi?”
Gladis menghela napas. “Itu aja.”
“Mama telepon Ali dulu, kamu mandi sana. Dua jam lagi kita ke bandara.”
“Ma, nggak tunggu Papa pulang du—“
Sarah menarik napas dalam, anak semata wayangnya ini jika tidak di antar papanya sama sekali tidak bisa tenang. “Iya-iya, Papamu bentar lagi pulang.”
“Hm...” Gladis menggembungkan pipinya.
“Mandi.”
“Iya Ma.”
❤❤❤
Gladis menyeret kopernya dengan wajah ditekuk, ia melihat mama dan Ali sedang mengobrol di ruang tamu. Entah datangnya sejak kapan, tiba-tiba papa sudah menyambar koper Gladis saat cewek itu turun di tangga paling bawah.
“Kapan pulang?” tanya Gladis.
“Dari tadi kok, kamu lesu banget sih, sayang. Kan mau liburan,” Handika merapikan poni Gladis yang tampak berantakan. Rambut anak gadisnya ini cepat sekali memanjang.
“Pa, Gladis mau junkfood.”
“Minta Mama sana.”
“Papa,” rengek Gladis.
“Iya-iya, nanti beli.”
Mereka semua berangkat ke bandara, setelah Gladis mendapatkan burger dan kentang gorengnya. Cewek itu sudah bisa menerima akan berangkat dengan Ali, setelah dibujuk makanan.
“Nanti sampai sana istirahat dulu, jangan dipaksa jenguk Oma.”
Gladis mengangguk. “Papa beneran jemput Gladis ‘kan, nanti?”
“Iya, sekalian bulan madu lagi.”
Mama yang mendengar itu mencubit lengan papa. “Nggak ingat umur kamu, Han.”
“Jangan berantem terus, aku berangkat ya, Ma, Pa.”
Gladis memeluk dan mencium mama dan papanya bergantian. Sementara Ali sudah pamit duluan, cowok itu sedari tadi hanya diam sambil mendengarkan musik melalui earphone.
“Hati-hati, sayang.”
Gladis dan Ali segera berjalan menuju pesawat.
“Lemas banget sih, Li. Kita mau liburan nih,” Gladis menepuk bahu Ali.
KAMU SEDANG MEMBACA
TroubleMaker Girl 2 (TRUST) 💋 (COMPLETE)
Teen FictionCerita ini diikutsertakan dalam event #gmghuntingwriters2021 . . . Kepercayaan layaknya cangkang telur, kamu harus menjaganya supaya tetap utuh. Jika sampai kamu membuatnya pecah, segalanya tidak akan berjalan seperti semula lagi. Meruntuhkan keperc...