35

1.5K 151 30
                                    

▫️ Selamat Membaca ▫️

_____

Beberapa hari ini, Juna mengurung dirinya di kamar. Saat teman-temannya datang pun, ia sama sekali tidak ingin bertemu mereka. Mama dan Papa sudah menggunakan berbagai cara untuk membuat cowok itu mau keluar kamar dan makan, tapi usaha mereka selalu nihil.

“Juna, Mama taruh sarapan di depan pintu, ya.”

Juna menghela napas, ia menatap sebuah kertas undangan berwarna merah dengan hiasan pita di atasnya. Pada sampul undangan itu, tertulis namanya dengan nama seseorang yang sama sekali tidak Juna inginkan.

Ia merobek kertas itu, kertas undangan pertunangan yang sejak awal tidak pernah disetujui Juna, dan tidak pernah ia harapkan. Semuanya, kenapa bisa jadi seperti ini.

Juna rindu, ia merindukan pesan dari Gladis yang sekadar bertanya dirinya sudah makan atau belum. Rindu panggilan masuk dari Gladis yang sekadar bertanya ia sedang apa dan dimana. Juna rindu sekali gelak tawa Gladis ketika mereka bersama.

Kenangan di London terus saja berputar di kepalanya, dimana seharusnya malam itu menjadi malam yang indah. Sebelum akhirnya Gladis mengatakan ingin mengakhiri hubungan mereka.

Juna tidak pernah mengira masalah sepele malam itu, menjadi sebuah salah paham yang cukup serius seperti sekarang.

“Juna, kamu mau sampai kapan di kamar terus?”

Juna tidak berniat menoleh pada suara Mamanya yang tiba-tiba muncul. Rupanya orang rumah sudah menemukan kunci cadangan kamarnya dan membuka pintu kamar Juna.

“Ada yang mau ketemu sama kamu.” Ucap Alya.

Juna diam, masih berdiri menghadap jendela kamarnya yang kordennya sengaja ia biarkan terbuka sepanjang hari.

“Kalau kamu diam, Mama anggap kamu mau ketemu sama dia.”

Mama keluar dari kamar, dan Juna tahu masih ada seseorang di belakang yang sedang berdiri gugup menatap punggung tegapnya. Ia sama sekali tidak pernah punya niatan untuk menoleh, apalagi menganggapnya ada.

“Gue, minta maaf.”

“Masih punya muka lo?” tanya Juna, dingin.

“Gue emang salah. Tapi, gue nggak tahu harus gimana lagi, Juna.”

Juna menaikkan bibirnya membentuk seringai. “Udah puas, lo bikin gue sama Gladis hancur?”

“Gue—“

Bella mundur saat Juna tiba-tiba berbalik dan menatapnya datar. Ia benar-benar begitu takut menghadapi kemarahan Juna, baginya ini jauh lebih seram daripada kemarahan cowok itu saat dulu ia tidak sengaja ketahuan berbuat salah.

“Sampai kapan pun gue nggak akan mau tunangan sama lo!” tegas Juna.

Bella mengusap kasar air matanya. “Gue minta, kali ini aja bantu gue.”

“Gue udah sering bantuin lo, bahkan waktu lo di kampus pun Gladis minta gue buat jaga lo. Kurang baik apa kita sama lo, sampai lo tega bikin gue sama Gladis kayak gini. Mulut lo emang nggak bisa di percaya, dari dulu.”

TroubleMaker Girl 2 (TRUST) 💋 (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang