25

1.8K 148 16
                                    

◽ Selamat Membaca ◽

_____

Seminggu semenjak kepulangan Gladis dari London. Ia bertemu dengan Dandi untuk membicarakan rencana mereka naik gunung, Dandi ingin mengenalkan Gladis pada teman-temannya yang sering mendaki agar nanti Gladis tidak ragu lagi.

“Juna nggak marah lo pergi sama gue, Dis?” tanya Dandi.

Gladis yang sedang menikmati makanannya, berhenti mengunyah. “Nggak, ‘kan lo juga sahabat gue.”

Dandi mengangguk. “Lama nih, nggak kumpul lengkap.”

“Iya, bentar lagi anak-anak udah pada lulus ‘kan? Pasti bisa kumpul lagi.” Gladis mengaduk jus jambunya.

Tak lama, teman-teman Dandi datang, tiga cowok dan dua cewek. Mereka ramah sekali, jauh di luar dugaan Gladis, obrolan malam ini seru sekali. Gladis pikir, mereka akan canggung dan kaku.

“Harus coba ke Bromo sih, pemandangannya bagus.” Celetuk Cassy, cewek manis yang punya lesung pipit di bagian kanan pipinya.

“Iya tuh, Gladis harus ke sana,” Ellin mencolek bahu Gladis.

Gladis tersenyum. “Jangan jauh-jauh kalau jalan, gue belum pengalaman. Takutnya malah kalian jadi repot kalau gue nggak kuat.”

“Ah, kita juga dulu awal mendaki mikir gitu, tapi coba lo rasain deh sensasinya pas udah sampai atas. Lo bakal terpesona sama pemandangannya,” tutur Ellin.

Gladis mengangguk. Sepertinya mendaki punya sensasi tersendiri. Saat Gladis menoleh ke Dandi, cowok itu sedang mengobrol dengan teman-temannya.

Ponsel Gladis bergetar, panggilan masuk dari Dera yang tidak Gladis angkat. Pesan singkat yang banyak di kirim Dera juga sengaja Gladis abaikan. Malas, dengan pelan ia meletakkan ponselnya kembali dan memilih untuk melanjutkan berbincang dengan Cassy dan Ellin.

“Dis, Dera mau ngomong.” Dandi menepuk bahu Gladis, ia menyodorkan ponselnya pada Gladis.

“Apa?”

“Ini, Dera telepon. Katanya mau ngomong sama lo, HP lo ke silent kali, makanya dia telepon ke gue.”

Gladis mengambil ponsel itu ragu, lalu pamit untuk mengangkat telepon sebentar.

“Lo sengaja ya, nggak angkat telepon gue?”

“Gue nggak tahu lo telepon, Ra.”

“Bohong.”

“Ada apa?”

Dera menarik napas, “Juna di rumah sakit, Dis.”

“Gue tahu.”

Terus?

Gladis menggenggam ponsel Dandi lebih erat. Ia ingin sekali menjerit di depan Dera, mengatakan bahwa dia sudah bukan siapa-siapa Juna lagi dan dia tidak peduli. Tapi, tidak bisa.

“Terus dia maunya apa sih, Ra?” Gladis memelankan suaranya.

Dera berdecak. “Lo nggak ada peduli-pedulinya sama pacar lo sendiri?

Gladis diam.

Gue nggak tahu apa masalah lo berdua, tapi tolong, kalau kalian berantem coba di selesaiin pakai kepala dingin.

Sekarang Juna nggak mau makan, dia cuma diam. Kayak dulu, waktu belum kenal lo.

Gladis mendongak, berusaha menahan air matanya agar tidak terjatuh. “Gue baik-baik aja sama Juna, nanti gue coba ngomong biar dia mau makan.”

TroubleMaker Girl 2 (TRUST) 💋 (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang