■ Selamat Membaca ■
_____Dua minggu kemudian...
Suasana cafe sangat ramai dengan gelak tawa dari dua meja yang sengaja dijadikan satu agar muat untuk tujuh orang. Semua yang ada di meja itu sengaja membentuk lingkaran, dan bermain uno. Siapa yang kalah, nantinya harus siap menerima hukuman.
Gladis tidak ikut dalam permainan itu, ia justru duduk agak jauh dari sahabat-sahabatnya. Menatap layar laptop dengan serius untuk menghafal dan memahami isi skripsinya. Gelisah, tentu saja. Besok adalah sidang skripsi dan dia merasa ingatannya menurun akhir-akhir ini.
Anya memilih jadwal lebih dulu dan dia lolos. Kemarin, Anya dan Zildan merayakan kelulusan itu dengan dinner di tempat mewah. Mengingat bagaimana semangatnya Anya bercerita, terlihat sekali dia sangat bahagia.
Gladis juga ingin cepat selesai dan lolos, ia juga ingin Mama dan Papa bangga. Tinggal selangkah, tapi ada saja yang membebani pikirannya. Karena kecemasannya sendiri, Gladis jadi sering negatif thinking.
“Makan dulu.”
Juna menyodorkan burger yang sengaja ia pesan. Ia duduk di depan Gladis sambil memperhatikan Gladis yang menggigit burger besar di tangannya.
“Nggak usah tegang gitu.”
“Iya.”
Juna tersenyum kecil, ia senang akhir-akhir ini Gladis mulai makan banyak lagi. Gadis itu juga sering tertawa dan banyak bicara. Rasanya, Juna lega. Masalahnya yang memusingkan setengah mati sudah berlalu.
Hanya tinggal bagaimana ia bisa mengembalikan hubungannya dengan Gladis karena sampai detik ini mereka sama sekali tidak pernah menyampaikan perasaan satu sama lain.
“Gimana sih, rasanya sidang skripsi tuh.” Gladis menyudahi makannya.
Juna mengedikkan bahu. “Beda-beda. Gue ‘kan arsitek, lo hukum.”
Gladis berdecak, ia tidak puas dengan jawaban Juna. Yang ia mau dengar adalah kata semangat atau minimal Juna bilang, “Nggak apa-apa, nggak bakal ditanya aneh-aneh, tenang aja.”
Gladis mendengus. “Iya.”
Tiba-tiba, tangan besar Juna menepuk puncak kepala Gladis, pelan. “Tenang aja, lo bisa kok.”
Juna dan segala kegemasannya yang tak terduga.
❤❤❤
Siang ini, Juna sampai di pelataran kampus Gladis. Ia sengaja tidak mengabari gadis itu bahwa dia datang, meski sebenarnya sudah sangat terlambat karena sidang dilakukan sekitar dua jam yang lalu. Menurut Anya, Gladis masih harus menyelesaikan administrasi kampus, jadilah dia belum pulang.
Juna dengar, Gladis sukses di sidang skripsinya. Mengingat bagaimana gadis itu begitu susah payah untuk menghafal dan memahami isi skripsi yang ia buat, itu hal yang setimpal untuk Gladis dapatkan.
Langkah Juna semakin cepat, ia juga sudah menyiapkan hadiah kecil berupa buket bunga yang sengaja ia beli tadi. Khusus untuk Gladis.
“Kak, aku ngerepotin banget.”
Juna berhenti, ia melihat Gladis yang sedang bicara dengan seseorang. Lalu bersembunyi di balik pohon yang lumayan besar untuk membuat tubuhnya tidak terlihat.
“Nggak apa-apa, sekalian merayakan kelulusan kamu ‘kan.”
Gladis tersenyum, begitu manis. Juna sampai tidak sadar jika dia meremas buket bunga di tangannya semakin erat.
KAMU SEDANG MEMBACA
TroubleMaker Girl 2 (TRUST) 💋 (COMPLETE)
Teen FictionCerita ini diikutsertakan dalam event #gmghuntingwriters2021 . . . Kepercayaan layaknya cangkang telur, kamu harus menjaganya supaya tetap utuh. Jika sampai kamu membuatnya pecah, segalanya tidak akan berjalan seperti semula lagi. Meruntuhkan keperc...