■ Selamat Membaca ■
_____Cinta harus diperjuangkan, jika hati sudah memilih satu di antara banyaknya wanita, siapa pun tidak akan bisa mengusik keputusan Juna. Sedari dulu, ia tidak pernah main-main dengan perasaan, itulah mengapa Juna bisa mempertahankan hubungannya sampai bertahun-tahun.
Menurut Juna, Gladis adalah yang terakhir. Dia ingin bersama Gladis, menjadikan gadis itu yang terakhir, dan memprioritaskan Gladis sampai kapan pun.
Juna rasa, dia harus tetap memperjuangkan Gladis apa pun yang terjadi. Sudah cukup permainan gila yang tidak berujung ini, sampai kapan pun ia akan tetap meminta pertanggung jawaban dari Bella dan Deni.
Maka, malam ini. Juna berani datang ke suatu tempat yang sering Deni datangi bersama teman-temannya. Tempat terlarang yang tidak banyak diketahui orang kecuali remaja-remaja nakal. Deni adalah salah satu pengedar narkoba, Juna mengetahui fakta tersebut dari salah satu teman Deni yang satu universitas dengan Juna dulu.
“Berengsek lo, Deni!”
Juna tidak berhenti menonjok wajah Deni yang sekarang membengkak dan mengeluarkan darah di beberapa bagian. Kali ini, Deni juga tidak tinggal diam, ia juga melawan. Membalas pukulan Juna dengan beringas dan tidak berhenti mengumpat.
Mereka berakhir dengan wajah babak belur dan napas terengah. Juna masih memegang kerah kaus Deni dengan kasar.
“Lo pikir buat Bella mau sama gue, gampang? Dia tolak gue, Jun.” Bentak Deni, kesal.
Ia sudah berusaha, mengirim pesan pada Bella, menelepon, meminta bertemu, bahkan datang ke rumah gadis itu. Tapi, Bella tidak mau bertemu dengannya, tidak ingin bertatap muka.
“Dia masih cinta sama lo!”
“Gue nggak peduli, sampai kapan pun gue nggak akan bisa terima Bella. Tanggung jawab, atau lo gue habisin di sini!”
Juna baru saja ingin melayangkan tinjunya pada Deni, tapi dengan cepat cowok itu menarik keras kausnya. Ia menatap Juna dengan mata tajam. “Oke, gue coba sekali lagi. Kalau dia tolak gue lagi, gue berhenti berjuang buat cewek sialan itu.”
❤❤❤
Gladis baru saja ingin tidur, setelah menonton tiga episode drama Korea. Tapi, ia terusik dengan ponselnya yang bergetar, ini sudah jam satu dini hari, dan nama Juna tertera di layar ponsel, cowok itu meneleponnya semalam ini.
“Apa?”
“Gue mau ketemu, sebentar aja.”
“Gue harus istirahat Juna.”
“Kali ini aja, setelah ini gue janji nggak akan hadir di hidup lo lagi kalau itu mau lo.”
Gladis memegang dadanya yang sesak secara mendadak setelah mendengar perkataan Juna. Bukan itu yang Gladis mau, bukan.
“Dis?”
“Oke.”
Setelah panggilan telepon terputus, Gladis menurunkan kedua kakinya dari ranjang, baru saja berjalan tiga langkah, pintu ruang rawatnya di buka oleh seseorang. Juna di sana, berdiri dengan sorot mata yang menyedihkan. Gladis membulatkan matanya, saat melihat wajah Juna yang penuh dengan lebam.
“Juna, kenapa?”
Bukannya menjawab Juna justru memeluk Gladis tanpa bicara, Gladis dapat merasakan bahu Juna yang naik turun, apakah dia menangis?
“Lo, kenapa sih?”
Isakan kecil berhasil lolos dari bibir Juna. Sebenarnya dia malu menangis di depan Gladis, tapi dia sudah lelah harus berpura-pura biasa saja. Dia hanya ingin Gladis, seperti dulu. Mendengar Gladis beralasan jika Bella penyebab mereka putus, Juna merasa ini hanya salah paham dan butuh diluruskan. Tapi, masalah justru melebar.
KAMU SEDANG MEMBACA
TroubleMaker Girl 2 (TRUST) 💋 (COMPLETE)
Teen FictionCerita ini diikutsertakan dalam event #gmghuntingwriters2021 . . . Kepercayaan layaknya cangkang telur, kamu harus menjaganya supaya tetap utuh. Jika sampai kamu membuatnya pecah, segalanya tidak akan berjalan seperti semula lagi. Meruntuhkan keperc...