Saya lebih suka kalian spam comment dicerita saya. So, Ayo spam. Tapi jangan cuma kata next yaw. Ayok berinteraksi.
Saya tahu kalian orang cerdas yang bisa menghargai karya orang lain.Typo terdeteksi? Beritahu Author yaa
Happy Reading...
Matahari bersinar dengan terang dihari selasa. Seperti biasa chaeyoung sekarang sedang menyiapkan sarapan untuk haruto dan dirinya.
Hari ini adalah hari pertama chaeyoung akan kembali bekerja diperusahaan park group untuk melunasi hutang-hutang ayahnya yang begitu banyak.
Entah apa yang ayahnya fikir saat ia memutuskan untuk berhutang sebanyak itu tanpa sepengetahuan keluarganya. Chaeyoung bahkan yakin jika ibunya juga tidak tahu tentang hutang ayahnya ini. Yang jelas sekarang adalah chaeyoung yang harus melunasi hutang-hutang itu.
Sebenarnya jika chaeyoung mau, gadis itu bisa saja pergi kerumah ibunya dan meminta sejumlah uang untuk membayar hutang ayahnya, namun chaeyoung tidak melakukannya karena gadis itu sudah tahu konsekuensinya. Haruto. Ibunya pasti memintanya untuk menyerahkan haruto padanya dan chaeyoung tidak akan pernah melakukan itu.
Baginya haruto adalah harta satu-satunya dan dia tidak akan pernah menyerahkan haruto kepada siapapun termasuk ibunya.
"Nunna! Mengapa kau tak memakan makananmu? Apa kau sedang tidak napsu makan? Atau sakit?" tanya haruto sembari menyendok nasi goreng kimchi buatan chaeyoung kemudian memasukannya kedalam mulutnya.
Gadis itu seketika tersadar dari lamunannya dan menoleh kearah haruto yang duduk dihadapannya. Dia terlihat begitu menikmati nasi goreng sederhana buatan chaeyoung.
"Ani!! Oh! Sudah jam setengah 7! Cepat habiskan makananmu Haruto~Ah!" titah chaeyoung mengalihkan topik pembicaraan.
Mendengar perintah dari nunnanya. Haruto semakin mempercepat gerakan tangan dan mulutnya membuat chaeyoung yang melihatnya tertawa ringan. Dia benar-benar terlihat lucu ketika kedua pipinya menggelembung.
"Nunna! Nanti sepulang sekolah aku akan pergi kerumah guanlin untuk mengerjakan tugas. Bolehkan?" tanya haruto setelah meminum habis susunya.
Chaeyoung menghela nafas panjang kemudian menaruh kembali sendok dan garpunya. Mata gadis itu menatap penuh selidik kearah haruto.
Jujur saja, chaeyoung sebenarnya merasa khawatir pada haruto. Bukan karena dia masih kecil, hanya saja chaeyoung yakin diluar sana ada bahaya yang menunggu mereka.
Chaeyoung hanya takut akan terjadi apa-apa pada haruto mengingat mereka kini menjadi buronan anak buah ibunya yang sangat menginginkan haruto.
Ingin sekali chaeyoung melarang adiknya pergi, namun chaeyoung yakin hal itu pasti akan membuatnya sedih dan chaeyoung tidak mau hal itu terjadi. Ia tak mau melihat adiknya sedih sedikitpun, dia hanya ingin melihat adiknya hidup bahagia.
"Baiklah! Tapi berjanjilah untuk pulang sebelum jam 6 sore. Mengerti?"
Anak itu mengangguk antusias. "Aku berjanji nunna!"
Pria itu beranjak dari bangkunya dan berlari menuju chaeyoung.
Dipeluknya gadis itu dari arah belakang. Seketika senyum chaeyoung mengembang, dia merasa sangat senang karena haruto juga merasa senang.
"Gomawo nunna!"
"Oh iya satu lagi! Jangan lewat jalan yang sepi saat pulang! Dan kabari nunna jika terjadi sesuatu. Kau paham?"
KAMU SEDANG MEMBACA
POWER of DESTINY
FanfictionKetemu sama CEO yang bawel dan menyebalkan, rasanya akan seperti apa ya? ⚠Follow dulu sebelum baca! Takut ada yang gak kelihatan 😂