👩‍🏫DIKSI ANTI MAINSTREAM!

372 18 1
                                    

BAGAIMANA CARA MEMILIH DIKSI ANTI MAINSTREAM?

Hal yang kerap diutamakan dalam penulisan karya sastra adalah pemilihan diksi. Diksi monoton dan mainstream, akan membuat tulisan terkesan mudah ditebak dan membosankan. Maka dari itu, penulis akan berbagi tentang bagaimana cara memilih diksi anti mainstream, agar tulisan lebih variatif dan mengena kepada pembaca.

Dalam pemilihan diksi, ungkapan yang ditulis harus dapat dipahami, dengan tetap memperhatikan kaidah makna, kalimat dan sosial.

Terkadang, kelemahan segelintir penulis adalah, memilih diksi anti mainstream tingkat tinggi, namun tidak melakukan crosscheck arti kata sebenarnya dalam KBBI.

Jadi cukup banyak penulis terutama pemula, terbelenggu dengan pikatan diksi anti mainstream teramat nyastra, namun maknanya malah tak tersampaikan.

Ada beberapa cara memilih diksi anti mainstream:

Bagaimana cara memilih diksi anti mainstream apabila harta karun kata-kata kita hanya sebesar genggaman tangan?

Kata-kata berperan sebagai perantara penulis dalam membangkitkan imajinasi dan menyampaikan intuisi.

Untuk memperkaya perbendaharaan kata, terdapat banyak "sekop" yang dapat dimanfaatkan untuk menggali "harta karun kata".

Diantaranya adalah :

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
Wikipedia Bahasa Indonesia
Wiktionary Bahasa Indonesia

"Kalau sebuah bahasa dengan kesusasteraannya tidak didukung oleh tradisi membaca masyarakatnya, maka kematiannya akan segera menyusul"
- Ajip Rosidi

Kutipan dari salah satu maestro puisi Indonesia di atas telah sepenuhnya menggambarkan hal yang akan dibahas kali ini. Untuk dapat menemukan diksi anti mainstream, kita memerlukan referensi penulis dan sastrawan profesional.

Bagaimana tulisan-tulisan Pramoedya Ananta Toer dan Seno Gumira Ajidarma, dengan ciri khas fragmentarisnya. Pembawaan narasi yang kaya akan diksi-diksi menghanyutkan, membuat pembaca benar-benar dapat merasakan suasana yang mereka deskripsikan.

Diksi sederhana dan direct, milik Eka Kurniawan pun, dapat dijadikan inspirasi bagi penulis yang ingin memilih diksi anti mainstream tidak terlalu lebay dalam menggunakan ornamen. Atau Mochtar Lubis dengan pembawaan menggebu, penekanan, repetisi, membuat pembaca terkuasai emosi yang dihadirkan dalam tulisannya.

Menggunakan kalimat analogi pun sering melibatkan diksi anti mainstream di dalamnya untuk menunjang kelihaian tulisan.

Sebagai contoh :

"Senyumnya menghangatkan diri, layaknya kilau mentari, kala pagi hari".

Salah satu cara memunculkan dan memilih diksi anti mainstream adalah penggunaan majas.

Metafora, personifikasi, alegori, ironi, hiperbola, dan lain-lain. Dalam kalimat bermajas, terdapat diksi yang dimanfaatkan sebagai benang merah, penyampai rasa sang penulis dalam tulisannya.

Sebagai contoh :

"Perasaannya sejernih embun, namun sepekat legam malam ini".

Memulai menulis karya sastra, hal mendasar yang perlu dipahami adalah, kaidah penulisan yang baik dan benar.

Salah satunya dapat menggunakan metode leksikal, menelusuri kata berdasarkan sinonim dan antonimnya. Dalam karya sastra, kata tidak selalu diharuskan bermakna denotatif (sebenarnya).

Teknik lain yang dapat memunculkan diksi anti mainstream adalah metode repetisi (pengulangan).

Sebagai contoh :

"Tamak mencumbu, tamak merayu. Tak juga melaju, tak juga dirimu".

Tujuan Diksi

Diksi atau Pemilihan kata memiliki tujuan yaitu untuk mendapatkan sebuah keindahan guna untuk menambahkan daya ekspresivitas.

Oleh karenanya, sebuah kata akan menjadi lebih jelas, apabila pilihan kata tersebut sesuai dan tepat sasaran. sebuah ketepatan pilihan pada kata ialah bertujuan untuk tidak menimbulkan suatu interpretasi yang berlainan antara dengan penulis atau pembicara dengan para khlayak pembaca atau khalayak pendengar, sedangkan pada kesesuaian kata bertujuan untuk tidak merusak suatu suasana.

Selain itu juga memiliki fungsi untuk menghaluskan sebuah kata dan suatu kalimat agar terasa lebih pantas dan indah.

Serta dengan adanya diksi ini oleh pengarang bisa berfungsi untuk mendukung tentang jalannya sebuah cerita agar yang lebih runtut menggambarkan suatu tokoh, lebih jelas lagi mendeskripsikan sebuah latar waktu, latar tempat, dan juga latar sosial di dalam suatu cerita tersebut.

Fungsi Diksi

Ada beberapa macam fungsi dari diksi. Berikut ini adalah beberapa macam fungsinya yaitu sebagai berikut :

🤭Dapat menjadikan orang yang membaca ataupun yang mendengar karya sastra tersebut menjadi lebih faham tentang apa yang ingin disampaikan oleh para pengarang.
🤭Dapat membuat komunikasi menjadi lebih efektif lagi.
🤭Untuk melambangkan sebuah ekspresi yang ada di dalam suatu gagasan secara verbal yaitu : "tertulis maupun terucap".
🤭Dapat membentuk sebuah ekspresi ataupun sebuah gagasan yang tepat sehingga bisa menyenangkan bagi para pendengar ataupun para pembacanya.
🤭Dapat melambangkan sebuah gagasan yang diekspresikan dengan secara verbal.
🤭Dapat membentuk sebuah gaya ekspresi suatu gagasan yang tepat seperti : resmi, sangat resmi, dan tidak resmi, sehingga kan lebih menyenangkan bagi pendengar atau pembacanya.
🤭Untuk menciptakan sebuah komunikasi yang lebik baik dan benar.
🤭Untuk menciptakan suasana yang sesuai dan tepat.
🤭Untuk mencegah sebuah perbedaan penafsiran.
Untuk mencegah kesalah pahaman.
🤭Untuk mengefektifkan suatu pencapaian target dalam komunikasi.

Itulah beberapa cara memilih diksi anti mainstream berdasarkan pengetahuan penulis.

Banyak cara lain yang dapat dieksplor sesuai gaya kepenulisan dan pembawaan setiap penulis.

Memilih diksi anti mainstream dapat berpengaruh terhadap pemaknaan tulisan. Dari penjelasan di atas, semoga dapat memperjelas mana yang sebaiknya dihindari dan dilakukan.

Sebelum menutup. Berikut kutipan salah satu karya termasyur Sapardi Djoko Damono yang terdapat beberapa pilihan diksi anti mainstream :

"Dalam diriku menggenang telaga darah, sukma namanya. Dalam diriku meriak gelombang sukma, hidup namanya".

Diksi ala angel :

Aku berkabung dalam lubuk hati yang tak henti berkelukur atma

Diksi ala Nara :

Nestapa air yang meleleh dari mata mengukirkan rindu yang kian menyembilu

Kalau bikin cerita yang pake diksi tinggi, jangan berlebihan. Takutnya banyak pembaca yang gatau arti, dan malah banyak bertanya. Tidak bisa dinikmati, harus mikir dulu. 'Kan ga semua pembaca tahu, dan paham.

Diksi yang bagus itu harus tau penempatannya jg dalam kalimat. Jangan asal, dan kesannya gak pas. Malu-maluin nanti jatohnya.

Kalau untuk puisi, diksi kaya bbrp contoh di atas cocok deh.

Juga, kalau kamu dah pinter pake diksi di ceritamu, jangan lupa tanda baca dan kepentingan lain dlm menulis (kapital, elipsis, dll) harus benar.

Percuma diksi bagus tapi semua penempatan dasar kepenulisan salah.

Sekian dulu dari Jojo, dan juga Shinta yang suka makan sosis so nes. Semoga bermanfaat🧞‍♀️💜

Kumpulan Materi KepenulisanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang