Chapter 9: Mine

22.6K 1.6K 20
                                    

🎵song: Feel it-Michele Morrone

--------

Steve memacu langkahnya di lorong putih yang terlihat sepi, hanya ada beberapa perawat yang baru mengecek keadaan beberapa pasien mereka. Pria itu kini menatap pintu berwarna putih di depannya untuk beberapa saat sebelum menggeser-nya membuat matanya menangkap sosok wanita yang kini sedang terduduk di atas ranjang rawat dengan seorang suster yang sedang mengobati luka-lukanya.

Alexa meliriknya sekilas sebelum kembali menatap suster yang sedang memberi penjelasan tentang obat apa saja yang harus ia minum untu beberapa hari kedepannya.

"Kalau ada apa-apa nona bisa menekan tombol ini, saya permisi."

Alexa mengangguk paham, suster itu pergi dari dalam kamarnya dan meninggalkannya bersama Steve yang masih berdiri di depan pintu dengan wajah datarnya.

"Apa?" Alexa mengangkat sebelah alisnya bingung.

Steve berjalan kearahnya, dan dalam satu tarikan pria itu membawa Alexa kedalam pelukannya. Alexa terdiam untuk beberapa saat, nyaman. Itu yang bisa ia rasakan saat ini, ia tahu ini salah tapi entah kenapa Alexa tidak ingin melepaskan pelukan ini.

Ia telah mengenal Steve sejak pelatihan pertamanya, dan tanpa ia duga takdir membawanya lebih dekat dengan pria ini. Tapi Alexa tahu ia tidak pernah bisa menjalin hubungan serius dengan siapapun, karena semua itu selalu tidak berjalan dengan lancar dan pada akhirnya ia hanya akan membuang buang waktu.

"Aku belum mati, jadi berhenti bersikap aneh." Alexa mendorong Steve membuat pelukan keduanya terlepas tapi tidak membuat jarak di antaranya berkurang.

"Aku sudah bilang jangan bertindak bodoh." Ucap Steve datar.

Alexa tersenyum sinis, "Aku bekerja dengan insting ku bukan dengan hati. Aku akan lakukan apapun yang menurut ku benar, jadi berhenti mengurusi hidup ku." Alexa berdiri dari duduknya, ia mengambil jaket hitamnya yang tergeletak di atas sofa dan berjalan keluar ruangan.

"Alexa!" Panggil Steve membuat langkahnya terhenti, menunggu pria itu meneruskan perkataannya. Tapi tidak ada yang bisa ia dengar, seperti biasanya Steve akan selalu menjadi pria pengecut yang tidak bisa mengakui apapun dalam hidupnya.

Alexa berjalan keluar, meninggalkan Steve yang mengepalkan tangannya kuat-kuat.

Untuk kesekian kalinya, ia telah gagal.

--------

Raymond menghisap benda yang terselip di tangannya untuk kesekian kalinya, matanya menatap langit malam dengan datar. Aura gelap yang selalu menyelimuti-nya tampak lebih kentara.

"Kita harus segera pergi Raymond, CIA pasti akan sudah mengetahui kalau kita sedang bersembunyi di sini." Bennet meminum cairan bening itu dengan sekali teguk, penampilannya kini cukup berantakan.

Ia harus mengurus kematian Angelo yang mungkin akan meninggalkan jejak yang akan membahayakan dirinya dan Raymond, walau tidak mudah tapi ia berhasil menghapus semua jejak itu dengan rapih.

"Bersembunyi?" Gumam Raymond menatap pria yang berdiri di atas balkon itu dengan bingung.

"Sejak kapan kita bersembunyi, Bennet?" Raymond tersenyum miring, ia berbalik dan menyandarkan tubuhnya di pagar pembatas balkon membiarkan angin malam menerpa tubuhnya yang kini hanya terbalut kemeja hitam dengan dua kancing teratas yang terbuka.

"Kita tidak pernah sembunyi, ingat itu. Merekalah yang terlalu bodoh untuk menemukan kita." Raymond membuang rokok-nya keatas meja, meneguk wine di gelasnya.

The Angel Of Death [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang