Chapter 18: Sweet night

18.9K 1.3K 16
                                    

Orang bilang sepintar apapun kita menyembunyikan sesuatu pada akhirnya semua itu akan terbongkar juga, begitulah yang Alexa rasakan saat ini. Satu per satu topeng yang selama ini ia gunakan mulai retak di hadapan pria asing yang bahkan baru ia kenal beberapa hari yang lalu tanpa di sengaja.

Alexa menghembuskan asap rokok di tangannya, menikmati pemandangan di depannya. Kerlap-kerlip lampu kota yang tampak bersinar membuatnya tampak seperti ribuan bintang yang tersebar di atas langit malam.

"Mau minum?" Reymond datang dari dalam ruangan dengan membawa dua gelas kaca berisikan cairan bening.

Alexa mengambil gelas itu dan meminum cairan bening yang langsung membuat tenggorokannya merasakan sensi panas yang sangat ia sukai.

"Sejak kapan kau punya kelainan jiwa?" Tanya Reymond tanpa mengalihkan pandangannya.

Alexa tertawa kecil menanggapi perkataan pria di sampingnya itu. "Apa membunuh orang adalah sebuah kelainan?"

Reymond mengangkat bahunya tidak peduli. "Bahkan jika memiliki alasan yang kuat pun kau akan di sebut memiliki kelainan karena membunuh orang begitu saja."

Alexa menghisap benda yang terselip di tangannya lalu menjatuhkan benda itu kelantai, ia meneguk sisa minumannya hingga kandas dan melemparkannya begitu saja ke lantai membuat bunyi pecahan kaca yang cukup nyaring.

Alexa berjalan mendekat kearah Reymond hingga mata keduanya saling bertatapan, kedua tangannya kini sudah melingkar di leher pria itu. Iris mata abu-abu itu menatapnya dengan tajam, tidak ada sedikitpun garis ekspresi yang bisa Alexa tangkap di wajah yang terpahat dengan sempurna itu.

"Apa kau juga berfikir begitu?"

Reymond meneguk minumannya dan menyimpan gelas kacanya pada sebuah meja yang berada di samping balkon.

Tangannya melingkar di pinggang Alexa, membawa wanita itu lebih dekat dengannya. Sebelah tangannya terangkat menyingkirkan setiap helai rambut yang menutupi wajah cantik yang menjadi hal favorit nya akhir-akhir ini.

"Tidak."

Reymond mengusap lembut bibir ranum itu dengan jari jempolnya dan membuat mulut Alexa kini sedikit terbuka.

"Kau tampak seperti seorang dewi." Reymond memberikan satu kecupan kecil di bibir ranumnya lalu kembali menatap Alexa yang kini tersenyum miring.

Alexa mencondongkan tubuhnya hingga kini kepalanya tepat berada di samping kepala Reymond, ia membisikan beberapa kata yang berhasil membuat pria itu tersenyum.

"I'm not a goddess. I'm an angel, angel of death."

"Sure, aku hanya akan mati di tangan mu Alexa." Jawab Reymond sambil tersenyum miring. Pria itu menarik dagu Alexa lalu mencium bibirnya dengan lembut, tidak ada satupun bagian bibirnya yang terlewat.  Alexa membuka sedikit mulutnya membuat Reymond memiliki kesempatan untuk memperdalam tautan keduanya.

Entah berapa lama ciuman itu berlanjut, Alexa bahkan tidak menyadari bahwa kini ia sudah berada di atas ranjang dengan Reymond yang kini menindih tubuhnya. Alexa mendorong dada Reymond dengan susah payah, sepertinya pria itu sudah berada di alam lain. Matanya yang menggelap seolah siap menyantapnya kapanpun membuatnya sadar bahwa ia menginginkan hal lebih dari ini.

Alexa menarik nafas dalam-dalam seolah oksigen di sekeliling telah habis, nafasnya terputus-putus membuat dadanya naik turun.

"Kau sangat cantik." Ucap Reymond mengusap lembut pipi Alexa.

Mata bulat Alexa menatap pria di depannya dengan manik mata yang terlihat indah, pikirannya seolah berantakan begitu saja, ia bahkan tidak merasa risih saat tangan Reymond menyentuh tubuhnya. Tangan kekar itu beranjak mengusap pahanya yang terekspos begitu saja karena dress yang ia gunakan kini tersingkap.

The Angel Of Death [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang