Chapter 19: Trap

16.5K 1.2K 21
                                    

Alexa menghembuskan nafas lega saat merasakan sensasi hangat dari teh panas yang sedang ia minum, kini tubuhnya yang hanya terbalut dengan kemeja putih yang hanya bisa menutupi tubuhnya hingga paha bagian atasnya.

Alexa memejamkan matanya menikmati suasana pagi dari balkon apartemen Reymond, sebelah tangannya terangkat untuk menarik rambutnya yang mulai mengganggu penglihatannya.

Sesekali Alexa berbalik kebelakang untuk mengecek apakah pria itu sudah kembali atau belum, Reymond saat ini sedang pergi  membeli beberapa makanan di sebuah mini market yang tidak jauh dari apartemennya karena kulkas pria itu ternyata tidak menyediakan satupun bahan makanan.

Menghela nafas bosan, ia baru saja akan kembali beranjak dari tempatnya sebelum dering telpon membuat langkahnya berhenti di ujung jalan. Alexa mengambil ponselnya yang berada di atas meja, sebelah alisnya terangkat saat melihat ada enam panggilan tak terjawab dan Carrie, lima belas pesan masih dari orang yang sama Carrie.

Wanita itu pasti saat ini sedang gila-gilanya karena ia menghilangkan begitu saja.

Jari Alexa terhenti saat menyadari masih ada tiga panggil tak terjawab lainnya, dan itu semua dari Steve. Dan entah kenapa jari Alexa secara langsung menekan nomor Steve dan menelpon kembali pria itu, Steve tidak pernah menelponnya seperti ini, itu berarti ada hal penting yang harus ia ketahui.

Baru di dering kedua suara panik seorang pria dari seberang sana membuat kesadaran Alexa terasa tertarik begitu saja.

"Dari mana saja kau?" Tanya Steve saat panggilan nya terhubung.

"Ada apa?" Tanya Alexa bingung.

Dari seberang sana terdengar suara gerakan Steve dan pembicaraan beberapa orang lainnya membuat Alexa tanpa sadar langsung memunguti bajunya satu persatu dan mengganti pakaiannya secepat kilat dengan ponsel yang masih tertempel di telinganya.

Ia tahu betul suara siapa itu, itu Davis dan beberapa rekannya. Itu tandanya saat ini Steve berada di markas besar.

"Para kelompok mafia itu kembali melakukan sebuah transaksi tadi malam di sebuah gedung kosong di ujung kota, mereka sangat pintar dalam memilih tempat."

Alexa berjalan dengan cepat menuju pintu utama, sebelah tangannya menjinjing sepatu high heels miliknya sedangkan sebelah tangannya yang lain menggenggam ponselnya. Ia bahkan sudah tidak bisa memikirkan hal lain selain bagaimana bisa ia sangat ceroboh karena malah tidur bersama seorang pria di saat tergetnya sedang berjalan jalan santai di luar sana.

"Siapa yang berada di tempat saat?" Tanya Alexa yang kini sudah memasuki taxi dan berusaha untuk memakai sepatunya lagi.

"Tim alpha satu. Davis mengirim mereka untuk berjaga-jaga akan terjadi peperangan yang tidak di duga."

Alexa mengangguk paham. "Jenis transaksi seperti apa yang mereka lakukan?"

"Tunggu," Ucap Steve di balik sana, pria itu memberikan ponselnya pada seorang pria nama George yang menjadi ketua dalam tim penyerangan.

"Lapor, kami mendapati sebuah transaksi ilegal antara kedua belah pihak. Sebuah senjata AK-47 sebanyak dua buah, FN FAL sebanyak lima buah, dan Rheinmetall MG 3."

Alexa menatap tak percaya, kepalanya seolah berdenyut dengan kuat seolah ada sebuah balok kayu yang menghantam kepalanya.

"Seriously? Apa yang akan mereka lakukan dengan semua senjata itu?! Apa mereka berpikir untuk melakukan peperangan?!" Teriak Alexa tak percaya.

Ketiga senjata yang baru saja George sebutkan merupakan senjata api paling mematikan yang pernah ada, hanya orang-orang dengan kekuasaan tinggi yang bisa memiliki senjata seperti itu. Alexa sangat yakin bahwa di balik transaksi yang terjadi pada kemarin malam kelompok mafia itu sedang menyiapkan sebuah rencana besar yang pastinya tidak bisa mereka sepelekan.

"Lalu apa yang kalian padatkan selain itu?" Tanya Alexa berusaha setenang mungkin, ia menarik nafas berulang kali tapi perkataan George membuatnya ingin mengumpat sekeras mungkin.

"Tidak ada."

Alexa menekan tombol merah pada ponselnya begitu saja, wanita itu memukul mukul kuat bangku penumpang di depannya membuat sopir taxi itu menekan saliva nya.

"Fuck!"

-----------

Reymond tersenyum menatap seorang wanita yang sedang berjalan memasuki taxi dengan tergesa-gesa, terlihat sekali bahwa wanita itu baru saja mendapatkan kabar yang tidak mengenakkan sama sekali.

Bersamaan dengan itu pria yang sedang tersenyum miring itu menatap layar ponselnya yang tertera nama Bennet di sana.

"Transaksi berhasil."

Reymond memasukan sebelah tangannya ke saku celananya, pria itu berjalan dengan santainya memasuki sebuah apartemen yang bahkan baru ia beli beberapa hari yang lalu.

"Bagus, jebakan pertama berhasil. Mulai lakukan rencana kedua." Ucap Reymond dengan senyum licik yang terukir di wajahnya.

"Tentu."

---------

Alexa membanting beberapa foto yang ia lihat, dimana ada beberapa kelompok pria yang saling melakukan sebuah transaksi di sebuah gedung kosong. Foto itu di ambil dari kejauhan membuat gambarnya sedikit kurang jelas.

"Kenapa kalian tidak melakukan sesuatu?" Ucap Alexa pada seorang pria yang berdiri di depannya, pria itu adalah George. Ketua dari Tim alpha satu yang sedang bertugas tadi malam.

"Aku yang menyuruhnya." Ucap Davis membuat Alexa menatap pria itu dengan wajah bertanya-tanya.

"Kita semua kalah jumlah Alexa, dan persenjataan yang mereka punya membuat kita tidak bisa bertindak banyak.

Alexa menghela nafas gusar, mereka bisa ia taklukan. Ia yakin itu, andai saja malam itu Alexa berada di sana, dirinya pasti sudah mendapat banyak petunjuk di sana.

"Ini transaksi pertama mereka tanpa pria bertopeng itu." Ucap George membuat Alexa mengangkat kepalanya menatap pria itu.

"Pria itu tidak ada?" Alexa mengerutkan dahinya bingung.

George menggelengkan kepala nya. "Tidak, pria itu tidak datang. Hanya ada beberapa anak buah dan seorang pria tua yang memimpin transaksi pada malam itu."

"Pria itu? Siapa?"

"Bennet Rover, dia adalah tangan kanan dari pria bertopeng. Dari saat perjalanan di Krakow, Polandia hingga di Lisbon, Portugal. Anak buah ku selalu mendapati pria itu di dekatnya, tapi kali ini dia hanya datang sendiri tanpa bos nya." Ucap Davis membuat Alexa terdiam beberapa saat, otaknya mulai berfikir keras untuk menghubungkan pria bernama Bennet itu pada sosok pria yang masih menjadi tanda tanya besar baginya.

"Apa kita bisa melacaknya?" Tanya Alexa membuat Davis memnggeleng kan kepalanya untuk menjawab pertanyaan Alexa.

"Kecil kemungkinannya tapi aku yakin bisa, pria itu seperti sebuah porselen langka yang di jaga ketat." Ucap Davis.

Alexa berdiri dari posisi duduknya, wanita itu menatap Davis dengan tatapan tajam.

"Kita ubah targetnya."

Davis mengerutkan dahi tak mengerti.

"Maksudnya?"

Alexa tersenyum licik.

"Bennet Rover, dia Terget kita sekarang."






















To be continued
----------------------

Hai semuanya, semoga suka ya sama chapter ini. Maaf banget tadi malam aku gak update cerita ini, sebagai gantinya aku usahakan hari ini aku double update nya. Jangan lupa tinggalkan jejak. Terimakasih.

Instagram: aurajuliana__

Thank you.
Salam, penulis12

The Angel Of Death [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang