Chapter 33: Connected

12.3K 972 30
                                    

🎶Stromae-alors on dance
----------

Alunan musik yang mengalun dengan merdunya mengisi penjuru ruangan yang penuh dengan aura menakutkan, jemari lentik itu dengan mahir menekan setiap not piano. Rambutnya yang di ikat memperlihatkan leher jenjang yang membuat setiap mata di ruangan itu menggelap, bibir merah yang sangat tampak kontras dengan kulit putih nya membuat wajah cantiknya tidak bisa di ragukan lagi.

Matanya terpejam menikmati alunan musik yang ia mainkan, bahkan ia tidak memerlukan penglihatan nya saat mainkan alat musik yang satu ini. Semuanya sudah tertanam di otaknya.

Suara langkah kaki yang tampak terburu-buru membuat beberapa pria yang sedang berjaga di dalam ruangan menundukkan pandangan mereka dari wanita yang sedang terduduk sambil menikmati setiap not lagu.

Dimitri menunduk sopan memberi salam, sebelum mendekatkan wajahnya pada telinga wanita itu, jemari lentik itu terhenti membuat kini suasana ruangan sedikit lebih mencengkam kan. Mata itu kini terbuka, Aurora menatap pria di sampingnya dengan wajah datar.

Ia berdiri dari duduknya membuat suara gesekan antara ujung kursi dengan lantai yang saling bergesekan.

Aurora menatap Dimitri untuk beberapa saat sebelum sebuah senyum sinis terukir di wajah wanita itu.

"Sambutlah kakak ku dengan baik Dimitri." Ucap Aurora lalu berjalan melewati pria itu menuju meja bar di ujung ruangan.

Hanya dalam hitungan menit saat Dimitri pergi meninggalkan ruangan, suara berat seorang pria memenuhi ruangan bergaya klasik itu.

Aurora menuangkan anggur merah pada dua gelas kaca, ia berbalik hingga kini matanya berpapasan dengan tatapan tajam seorang pria yang sangat ia kenali. Wajah datar itu terpahat dengan sempurna, mata tajam yang selalu membuat siapapun yang menatap ke dalamnya akan merasakan ajalnya.

Aurora menarik lebar garis bibirnya menciptakan senyuman termanis yang pernah ia berikan, sayang nya ia hanya akan memberikan senyuman itu pada pria di depannya ini.

"Bonjour!" Sapa Aurora, wanita itu berjalan mendekati Reymond yang menatap nya tajam. Kedua tangannya memegang dua buah gelas kaca yang sudah terisi wine.

Ia memberikan salah satu gelas tersebut kepada Reymond, tapi bukannya menerapkan pria itu menepis kasar tangan Aurora membuat gelas di tangan kirinya harus terjatuh ke lantai dan menimbulkan suara yang cukup bising.

Senyum itu kini berubah menjadi garis tipis tanpa ekspresi, wajahnya mendatar menatap pecahan gelas tersebut. Sebelah alisnya terangkat. "Wah, penyambutan yang sangat sopan." Ucap Aurora.

Wanita itu kini menatap Reymond sambil meminum wine di gelasnya.

"Ada apa, kakak?"

Reymond berdecak sinis menatap wajah wanita yang kini menatapnya tanpa rasa bersalah sedikitpun, seolah wanita itu tidak pernah melakukan kesalahan.

"Sedang apa kau di sini?" Tanya Reymond.

Aurora mengangkat bahunya acuh, wanita itu berjalan menuju sebuah sofa di ruang. Tubuhnya duduk dengan santai dengan kaki nya yang terangkat ke atas meja, menatap santai Reymond.

"Menurut mu?"

Reymond mengepalkan tangannya kuat-kuat. "Aurora." Geram pria itu.

Bukannya merasa takut, Aurora justru tertawa kecil menanggapi ekspresi yang di berikan Reymond. Wanita itu membenarkan posisi duduknya, menyimpan gelas kaca di tangannya ke atas meja.

Kedua tangannya menopang wajahnya yang menatap Reymond dengan tatapan mengejek. "Tentu saja membereskan masalah yang kembali kau buat."

Reymond maju beberapa langkah. "Aku perintahkan kau, jangan pernah kau menyentuh Alexa sedikitpun." Ucap Reymond menekan setiap kata yang ia ucapkan.

The Angel Of Death [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang