🎭 • 9

402 46 6
                                    

Hai semua, selamat datang di cerita Topeng part kesembilan

Apa kabar?
Tumben ya aku update siang
Eh kayaknya pernah deh
Tapi jarang banget

Pastikan kalian sudah berada di posisi ternyaman, nyalakan lagu kesukaan kalian, siapkan cemilan serta minuman kesukaan kalian
Dan mulailah membaca dan meng-halu

SELAMAT MENIKMATI CERITA

🎭

"Adaw.. lidah gue!! Susunya kok panas gini sih Bi? Lidah Salsha jadi kebakar!" jerit Salsha sambil terus mengipasi lidahnya yang panas.

"Maaf Non, Bibi tadi ngelamun."

"Bibi kalok kerja jangan ngelamun dong. Nanti kalau tangan atau kaki Bibi kena air panas dispenser kan bahaya," ucap Salsha sambil meniup kecil susu vanila panas yang asisten rumahnya buatkan.

"Emangnya Bibi ngelamunin apa?"

"Tengah malam nanti anak pertama Bibi mau menjalani operasi amandel. Jadi Bibi sedikit kepikiran."

Ucapan lemah sang asisten rumah tangga membuat aktivitas meniup Salsha terhenti. Beruntung sekali anak Bibi karena memiliki ibu yang begitu perhatian dan senantiasa mengkhawatirkannya. Sejenak, gadis itu jadi merindukan sosok Jasmine. Sosok mama yang dulu selalu melarangnya bermain keluar bersama teman-teman sebayanya.

"Kenapa Bibi gak minta libur aja sama Papa? Mumpung masih jam 8 malam. Apa Salsha aja yang ijinin?"

"Gak usah Non, Bibi kan harus cari uang ekstra buat biaya rumah sakit anak Bibi." Bibi tersenyum lembut, membuat hati Salsha sedikit tercubit. Dengan selalu mendengar cerita Bibi, membuat mata hati Salsha sedikit terbuka. Bahwa, kita harus senantiasa bersyukur dengan apa yang Tuhan berikan karena kita tidak tau kalau di luar sana masih banyak orang yang hidupnya lebih tidak beruntung.

Salsha sedikit merasa bersalah kepada Harrie.

"Gapapa Bi. Khusus malam ini, Bibi boleh pulang. Biar urusan Papa, Salsha yang urus." Salsha tersenyum cerah yang ajaibnya langsung menular pada wajah renta penuh keriput Bibi, sosok wanita yang sejak balita senantiasa menemani dirinya.

"Bagaimana cara Bibi berterima kasih atas semua kebaikan Non Salsha selama ini?"

"Dengan tetap bekerja di sini dan rawat aku Bi. Karena aku gak akan pernah bisa menjadi seperti sekarang kalau bukan karena bimbingan Bibi," ujar Salsha sembari meraih kedua tangan Bibi kemudian mengecupnya bergantian. Membuat air mata Bibi menetes karena tidak sepantasnya sang majikan memperlakukan dirinya seistimewa itu.

Salsha menatap lekat kedua mata Bibi kemudian tangan kanannya terjulur untuk menghapus air mata nakal yang menetes dengan seenaknya. "Silahkan Bi. Temui anak Bibi dan beri dia semangat. Sampaikan semoga lekas sembuh dari Salsha ya."

"Sekali lagi terima kasih Non." Bibi sibuk menyeka air mata yang terus turun. Tak bisa dipungkiri, dirinya merasa sangat beruntung bisa bekerja di sini. Beruntung karena berhasil mendidik anak majikannya menjadi gadis yang baik dan berhati lembut walaupun dirinya tau bagaimana tidak akurnya Salsha dengan papanya.

"Sama-sama Bi."

Bibi kemudian berlalu meninggalkan kamar Salsha dan juga meninggalkan Salsha dengan pertanyaan yang menumpuk di pikiran. Saat ini, gadis itu sangat berharap kalau mamanya akan kembali pulang atau menjemput dirinya untuk tinggal bersama dengannya. Sungguh, Salsha sudah terlalu muak dengan sikap egois Harrie yang selalu menjadikannya perantara dan juga boneka.

Hanya dengan memikirkannya saja sudah sanggup membuat kepala Salsha uring-uringan.

Salsha kembali meniup susu vanila kesukaannya lalu perlahan menyesapnya hingga tinggal setengah. Entahlah, akhir-akhir ini pikirannya sering sekali bercabang ke sana kemari memikirkan hal-hal yang tidak sepantasnya ia pikirkan.

TOPENG [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang