🎭 • 28

260 37 12
                                    

Hai selamat datang di cerita Topeng part kedua puluh delapan

Dua hari kita gak ketemu ya kalian hehe
Kangen gak?
Btw kalian kangen siapa nih?
Btw ini udah mulai konflik ya
Jadi kalian siap-siap aja dibuat kesel sama Salsha dan yang lain

Yuk

SELAMAT MENIKMATI CERITA

🎭

Setelah mengambil sebungkus besar makanan ringan serta beberapa kaleng susu dingin, Salsha kembali merebahkan raganya di kasur yang empuk sambil berceloteh riang pada ketiga temannya melalui laptop. Gadis ber-rambut coklat itu terus berceloteh sambil sesekali mengunyah makanan ringan hingga mulutnya mengembung.

"Eh kalian pada tau Raya gak? Adik kelas yang waktu itu cari muka waktu upacara 17 Agustus?" ucap Rindu yang sejak tadi nampak antusias menceritakan segala hal mulai dari yang paling tidak penting hingga yang serius.

"Ouh tau, tau. Kenapa lagi dia?" sahut Salsha tak kalah antusiasnya. 

"Beberapa bulan yang lalu dia masuk eskul karate dan dari awal gue sama Iqbaal udah curiga kalau dia pasti mau apa-apa. Dan ternyata benar dong, dia caper banget sama Iqbaal dan anak-anak karate cowok yang lain. Pura-pura ketendang lah, pura-pura sakit lah, minta anterin pulang lah, banyak deh pokoknya. Pernah sekali dia nuduh gue udah nendang dadanya dia, padahal kaki gue aja belum nyentuh bajunya dia, huftt, nyebelin banget tu anak satu." Rindu nampak memijit pangkal hidungnya.

"Gue tebak, dia pasti udah keluar atau dikeluarin dari eskul karate," sahut Ratu yang sejak tadi lebih banyak menyimak karena gadis blasteran itu sedang sibuk berkutat dengan buku jurnal OSIS nya.

"Seratus buat lo, Rat. Dia akhirnya keluar dari karate dengan alasan mau fokus ke satu eskul aja. Akhirnya setelah itu eskul karate jadi aman damai sentosa."

"Kalian udah belajar belum? Besok mau ada kuis fisika dan gue gak nanggung kalok soalnya susah," ujar Sasya yang sejak tadi nampak tidak berminat bergosip tapi setidaknya gadis itu tetap mendengarkan walaupun tidak ikut andil.

"Oh iya! Gue lupa lagi ada kuis, mana gue belum ngerti lagi sama materinya. Ajarin dong, Sya, mumpung lo di sini." Rindu mengeluarkan jurus memohonnya.

Sasya nampak menghela nafas lalu mengalihkan pandangan dari buku yang sejak tadi ia baca. "Mana yang gak bisa?"

Pintu kamar Salsha tiba-tiba saja terbuka dan kini Candra nampak mendekat lalu ikut berbaring di sebelah Salsha, menyebabkan laptop gadis itu bergoyang-goyang.

"Eh, eh, laptop gue! Ngapain sih?!" Salsha memukul pelan lengan Candra yang sudah datang seenaknya.

"Ada Aldi tuh di bawah. Nyariin lo," ucap Candra sembari menopang dagunya dengan kedua tangan sambil memperhatikan ketiga sahabat Salsha yang tengah fokus mendengarkan Sasya menjelaskan materi.

Sementara Salsha nampak terdiam sebentar sambil mengingat-ngingat sekiranya apa tujuan Aldi datang ke rumahnya malam-malam begini. Hingga akhirnya otak Salsha connect.

"Guys, gue left duluan ya, ada urusan. Besok gue gak mau tau, Sasya harus jelasin apa yang gue belum ngerti."

Sasya nampak merotasikan kedua bola matanya kemudian mengangguk. "Ya."

"Sip lah, gue pamit ya sayang-sayangku. Babay." 

Tanpa menunggu jawaban teman-temannya, Salsha segera menutup aplikasi dilanjutkan dengan menutup laptop kesayangannya sementara Candra sejak tadi hanya terlihat mengamati segala gerak-gerik sepupu kesayangannya.

"Kenapa liat-liat?!" sewot Salsha dengan kedua tangan yang dilipat di depan dada, membuat Candra menyengir lucu.

"Ayok ke bawah. Dicekek bokap baru tau." Candra lekas bangun dari posisi tidur telungkup lalu menarik tangan Salsha menuju ruang tamu, membuat Salsha yang tak siap sedikit terhuyung namun dengan cekatan laki-laki tinggi kurus itu menahan tubuhnya.

TOPENG [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang