🎭 • 29

271 35 8
                                    

Hai selamat datang di cerita Topeng part kedua puluh sembilan

Kembali lagi bersama aku yang tidak sempurna ini eaaa
Kangen banget sama kalian padahal baru dua hari
Seneng juga karena bisa terus lancar idenya jadi kalian gak perlu nunggu lama
Aku selalu usahain update konsisten demi kalian guys
Moga makin greget ya karena kita sudah masuk ke konflik tapi belum puncak
Tunggu saja tanggal mainnya

Yuk

SELAMAT MENIKMATI CERITA

🎭

"Benci banget dapet guru galak macam Bu Kartini! Masak gara-gara bisik-bisik doang gak boleh jajan di kantin?! Apa maksudnya itu?!" omel Devan yang sejak tadi terlihat sedang melihat-lihat makanan di sosial media sembari mengelus perut laparnya.

Candra mengangguk setuju. "Perut dah lapar ni."

Aldi yang sejak tadi santai sambil bermain ponsel kemudian menoleh dengan tampang malas.

"Udah nikmati aja. Ini juga kan karena lo," ujar Aldi dengan nada kurang ajarnya, membuat Devan bangkit dari bangkunya henda menerjang Aldi.

"Heh kutu kupret! Lo sadar gak siapa biang dari semua ini?! Lo goblok! Kalo aja tadi lo jawab pertanyaan gue, pasti gak akan gini jadinya!!" Devan murka dengan tangan yang memukul keras kepala Aldi.

"Argh!! Sakit goblok!!" pekik Aldi sambil memukul balik dahi Devan yang kebetulan masih berada di dekat bangkunya. 

"Udah kenapa deh? Kayak bocah aja lo berdua," lerai Iqbaal yang sebenarnya sudah sangat gerah dengan tingkah kedua sahabatnya itu. Namun apa daya, seluruh siswa kelas XI MIPA 2 tidak diperbolehkan keluar dari kelas sebagai hukuman dari Bu Kartini karena Devan ribut.

Devan biadab!

Kelas sejak tadi penuh dengan berbagai umpatan dan keluhan karena perut mereka terus berbunyi sedangkan pintu kelas tengah dijaga oleh seorang anggota OSIS agar tidak ada yang berani keluar. Sampai tiba-tiba anggota OSIS yang berjaga tadi nampak masuk dengan wajah sangar. Dia adalah Rafa.

"Aldi, Iqbaal, Devan dan Candra dicari Eleora," ucap Rafa dengan nada tegas.

"Berani lo memerintah ketua?" Aldi melipat kedua tangan di depan dada sambil menatap remeh ke arah Rafa.

"Maaf, Bos. Namanya juga tugas."

Setelah mendapat ijin keluar, akhirnya keempat sahabat itu keluar dari kelas menuju Salsha yang tengah duduk di bangku depan kelas. Gadis itu hari ini nampak sangat menggemaskan dengan rambut coklat kehitaman yang diikat menjadi satu membentuk pony tail serta pita besar berbentuk bunga mawar merah di bagian poni kiri.

Aldi dan kawan-kawan lantas mengambil tempat di sekeliling Salsha dengan Aldi dan Iqbaal yang berada di antara gadis itu.

"Kenapa manggil? Eh tapi bagus deh."

Salsha menoleh ke arah Aldi lalu menatapnya aneh. "Apanya yang bagus?"

"Dapet cuci mata sebentar."

"Iya tuh, soalnya dari tadi sekelas dikurung di dalam karena ini monyet satu," sahut Candra sembari mendorong sadis dahi Devan.

"Pada nyalahin gue sih?! Onoh biang keroknya!" Devan yang tidak terima langsung menunjuk kasar Aldi dengan telunjuk.

"Eh lo emang gak tau rumor apa?"

"Rumor apa sih, Bal?" Devan mendengus kesal, sangat kesal.

"Orang yang nunjuk tepat ke arah Aldi, besoknya langsung menuju alam baka."

TOPENG [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang