🎭 • 56

289 38 13
                                    

Hai selamat datang di cerita Topeng part kelima puluh enam

Selamat malam para kesayanganku
Gimana kabarnya kalian?

Sudah siap dengan ending?
Cepet amat yah, gak kerasa huhu
Cerita ini udah aku rancang sebaik-baiknya untuk kalian guys
Hehe

Mungkin setelah cerita ini ending, aku bakal rehat sebentar dari cerita alsha
Aku mau coba buat cerita fiksi remaja
Tapi tenang aja, aku pasti akan buat cerita alsha lagi
Karena aku bisa kayak sekarang karena alsha

Kalau kalian tertarik sama ceritaku yang non alsha nanti, silahkan
Kalau nggak, gapapa

SELAMAT MENIKMATI CERITA

🎭

Bel istirahat pertama yang berkumandang panjang membuat sebagian besar siswa Ananta menuju kantin untuk mengisi amunisi. Namun beda hal nya dengan Salsha dan kawan-kawan. Keempat gadis itu lebih memilih pergi ke rooftop dengan bekal empat bungkus camilan berukuran besar. 

Ghibah tanpa camilan bagaikan musim kemarau tanpa kipas angin.

"Jadi gimana?" ucap Rindu yang sejak tadi sudah menghabiskan seperempat camilan dalam genggamannya.

"Mama gue mau nikah lagi." Salsha berucap santai sambil melahap camilan yang baru saja ia buka. Namun jeritan dari Rindu dan Ratu membuatnya tersedak.

"APA?!"

"Uhuk uhuk, ambilin gue air!" Salsha menepuk-nepuk dadanya berharap rasa tersedaknya hilang, namun nyatanya sia-sia.

Lekas Sasya memberi Salsha air sambil mengusap-usap punggung sahabatnya itu. Setelah air dalam botol tinggal setengah, barulah rasa tersedak Salsha hilang. Gadis berambut coklat itu kemudian melayangkan tatapan tajam ke arah Rindu dan Ratu, sementara yang ditatap hanya menyengir tanpa dosa.

"Bisa gak waras sehari?! Kalok gue mati gimana?! Lo berdua mau dipenjara?!" ucap Salsha menggebu-gabu. Sungguh, walau cuma tersedak, kejadian tadi sanggup membuat dirinya hampir kehilangan napas.

"Ampun bang jago." Rindu masih sempat-sempatnya bercanda.

Tuk

"Malu-maluin gue lo!" sentak Ratu setelah berhasil mengetuk dahi Rindu.

"Terus?" Sasya berusaha kembali pada topik.

Raut kesal Salsha perlahan berubah seperti semula. "Dari kemarin gue bingung. Harus pergi ke sana atau nggak. Kalau gue pergi, nanti gue nangis lagi ditinggal nikah sama nyokap. Kalau gue gak pergi, takutnya gue gak bisa lagi ketemu nyokap. Soalnya waktu itu gue denger pacar nyokap mau bawa nyokap ke Jerman, malah nyokap pengen ngajak gue dulu."

Sasya merangkul mesra bahu Salsha kemudian memberi senyum terbaiknya. "Gak papa. Pergi aja, siapa tau bisa menghilangkan luka masa lalu. Gue pernah bilang sama lo, terkadang mengiklaskan sesuatu jauh lebih baik ketimbang melupakannya apalagi kalau membenci."

"Hem. Akan gue coba." Salsha melahap kembali tiga keping camilan sekaligus ke dalam mulut, membuat pipinya mengembung.

"Pacar! Where are you?!" teriak Iqbaal yang sepertinya sedang berlari menaiki tangga.

"Ratu! Devan datang! Tentunya membawa seisi kantin!" sahut Devan yang juga sepertinya tengah berlari.

Benar saja, tak lama datang empat orang laki-laki tak diundang dan langsung duduk di sela-sela para gadis. Bagi yang sudah punya hubungan tentu langsung menghampiri pasangan masing-masing. Namun Aldi dan Candra memilih untuk duduk di sebelah kanan dan kiri Salsha.

TOPENG [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang