🎭 • 25

307 36 6
                                    

Hai selamat datang di cerita Topeng part kedua puluh lima

Happy satnight semua
Gimana malam minggunya?
Cerah, berwarna, atau biasa-biasa saja?
Kalok biasa-biasa saja mending kalian baca Topeng hehe
Kali aja nyaman

Yuk

SELAMAT MENIKMATI CERITA

🎭

Malam ini rumah remi Aldi nampak ramai karena Salsha dan kawan-kawan tengah datang berkunjung tanpa adanya Candra. Katanya King dan Queen rindu akan pertandingan sengit yang dulu suka mereka lakukan. Aldi dan Salsha nampak sudah duduk di singgasana masing-masing dengan tangan yang sudah sibuk menata kartu satu persatu sambil sesekali saling melirik.

"Apa lo liat-liat?!" ucap Salsha dengan nada tidak santai karena sedari tadi Aldi seperti ingin mengintip kartu yang ada di tangannya.

"Galak amat, Buk." Aldi terkekeh sambil terus menyusun kartu sambil sesekali mengambil kartu di deck.

"Sebenarnya kalian itu mau tanding apa mau pacaran deh? Perih mata gue liatnya!" celetuk Devan yang sejak tadi hanya menjadi penonton dari kemesraan Aldi dan Salsha yang menurutnya nggak banget.

"Bacot!" ucap Aldi dan Salsha bersamaan, membuat Devan mengelus dada saking kagetnya.

"Definisi jodoh," ucap Iqbaal yang saat ini nampak bermain game bersama Sasya dengan heboh.

"LO KALAH!!" teriak Salsha dengan nada lantang membuat seisi ruangan terlonjak kaget terutama Aldi yang notabennya duduk di hadapan Salsha. Hingga beberapa saat kemudian, Aldi sadar kalau kartu yang ada di deck sudah habis akibat ulah tangannya. Jadilah laki-laki itu misuh-misuh tidak jelas sambil melempar kasar para kartu yang ada di genggamannya.

"YHAA... KALAH LAGI DEH HAHAHA..." Devan tertawa terbahak-bahak melihat betapa jeleknya wajah Aldi saat ini. Namun rupanya tawa Devan tak bertahan lama karena tiba-tiba saja sebuah sepatu menampar keras dahinya.

"Balikin sepatu gue," ucap Aldi dingin. Padahal sebenarnya laki-laki itu sangat ingin tertawa keras tepat di hadapan wajah Devan, cuma gengsi karena banyak gadis.

"Temen macam apa sih lo, Di? Heran gue kenapa bisa temenan sama lo!" Devan terus menggerutu sambil melempar kembali sang sepatu kepada pemiliknya yang langsung ditangkap dengan sigap oleh Aldi, membuat Devan lagi-lagi mendengus kesal. Padahal kan pengen buat dia benjol juga, pikirnya.

"Yang ada gue nyesel temenan sama yang modelannya kayak lo!" Aldi kembali menyahuti gerutuan Devan dengan kata-kata pedasnya, membuat Devan semakin cemberut.

"HUWA... GUE SELALU SAJA TERNISTAKAN DI SINI!! MATI AJALAH GUE!!"

"Bagus itu. Gih, tar uang jasa gali kuburnya gue deh yang bayar," ucap Aldi dengan kurang ajarnya.

"Jangan lupa warisan dari keluarga lo kasi ke gue ya, Van," sambung Iqbaal tanpa ada minat untuk berpaling dari game kesukaannya.

"TEMAN LAKNAT!"

"Devan, berisik tau nggak!!" sentak Ratu sembari memukul keras lengan Devan yang duduk di sebelahnya. Sejak tadi gadis itu berusaha fokus untuk mengerjakan tugas OSIS nya di laptop tapi selalu gagal karena sikap nyeleneh Devan.

"Ampun, Ratu." Devan menoleh ke arah Ratu kemudian mengatupkan kedua tangan di dada.

"Berisik lagi lo, gue gantung kebalik lo di ring basket!" Ratu memalingkan wajahnya dari Devan kembali menuju layar laptop yang menampilkan tugas-tugas yang harus dirinya selesaikan.

Setelah pertandingan selesai, Aldi dan Salsha nampak kompak merebahkan raga di sofa yang masih kosong. Rasa lelah tiba-tiba saja menyelimuti raga keduanya padahal sebelum ke sini mereka tidak melakukan apa-apa. Tiba-tiba perut Aldi berbunyi nyaring beberapa kali membuat Salsha yang tengah bermain ponsel menoleh kaget.

TOPENG [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang