🎭 • 38

276 37 10
                                    

Hai selamat datang di cerita Topeng part ketiga puluh delapan

Selamat malam Minggu para kesayanganku
Adakah kalian yang keluar buat malam mingguan?
Aku bisa yakin sebagian besar pembacaku sekarang lagi rebahan sambil meluk guling dan baca ini hehe

Yuklah baca

SELAMAT MENIKMATI CERITA

🎭

Salsha masih duduk sendirian di atas pembatas rooftop sejak satu jam dirinya ditinggal oleh Aldi. Air mata itu masih mengalir walau tak sederas tadi. Rupanya Salsha bukanlah sosok tegar yang selalu dirinya bayangkan. Lihatlah. Hanya karena dua laki-laki yang sudah dengan tega meninggalkan dirinya saja, Salsha sudah nampak seperti orang yang ditinggal sendirian di bumi.

Sebuah awan perlahan menutupi matahari yang secara otomatis membuat sekitar seketika menggelap. Salsha kembali menyeka air mata yang membasahi pipi menggunakan punggung tangan lalu dilanjutkan dengan mendongak menatap langit. Sekarang sepertinya matahari juga sudah enggan menunjukkan wujudnya pada Salsha. Dirinya benar-benar merasa sendiri.

"Udah nyesel belum? Mau gue ketawain ini."

Kepala Salsha dibuat menoleh ke arah pintu masuk rooftop, dimana ada Candra tengah berdiri di sana dengan ransel yang disampirkan di bahu kiri. Sepupunya itu perlahan mendekat lalu ikut duduk di atas pembatas. Mengamati setiap lekuk wajah Salsha yang sudah tidak bisa dikatakan baik-baik saja. Sepupunya itu tengah galau.

"Gimana rasanya ditinggal sama dua orang sekaligus?" ucap Candra lagi dengan nada kurang ajarnya.

Salsha berdecak keras lalu membuang muka. Semua orang hari ini rasanya tengah merayakan kesedihan dirinya termasuk laki-laki menyebalkan yang sekarang duduk di sebelahnya itu. Merasa Candra tak mengoceh lagi, Salsha memutuskan untuk kembali menatap sepupu satu-satunya dalam hidup ini. Laki-laki itu masih setia menatap kedua mata Salsha dengan tampang tak berdosa.

Tangan kanan Candra terjulur ke depan lalu mengelus lembut rambut panjang milik Salsha. Sejak kejadian di lapangan tadi, Candra sudah sangat mencemaskan sepupu kesayangannya itu. Bahkan kedua iris Candra tak pernah lepas memandangi setiap gerak gerik Salsha yang jelas sekali tidak bahagia dengan hubungan Sasya dan Iqbaal.

"Masih pengen nangis nggak? Bahu gue masih ada kok buat lo," tawar Candra yang kini menggeserkan tubuhnya sedikit lebih dekat dengan Salsha.

Sementara Salsha nampak menggeleng dengan tatapan yang lurus ke depan. Air matanya bahkan kering seketika kala Candra datang. Benar kata Aldi, dirinya harus mulai mencari kebahagiaan untuk dirinya sendiri. Tanpa menoleh ke belakang atau pun mengingat-ngingat kembali sosok Aldi dan Iqbaal. Ya. Setelah jatuh terjembab selama beberapa jam, dirinya harus bangkit untuk kembali menata masa depan yang sempat berantakan karena dirinya terlena oleh Iqbaal.

"Ndra."

Candra mengernyit sebagai jawaban. Sedikit heran juga karena raut wajah murung Salsha tadi tiba-tiba lenyap ditiup angin. Candra bahkan bisa merasakan ada sebuah api semangat yang berkobar pada kedua iris coklat yang tertutup softlens itu. Apa yang terjadi dengan sepupunya?

"Bantu gue supaya gak terlalu terpuruk. Aldi nyuruh gue untuk cari kebahagiaan untuk diri gue sendiri. Dan inilah saatnya gue bangkit, Ndra. Gue gak mau dianggap cewek lemah dan mudah tumbang cuma karena cowok. Bantu gue, Ndra!" Salsha mengguncang-guncang bahu Candra dengan mata yang berapi-api. Membuat Candra bingung sekaligus pusing karena diguncang-guncang.

"Stop, El! Pusing pala gue!"

Salsha menyengir lalu menyudahi aksi mengguncang bahu Candra. "Gue mau makan, Ndra. Laper banget nih perut."

TOPENG [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang