🎭 • 27

273 36 19
                                    

Hai selamat datang di cerita Topeng part kedua puluh tujuh

Kayaknya kalian udah bosen kalok aku terus nanya kabar
Mending aku nanya gini aja
Kalian kangen sama siapa nih di cerita Topeng?
Atau kangen akunya? Hehe
Sesekali gapapa kan?
Masak gaada yang kangen sama authornya?
Narsis bentar🙃

Yuk

SELAMAT MENIKMATI CERITA

🎭

Aldi membuka pintu kelas Yuni dengan cara yang tidak bisa dibilang sopan. Kedua iris tajamnya menghunus langsung ke arah Yuni yang tengah terdiam menatapnya. Sepertinya harus Aldi langsung yang mengurus kejahatan yang sudah Yuni perbuat karena kalau didiamkan, gadis itu akan semakin menjadi.

"Yuni, lo ikut gue!" ucap Aldi dengan tenang namun penuh penekanan, membuat Yuni menatapnya takut-takut. 

Karena merasa tak ada pergerakan dari gadis berambut setengah merah itu, jadilah Aldi marah dan segera masuk ke dalam kelas dengan tampang menyeramkan. Yuni telah berhasil membangkitkan sisi gelap Aldi yang sudah lama tidur. Hingga akhirnya tubuh besar Aldi sudah berada di hadapan bangku milik Yuni. Dengan kasar laki-laki itu menarik pergelangan tangan Yuni yang otomatis membuat gadis itu terbangun dari duduk.

"Lepas, Di! Bukan gue pelakunya!" Yuni berusaha sekuat tenaga untuk melepas cekalan tangan Aldi yang begitu kuat dan menyakitkan, namun sisi gelap Aldi sudah terlanjur keluar dan tidak mudah untuk ditidurkan kembali.

"KALOK BUKAN LO LANTAS SIAPA?!" bentak Aldi dengan nada menggelegar, membuat nyali seisi kelas menciut terutama Yuni yang kini berada amat dekat dengan ketua OSIS Ananta yang galaknya tidak ketulung.

"LO ADA BUKTI KALOK LO GAK BERSALAH DI SINI?!"

Yuni menunduk lalu menggeleng perlahan. Air matanya bahkan sudah merebes keluar sejak Aldi terus membentaknya. Hingga suara bentakan Aldi membuat seisi Ananta berbondong-bondong menuju ke kelas Yuni hanya untuk melihat apa yang sedang terjadi termasuk teman-temannya. Devan kini nampak maju untuk melepas cekalan kuat tangan Aldi dari pergelangan tangan Yuni.

"Udah, Di. Bisa dikeluarin kepala sekolah lo kalok kayak gini," bisik Devan sembari merangkul bahu sahabatnya.

"Terus?!" Aldi menoleh dengan mata yang mulai memerah, "hanya karena dia anak kepala sekolah dia bisa seenaknya gitu?! Dia memang cewek dan gue gak mungkin ngehajar dia habis-habisan! Tapi, yang namanya penjahat gak akan pernah jera kalau nggak di hukum!"

"Bukan salah gue," lirih Yuni yang sejak tadi sudah terisak. Tubuhnya bergetar hebat karena kini dirinya sudah menjadi pusat perhatian.

"Udah, Di. Lo gak liat dia udah gemeteran kayak gitu?" Kini giliran Iqbaal yang menepuk beberapa kali bahu Aldi yang masih terlihat marah. 

"Kita bahas nanti aja. Sekarang masih jam sekolah." 

Devan dan Iqbaal kemudian mengajak Aldi untuk keluar dari kelas Yuni agar laki-laki itu tidak membuat ulah lebih jauh lagi. Bisa-bisa jabatan ketua OSIS nya menjadi korban. Sementara Yuni yang sudah melihat Aldi keluar langsung bernapas lega kemudian duduk kembali di bangkunya.

"Lo beneran korupsi?" tanya salah satu temannya.

"Lo gak percaya sama sahabat lo sendiri? Udah gue bilang bukan gue!" Yuni kesal sendiri karena tak ada yang percaya dengan apa yang dia ucapkan.

"Mungkin karena lo sering bertindak semena-mena jadi gak ada yang mau percaya sama lo, Yun," celetuk temannya yang lain.

Yuni menyenderkan raganya ke senderan kursi sambil memutar otak, memikirkan siapa yang kira-kira mencuri uang kas OSIS mengatasnamakan dirinya? Hingga beberapa menit gadis itu gunakan untuk berpikir.

TOPENG [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang