🎭 • 45

294 37 16
                                    

Hai selamat datang di cerita Topeng part keempat puluh lima

Apa kabarnya kalian para kesayanganku?
Sori banget gak bisa update kemarin hiks
Aku sedih
Oh iya aku mau ngasi tau
Ini adalah part terakhir dimana kalian bisa bersantai bacanya
Karena di part selanjutnya, kita akan mulai masuk ke konflik yang sebenarnya
Persiapkan hati kalian baik-baik, okey

Yuk lah

SELAMAT MENIKMATI CERITA

🎭

Zea baru saja memutus panggilan dengan adik sepupunya itu. Sejak tadi matanya terus memandang foto yang Yuni kirimkan. Senyum pun terbit, entah apa makna dibalik senyum itu.

"Sudah cukup gue jadi orang baik yang pada akhirnya ditindas terus menerus. Gue gak akan melepas dengan iklas apa yang telah gue genggam untuk kali ini." Senyumnya tiba-tiba lenyap dan diganti dengan wajah datar.

Sekali lagi tangannya bermain pada layar ponsel, mencari kontak seseorang yang ingin ia hubungi. Hingga di detik keempat, seseorang yang sedang ia telpon mengangkat panggilan.

"Halo," ujar seseorang.

"Datang ke apartemenku malam ini. Aku sangat ingin bermain denganmu. Don't late." Zea menatap lurus ke arah balkon yang kini menampilkan langit cerah di siang hari.

"As you wish, sweetie."

Panggilan diakhiri sepihak oleh Zea. Sejujurnya ia benci melakukan hal menjijikkan seperti ini namun demi Aldi, apapun akan ia lakukan.

***

Salsha tak henti-hentinya dibuat tertawa oleh tingkah Krisna yang sekarang tengah mengeluarkan jurus gombalnya. Sambil mengunyah makanan ringan hasil beli dari kantin, Salsha seperti sedang duduk di teater bioskop. Menonton drama antara seorang lelaki bucin dan seorang gadis cuek.

"Putusin Iqbaal demi gue, Sya." Krisna berucap dengan nada memelas tak lupa juga mengatupkan kedua tangan di depan dada.

"HAJAR, SYA! ENAK AJA NYURUH LO PUTUS SAMA SI KAPTEN BASKET! UDAH, HAJAR AJA!" celetuk Dodi yang sejak tadi sudah jengkel melihat tingkah lebay Krisna.

"Apa masalah kau wahai Dodi?! Gue sedang berusaha ini! Jangan mencoba mengacaukan!" Krisna menunjuk tajam ke arah Dodi, tapi bukannya membuat Dodi takut malah semakin terpingkal.

"Pawangnya dateng mampus lo." Ratu berucap dengan nada santai sambil sesekali menggosok kuku indahnya menggunakan gunting kuku yang salah satu teman kelasnya bawa kemudian sesekali menatap remeh ke arah Krisna.

"Sekata-kata lo ya, Rat! Lo kata Sasya ular apa ada pawangnya?!" Krisna semakin meledak-ledak.

"Kok lo ngegas sih?!" Ratu pun ikut tersulut.

"Eh sori, gue ke sekolah naik mobil mersi! Gak pake motor, jadi gak bisa ngegas!" Krisna menatap nyalang ke arah Ratu.

"Mobil juga bisa ngegas kalik." Rindu berucap dengan pelan disela kunyahannya. Namun nampaknya membuat Krisna dan Ratu kompak menatap Rindu tajam.

"Diam!" sentak Ratu dan Krisna.

Nyali Rindu langsung ciut kala mendapat serangan mendadak dari dua orang yang sedang bertengkar. Segera gadis karate itu menunduk sambil melanjutkan aktivitas makan makanan ringannya. Sementara Salsha terus tertawa hingga sesekali terbatuk.

"Panggil pawangmu, Sasya!" Krisna berucap dengan nada menantang sambil berputar-putar di depan bangku Sasya, seolah sedang menanti lawan.

"Ada keperluan apa lo manggil gue?"

TOPENG [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang