🎭 • 30

305 41 13
                                    

Hai selamat datang di cerita Topeng part ketiga puluh

Selamat malam para hadirin yang hadir di sini
Bolehkah aku ucapkan tiga kata untuk kalian semua?
'Aku sayang kalian'
Aneh banget ya aku hehe
Daripada galau mikirin doi mending baca topeng yang udah di-update

Yuk

SELAMAT MENIKMATI CERITA

🎭

Pagi ini Salsha sudah bertekad ingin memberi Iqbaal sekotak salad buatan sendiri sebagai penyemangat agar laki-laki itu mampu menjawab kuis fisika walau pada akhirnya Iqbaal pasti berhasil. Setelah membersihkan sedikit bagian atas kotak bekal yang ia bawa, segera Salsha beranjak keluar dari kelas dengan langkah riang. Iqbaal pasti senang, pikirnya.

Udara di pagi hari yang cukup sejuk membuat semangat Salsha semakin membara dengan senyum yang sejak tadi tak pernah luntur barang sedikit pun dari wajah cantiknya. Ia bahkan sempat-sempatnya menyenandungkan sepenggal lirik lagu yang menurutnya sangat cocok untuk suasana hati sekarang.

Namun saat langkah kakinya hampir sampai di depan XI MIPA 2, gadis itu malah melihat Iqbaal yang baru saja datang bersama Sasya. Dan dilihat dari mana pun, mereka memang sangat serasi sebagai pasangan. Hingga perasaan panas dalam hati itu kembali hadir tanpa aba-aba, membuat Salsha memejamkan mata sejenak. Berharap bahwa apa yang sedang ia lihat hanyalah mimpi walau nyatanya tidak.

"Jangan lama-lama ngejar Iqbaal. Ingat, di sini kita sama-sama mengejar orang yang gak suka sama kita. Apa yang lo rasain sekarang adalah apa yang juga gue rasain. Pada dasarnya nasib kita sama mengenaskannya asal lo tau."

Tiba-tiba sekelebat ucapan Aldi lewat begitu saja dalam kepalanya, membuat pikirannya bercabang kemana-mana. Memikirkan betapa sakitnya mencintai seorang diri tanpa dilirik sedikit pun. Mungkin itu juga yang Aldi rasakan sekarang namun sekali lagi, Salsha masih belum mampu untuk mengontrol apa yang perasaannya ucapkan. Salsha masih kalah oleh perasaan.

Bahunya tiba-tiba saja ditepuk oleh seseorang, membuat Salsha mengerjab.

"Kok bengong, El? Masih pagi," ujar Iqbaal dengan senyum manis yang senantiasa ia tebarkan pada semua orang sementara Sasya yang berdiri di sebelahnya lebih memilih bungkam.

"Hehe.. maunya ngasi salad ini buat lo." Salsha menyodorkan kotak bekal berisi salad yang sejak tadi ia genggam.

Pandangan laki-laki itu terlihat tertuju pada kotak bekal berwarna putih dalam genggaman Salsha lalu sesaat kemudian senyumnya mengembang, membuat jantung Salsha berdetak sangat cepat.

"Buat gue?"

"I.. iya."

Iqbaal terkekeh kemudian mengambil alih kotak bekal putih itu dari tangan Salsha. "Makasi banyak, El. Jadi ngerepotin."

"Gak papa kok, hehe.."

Lagi dan untuk kesekian kalinya, Iqbaal berhasil dibuat gemas oleh tingkah Salsha yang sedang malu-malu. Bahkan sekarang kedua pipinya sudah berubah warna menjadi merah. Membuat tangan Iqbaal yang tidak menggenggam kotak bekal terulur lalu mengacak lembut rambut Salsha. 

Oh ayolah! Kapan gue bisa move on kalok gini ceritanya?! jerit batin Salsha.

"Kalian berangkat bareng?" tanya Salsha dengan nada pelan dan mata yang menatap Iqbaal serta Sasya bergantian.

Sementara dua insan itu nampak saling menatap sebentar kemudian kompak mengangguk, membuat Salsha sangat iri. Benar. Salsha sangat-sangat-sangat iri dengan Sasya.

"Kok bisa?" tanya Salsha sekali lagi, hanya sekedar ingin tau.

"Sebenarnya udah janjian dari kemarin dan kebetulan Sasya nya juga mau. Jadi, ya gitu." Iqbaal menyengir lebar hingga deretan gigi putihnya terlihat.

TOPENG [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang