🎭 • 42

286 38 17
                                    

Hai selamat datang di cerita Topeng part keempat puluh dua

Gimana nih kabarnya para kesayanganku?
Di tempat kalian hujan gak saat kalian baca part ini?
Kalok lagi hujan pasti enak banget tuh sambil baca Topeng hehe
Siap-siap emosi ya

Yuk lah

SELAMAT MENIKMATI CERITA

🎭

Salsha dan Yuni duduk berhadapan dengan kepala sekolah Anata, hanya saja dibatasi oleh sebuah meja persegi panjang yang merupakan meja kerja dari sang kepala sekolah. Sementara Yuni nampak sangat gelisah melihat tatapan marah dari sang Ayah, Salsha nampak sangat santai karena ini bukanlah salahnya.

"Katakan, siapa yang memulai pertengkaran tadi?!" tanya kepala sekolah dengan nada garang.

Yuni yang melihat Salsha hendak membuka mulut pun cepat mengambil tindakan agar dirinya tidak semakin dibenci oleh papanya.

"Dia, Pa!" tuduh Yuni dengan telunjuk yang terarah langsung ke wajah Salsha.

Pupil mata Salsha melebar kala Yuni hendak memutarbalikkan fakta yang ada. Namun gadis itu memilih untuk bungkam dan melihat apa yang akan dilakukan oleh kepala sekolah.

"Yunai lagi jalan baik-baik di koridor langsung dipukul dari belakang sama dia! Yunai juga udah nanya baik-baik apa alasan dia mukul tanpa sebab, tapi bukannya menjawab Eleora terus mukul Yunai." Yuni berucap dengan nada memelas sambil mengusap bekas pukulan Salsha tadi.

Tatapan tajam kepala sekolah kini tertuju pada Salsha yang sejak tadi diam. Melihat senyum miring yang terbit dari bibir Salsha membuat kepala sekolah sedikit ragu dengan tuduhan Yuni.

"Apa benar itu, Eleora?" 

"Bapak bertanya sebagai seorang kepala sekolah atau sebagai seorang Ayah?" Salsha memiringkan sedikit kepalanya dengan senyum miring yang masih terpatri.

"Berani sekali lo bilang gitu sama Papa!" Yuni berdiri dari duduknya dan hendak menerjang Salsha, namun lagi-lagi Salsha berhasil menangkis dengan mudah tangan Yuni yang ingin memukul wajahnya.

 "Kenapa? Takut gue ngomong yang sebenarnya?" Tatapan menggemaskan yang selalu Salsha pancarkan untuk seisi Ananta mendadak berubah menjadi tatapan sekejam iblis.

"Lihat, Pa? Dia sangat lancang berbicara seperti itu pada Papa dan juga putri Papa! Beri dia hukuman berat atau paling tidak keluarkan dia dari Ananta!" Yuni mencak-mencak sambil berusaha melepaskan cengkraman kuat dari tangan Salsha.

"Yunaira! Kapan Papa pernah mengajarimu untuk bersikap kasar seperti itu?!" Kepala sekolah mendelik ke arah Yuni yang kini sudah berhasil lepas dari cengkraman Salsha.

"Tapi, Pa-"

"Sudah! Bu Kartini, tolong panggilkan siswa yang tadi melapor pada Ibu."

"Baik, Pak." Bu Kartini nampak keluar dari ruangan guna memanggil siswa yang tadi melaporkan kejadian langka itu pada dirinya.

Tak lama, Bu Kartini kembali ke ruangan bersama dengan seorang siswa yang nampaknya berasal dari kelas 10.

"Kamu yang melaporkan kejadian tadi. Jadi, kamu pasti tau siapa sumber masalahnya." Kepala sekolah berucap dengan kedua tangan yang dilipat di atas meja.

Siswa itu mengangguk. "Iya, Pak. Sumbernya adalah Kak Eleora."

"Saya melihat Kak Eleora tiba-tiba memukul Kak Yuni tanpa ampun di koridor," ucap siswa itu lagi.

Salsha sukses dibuat sangat kesal oleh semua orang karena mereka hanya melihat kejadian itu dari pertengahannya saja, sementara yang terjadi diawal bukanlah seperti itu. Namun lagi-lagi Salsha memutuskan untuk diam tanpa ada niatan membela diri karena itu akan semakin membuat dirinya terlihat bersalah.

TOPENG [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang