🎭 • 35

260 33 14
                                    

Hai selamat datang di cerita Topeng part ketiga puluh lima

Selamat malam semua
Gimana kabar kalian?
Kangen banget sama kalian yang selalu antusias setiap aku update hehe
Semoga kalian tetep antusias ya

Yuk

SELAMAT MENIKMATI CERITA

🎭

"Kenapa?" Kepala Aldi ter-toleh cepat ke arah Salsha.

Gadis ber-hoodie merah itu mengendikkan bahu. Tatapan matanya mengarah lurus ke depan tanpa berani menatap balik mata Aldi. Ujung hoodie nya terus ia pilin hingga kini nampak sangat kusut.

"Kenapa diam?" tanya Aldi lagi, namun kali ini dengan tangan yang terjulur untuk menarik dagu Salsha ke samping agar gadis itu menoleh ke arahnya.

Kedua iris mata Salsha terus berusaha mencari objek lain untuk ditatap, namun mata Aldi seolah tak mengijinkan iris mata coklat itu berpaling.

"Gue... gue gak mau lo terus menyakiti hati lo sendiri." Kepala Salsha tertunduk.

Kedua bahu Aldi perlahan merosot, senyum girang dan jahil yang tadi ia keluarkan menjadi luntur hingga tak terlihat lagi. 

"Kalok gitu lo juga harus berhenti berharap sama Iqbaal." Aldi berucap dengan nada datar.

"Kok gitu?" Salsha sedikit tidak suka mendengarnya.

"Biar adil. Dengan lo terus berharap sama sahabat gue, sama dengan lo terus menyakiti hati sendiri." Senyum miring Aldi terbit seolah mengejek Salsha.

"Iqbaal belum nyuruh gue berhenti, jadi gue masih punya kesempatan. Tidak ada yang mustahil kalau kita mau berusaha." Salsha mulai berani mendongak dan menatap kedua iris hitam milik Aldi dengan tatapan menantang.

"Oh iya? Kita lihat saja. Sampai kapan lo akan tahan liat Iqbaal nemplok mulu sama Sasya." Senyum miring Aldi lenyap digantikan dengan tatapan yang benar-benar dingin.

"Gue yang akan menghadapi kenapa lo yang sewot?" sahut Salsha yang mulai tersulut emosi.

"Terserah! Gue cuma mengingatkan!" Aldi memalingkan tatapannya ke ponsel yang tiba-tiba bergetar.

Zea : Di, gimana kalau hari Minggu ini gue ajak lo keliling Unpad? Siapa tau aja lo mau kuliah di sana gitu

Jari-jari Aldi dengan lincah menari di atas papan ketik untuk memberi gadis bernama Zea itu balasan.

VictorioAldi : Boleh lah, lo atur-atur aja

Zea : Yeiy, nanti gue bahas lagi ya. Thanks, Di

VictorioAldi : Yoi

"Zea siapa?" tanya Salsha.

Aldi yang kaget lekas memadamkan layar ponselnya lalu kembali menatap kedua mata Salsha. Sepertinya gadis itu mengintip Aldi yang tengah berbalas pesan dengan Zea.

"Kebetulan ketemu di club."

Dahi Salsha mengkerut. "Di club? Kalian-"

"Gue belum selesai ngomong," ucap Aldi dengan tatapan tak suka, "dia mabuk terus digodain om-om. Jadi ya gue giring ke hotel biar dia bisa istirahat dengan tenang terus besok paginya gue jenguk dia buat mastiin aja."

Salsha mengangguk paham kemudian kembali meraih cangkir berisi susu vanila yang tinggal sedikit lalu meneguk susu tersebut hingga kandas. Otak Salsha tiba-tiba berpikir banyak tentang sosok Zea yang baru saja Aldi aja bertukar pesan. Sepertinya gadis itu mudah akrab dengan siapa saja. Terbukti hanya dengan beberapa jam bersama Aldi, gadis itu sudah berhasil mendapat nomor telepon Aldi beserta keramahan Aldi. Keramahan yang tidak bisa didapat oleh sembarang orang.

TOPENG [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang