Hai selamat datang di cerita Topeng part kedua puluh tiga
Gimana kabar kalian malam ini?
Kangen gak sama aku?
Kangen gak sama ceritaku?
Maaf update malem lagi
Udah kebiasaan sekarang hehe
Emang kalok malem itu idenya ngalir terusYuk langsung ke cerita
SELAMAT MENIKMATI CERITA
🎭
"GAK MAU AH, GANTI!!" teriak Salsha yang tidak terima dengan dare yang diberikan. Membuat beberapa pengunjung cafe menoleh ke arahnya. Gadis itu kemudian menyengir malu karena menjadi pusat perhatian dan langsung bersembunyi dibalik bahu Sasya.
"Kan yang dapet dare Aldi, El." Devan terkekeh melihat reaksi Salsha yang syok berat mendengar namanya dibawa-bawa. Ini namanya dare untuk dua orang sekaligus.
"Tapi gue juga kena!" Salsha ngegas dibuatnya. Gadis itu menatap Devan dan Ratu dengan tatapan tajam, namun yang kedua remaja itu lakukan hanya tertawa. Mentertawakan nasib dirinya dan Aldi.
"Cuma satu hari, Sal. Ayo dong. Ini kan cuma truth or dare. Kalok kalian emang gak nyaman, kalian bisa langsung putus besoknya. Tapi kalok nyaman, boleh kok dilanjut," ucap Ratu sambil terkekeh geli melihat betapa kompaknya Aldi dan Salsha cemberut. Memang mereka itu cocok kalau bersanding, dilihat dari sisi manapun.
"Ini semua salah lo, Di!" Salsha memukul keras lengan Aldi, membuat laki-laki itu meringis, "Kenapa lo gak pilih truth aja cobak?!"
"Nyalahin gue lagi lo! Gue gak mau dianggap pengecut sama bocah playboy itu karena milih truth!"
Salsha tak habis pikir dengar Aldi. Mengapa laki-laki selalu saja ingin menunjukkan pada dunia kalau dirinya itu tidak pengecut atau lebih dari yang lain?
"Gak usah debat bisa?" Sasya yang sejak tadi memilih diam tiba-tiba angkat bicara saking muaknya dengan tingkah Aldi dan Salsha yang kalau bertemu pasti berujung pada perdebatan tidak penting. Sementara Aldi dan Salsha seketika bungkam mendapat teguran ketus dari Sasya.
"Makanya buruan! Keburu ibu negara marah!" Devan terus mendesak membuat Aldi mendengus karena mau tak mau dirinya harus melakukan dare yang diberikan. Kalau tidak, teman-teman menyebalkannya akan terus menghantui dirinya.
Laki-laki ber-hoodie putih itu kemudian menghadap ke arah Salsha yang sekarang nampak cemberut. Sedih sekali rasanya melihat gadis yang beberapa hari belakangan ini selalu berkeliaran dalam pikirannya menolak dirinya secara tidak langsung. Iya. Aldi akui, dirinya sudah mulai jatuh akan pesona Salsha. Dirinya tidak akan merasa lengkap tanpa kehadiran Salsha. Dirinya tidak akan rela bila Salsha lebih memilih Iqbaal, sahabat baiknya. Aldi ingin Salsha hanya untuk dirinya. Biar saja orang lain menganggapnya egois, karena dirinya adalah tipikal orang yang tidak suka berbagi.
Merasa ditatap membuat Salsha menoleh dan menemukan sosok Aldi yang kini menatapnya dalam hingga gadis itu salah tingkah dibuatnya.
"Jadi pacar gue dalam sehari," ucap Aldi tanpa basa basi, membuat debaran jantung Salsha semakin menjadi. Seketika seluruh tubuh Salsha panas dingin karena selama hampir tujuh belas tahun dia hidup di bumi tidak pernah mendapat ucapan seperti itu dari seorang lelaki.
Pipinya memanas seketika ditambah lagi teman-temannya yang lain turut menggoda dirinya dan Aldi. Kepalanya pun tertunduk perlahan, tidak berani menatap siapapun termasuk Aldi. Dirinya belum mau melihat ekspresi wajah Aldi ketika mengatakan itu walau dirinya tau ini hanyalah sebuah dare, sebuah tantangan yang dibuat hanya untuk bersenang-senang. Tapi tetap saja yang namanya perempuan akan lebih mudah terbawa perasaan. Salsha hanya takut jatuh dan tidak bisa bangkit lagi nanti.
KAMU SEDANG MEMBACA
TOPENG [END]
Teen Fiction"Jadi pacar gue." "Gamau!" "Kasi gue alasan kenapa." "Lo galak." 🎭 Tumpahan susu coklat memang menjadi awal dari kisah keduanya, dan mereka tak tau apa saja yang akan mereka lewati di depan untuk menjadi s...