Hai selamat datang di cerita Topeng part keempat puluh satu
Happy satnight para kesayanganku
Berharap kalian bobok aja ya di rumah sambil baca Topeng hehe
Jangan kemana-mana tar basah kena hujan
Di tempat kalian hujan juga gak? Atau bahkan lebat banget?
Cerita atuh buat aku makin deket sama kalian
Sudah siap dengan part baru?Yuk lah
SELAMAT MENIKMATI CERITA
🎭
"Salsha punya perasaan lebih sama lo."
Iqbaal mengernyit bingung sekaligus heran. Karena ketika Aldi berucap demikian, ada tatapan tidak rela yang menguar dari kedua matanya. Aldi masih anteng menatap mata Iqbaal dengan kedua kaki yang bergerak tak tenang.
"Yakin dia suka sama gue?"
Aldi mengangguk penuh keyakinan. "Iyalah! Masak sama Bapak lo?" Aldi mendadak ngegas dibuatnya.
"Santai, Di. Kenapa baru bilang setelah gue ada Sasya?" Tatapan mata Iqbaal berubah serius.
"Memangnya kalok gue ngomong ini sebelum lo sama Sasya, lo mau nerima dia?"
Iqbaal mengetuk kepala Aldi. "Gak gitu konsepnya, bambang. Kalok gue tau dari awal, gue gak akan jadi cowok brengsek buat Eleora. Dia pasti sakit hati banget ngeliat gue jadian sama sahabatnya."
Seketika rasa bersalah memeluk erat tubuh Iqbaal. Tak bisa ia bayangkan bagaimana sesaknya seorang Salsha kala melihat dirinya menyatakan perasaannya kepada Sasya tepat di hadapan matanya.
"Ya, gue mau lo tau aja biar beban di pundak gue hilang. Asal lo tau, pas lo resmi sama Sasya, dia udah kayak orang yang gak punya semangat hidup. Murung mulu." Aldi kembali membayangkan wajah murung serta lesu Salsha kala itu.
"Dan gue yakin setelah ketemu sama lo, dia pasti langsung happy lagi," tambah Iqbaal.
Aldi seketika murung lalu menggeleng pelan. "Kayaknya gue malah menambah kesedihannya dengan kata-kata jahat yang keluar dari mulut gue."
Keduanya sama-sama terdiam, tenggelam dengan pemikiran masing-masing. Sang asisten rumah tangga datang membawa nampan yang di atasnya berisi dua gelas panjang jus jeruk. Setelah menyuguhkannya ke kedua laki-laki remaja itu, sang asisten rumah tangga pun kembali ke tempatnya.
"Lo bilang apa ke dia?" Iqbaal membuka pembicaraan karena sedikit gerah dengan suasana canggung.
Kepala Aldi menengok ke arah Iqbaal. "Em.. anu.. gue.. gue nyuruh dia nyari kebahagiaannya sendiri tanpa adanya gue atau pun lo di sisinya."
Iqbaal reflek meninju keras pipi Aldi, menyebabkan Aldi sedikit terhuyung. Laki-laki ber-iris hitam pekat itu meringis kala merasakan ngilu yang teramat sangat pada bekas pukulan Iqbaal.
"Goblok!" geram Iqbaal dengan nada yang amat marah.
"Salah gue apa, Bal?"
"Salah lo adalah, lo ngomongnya ngaco sama Eleora. Gak mikir kedepannya dia bakal gimana. Dimusuhin mampus lo!" Iqbaal yang hendak memukul Aldi lagi pun mengurungkan niat karena melihat tatapan memelas sahabatnya itu.
"Kan gue ngomong gitu demi kebaikan dia juga, Bal. Gue juga udah memutuskan buat berhenti memperjuangkan dia. Gue mau lepas sepenuhnya dari dia, Bal. Hati gue udah gak sanggup menahan rasa sakit kalok denger Salsha bilang suka sama lo." Wajah Aldi tertekuk dalam dengan tatapan memelas. Berharap Iqbaal tidak membantainya di rumahnya sendiri.
"Serah lo lah, Di. Tapi, jangan cari gue buat nangis-nangis karena nyesel pernah ninggalin Eleora saat dia lagi rapuh."
***
KAMU SEDANG MEMBACA
TOPENG [END]
Teen Fiction"Jadi pacar gue." "Gamau!" "Kasi gue alasan kenapa." "Lo galak." 🎭 Tumpahan susu coklat memang menjadi awal dari kisah keduanya, dan mereka tak tau apa saja yang akan mereka lewati di depan untuk menjadi s...