🎭 • 21

320 35 5
                                    

Hai selamat datang di cerita Topeng part kedua puluh satu

Gimana kabarnya semua?
Masih pada semangat ngejalani hari kan?
Eh udah malam ya hehe
Yaudah semangat aja

Yuk langsung ke cerita

SELAMAT MENIKMATI CERITA

🎭

"Lo siapanya Salsha?"

Bilang gak ya? Bilang, enggak, bilang, enggak, bilang, enggak. Eh gimana? 

"Gue gebetannya Eleora."

***

"EL!!! BANGUN!!!"

Seketika mimpi indah Salsha terputus dalam sekejap karena teriakan membahana dari Candra yang entah datang darimana.

"ANAK PERAWAN GAK BOLEH TERLAMBAT KE SEKOLAH!!" teriak Candra sambil terus mengguncang tubuh Salsha yang tertidur membelakanginya. Sementara Salsha masih berusaha untuk berpura-pura tidur, berharap manusia itu pergi dari kamarnya.

"BANGUN, EL!!! GUE PANGGILIN OM HARRIE NIH KALOK GAK BANGUN!"

Ancaman Candra berhasil membuat badan Salsha terlentang dan kedua kelopak matanya terbuka. Gadis itu menatap sepupunya dengan tatapan mematikan. Kalau saja dirinya tidak sedang dalam kondisi baru bangun tidur, Candra pasti sudah habis ditangannya hanya dalam waktu beberapa detik.

"PERGI LO!!" teriak Salsha sembari melempari Candra dengan bantal, guling, selimut dan juga boneka sementara Candra hanya bisa melindungi dirinya dengan kedua tangan. 

"Gue cuma menyampaikan pesan Bibi untuk bangunin lo. Katanya lo susah banget kalok disuruh bangun pagi. Kebo! Udah jam berapa nih?! Gue mana mau terlambat di hari pertama sekolah! Cepetan siap-siap! Lewat dari jam setengah tujuh, gue tinggal lo!" oceh Candra sembari menarik paksa kedua tangan Salsha agar gadis itu bangun dari posisi nyamannya.

"Bawel!" Salsha menghempas kedua tangan Candra yang masih terus menarik-narik tangannya yang masih lemah. Lalu, gadis ber-iris coklat itu nampak menyambar handuk dan berjalan lunglai ke kamar mandi, membuat senyum cerah Candra terbit. Laki-laki berseragam putih abu-abu dengan almamater SMA Ananta yang baru ia dapat itu kemudian keluar dari kamar sepupunya dengan wajah riang.

Butuh waktu setengah jam bagi Salsha agar bisa duduk kalem di ruang makan bersama Harrie dan Candra, dan ini bukan merupakan kebiasaannya. Biasanya Salsha akan lebih memilih untuk sarapan bersama ketiga sahabatnya ketimbang menghabiskan sarapan di rumah sambil terus diterjang wejangan tidak berguna yang Harrie lontarkan. Namun apa daya, Candra memaksa.

"Semoga kamu betah di Bandung, Candra," ucap Harrie sembari menyantap selembar roti yang sudah diolesi selai serikaya kesukaannya. Sementara Candra malah menyengir.

"Pasti dong, Om. Bandung kan kotanya romantis. Mana tau ketemu jodoh di sini." Candra terkekeh sendiri sementara Salsha nampaknya tak ada semangat pagi ini dan Harrie hanya tersenyum kecil menanggapi gurauan keponakannya itu.

Setelah menghabiskan segelas susu vanila kesukaannya, Salsha kemudian berjalan menuju kamarnya untuk memakai sepatu serta mengambil tas tanpa sepatah kata membuat Candra geleng-geleng kepala. 

"Ngomong kenapa, El? Kangen ni telinga gue dengerin lo ngoceh," ucap Candra yang saat ini sedang fokus menatap jalanan kota Bandung di pagi hari. Sementara Salsha yang tidak ada semangat hanya bisa berdeham sebagai sahutan.

"Lo kenapa kayak anak yang gak pernah diajarin sopan santun gitu di hadapan Om?"

Salsha menoleh dengan tampang garang. Ia benci dianggap seperti itu. "Lo mau gue buat ketemu Tuhan sekarang gak, Ndra?" tanya Salsha dengan nada santai namun menyeramkan, membuat Candra ingin segera loncat dari mobil. Takut di bunuh.

TOPENG [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang