🎭 • 46

278 37 15
                                    

Hai selamat datang di cerita Topeng part keempat puluh enam

Kabar baikkah kalian semua wahai para kesayanganku?
Maaf ya baru update jam segini
Sambil nunggu hujan nih
Biasanya kalok malem-malem hujan tuh enak banget soalnya bisa bikin tidur nyenyak
Di rumah kalian sekarang lagi hujan gak?
Kalau hujan, enak tuh sambil baca Topeng

Yuk lah

SELAMAT MENIKMATI CERITA

🎭

Suara nyaring yang berasal dari jam beker milik Zea berhasil membuat tidur Aldi terganggu bahkan menyebabkan kedua pelupuk mata laki-laki itu terbuka perlahan. Setelah mengusap mata beberapa kali dan bangun dari posisi tidur, Aldi lantas menyebarkan pandangan ke sekitar. Seketika itu dia sadar sedang berada di apartemen Zea.

"Oh my prince udah bangun rupanya. Pasti lo keganggu sama jam beker gue ya?" Zea datang dari arah dapur membawa dua cangkir teh jahe.

Mata Aldi memicing kala melihat apa yang Zea pakai. "Kenapa hoodie gue bisa ada di badan lo?"

Zea terhenti sejenak guna melihat sekali lagi pakaian yang ia gunakan pagi ini. Tubuh mungilnya hanya dibalut sebuah hoodie kebesaran milik Aldi tanpa dalaman apapun. 

"Oh ini? Lo yang minta gue pake semalem." Zea berjalan mendekat kemudian meletakkan dua cangkir teh jahe tersebut ke atas meja.

Aldi mengernyit tak paham karena dirinya tak ingat apapun. "Kapan?" ucap Aldi sembari menggaruk kepalanya yang tiba-tiba gatal.

"Semalem. Saat lo nerjang gue habis-habisan, kata lo akan lebih bagus kalau gue pake ini. Masih sakit tau." Zea mendesis kala bokongnya duduk di sofa.

Aldi melotot tak percaya. Bagaimana bisa dirinya melakukan hal menjijikkan seperti itu pada gadis manis macam Zea? Tapi melihat raut wajah Zea, Aldi tak yakin gadis itu sedang berbohong. Apa iya?

Laki-laki itu lagi-lagi tersentak karena baru sadar kalau Zea sudah duduk di sebelahnya. Sebelum hal yang tidak-tidak terjadi, lekas Aldi mengambil kain yang entah sejak kapan berada di atas meja kemudian menutup paha mulus Zea yang terpampang jelas.

"Iya kah? Bukannya gue tidur kemarin?" Aldi benar-benar bingung.

"Mungkin itu efek dari obat perangsang yang gak sengaja gue campur ke susu kemarin. Maunya sih masukin obat tidur biar lo bisa tidur cepat eh salah ambil." Zea berucap santai sambil menyengir tanpa dosa.

"Obat perangsang?! Lo gila, Ze?!" Mata Aldi beralih menatap jendela yang kini menampilkan langit gelap dan juga hujan deras yang entah sejak kapan mengguyur Bandung.

"Ini jam berapa?" Aldi tiba-tiba teringat kalau sekarang bukanlah hari Minggu atau pun hari libur dimana dia harus tetap berangkat sekolah.

"Tenang, tenang. Ini masih jam 6 kok. Kalok lo mau siap-siap ke sekolah, seragam sekolah lo ada di atas kasur gue. Tadi pagi gue nyuruh supir lo untuk bawa semua peralatan sekolah lo ke sini." Zea meneguk nikmat teh jahe hangat buatannya, menghiraukan raut wajah bingung bercampur marah Aldi.

"Lo penguntit." Aldi beranjak dari duduk menuju kamar Zea dengan mood yang sangat tidak baik. Sementara Zea malah terkikik melihat betapa kesalnya Aldi.

"Gue bukan penguntit, Al. Salah lo sendiri gak ngasi kata sandi di ponsel. Kan gue jadi enak."

Kedua tangan Aldi terkepal kuat dengan kaki yang terus melangkah masuk ke dalam kamar Zea dengan tujuan untuk mandi dan juga bersiap-siap sekolah.

***

Mobil Aldi baru saja berhenti di parkiran Ananta yang sudah lumayan ramai. Terpaksa hari ini mobilnya terparkir di pojok karena dirinya datang sedikit terlambat. Hujan baru saja reda dan laki-laki yang kini tak memakai hoodie putih itu berjalan menyusuri lapangan upacara dengan tatapan kosong. Otaknya berputar keras memikirkan apa yang Zea ucapkan. Begitu banyak kemungkinan yang bisa saja terjadi selama dirinya tidak sadar.

TOPENG [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang