Baik, kita mulai,ya teman-teman dengan "Memberi Nyawa pada Tulisan".
Menulis itu pekerjaan yang menyenangkan. Menulis itu juga bagian dari proses membuat seni. Dalam menulis, kita dituntut untuk mengetahui langkah-langkah yang harus dilakukan dari awal hingga akhir agar tulisan bisa disusun secara runtut. Intinya, sebuah tulisan itu disusun dengan pilihan kata yang baik, bermuatan positif hingga akhirnya pembaca juga bisa memahami makna atau benang merah dari tulisan tersebut.
Ada gak, sih trik mudah agar tulisan kita itu menarik untuk dibaca?
Jawabnya ... Ada.
Kasih nyawa. Masukkan soul, jiwa ke dalam tiap kalimat yang kita tulis dengan showing cukup. Menggambarkan, menjelaskan, mendeskripsikan situasi sekitar 70%. Selebihnya telling = katakan, beritahu. Di antaranya :
1. Fokus pada Ide Utama
Cara membuat ide yang baik adalah fokus pada ide utama. Hal ini harus menjadi prioritas karena beberapa penulis, termasuk saya, sering tidak fokus pada ide utama saat membuat tulisan. Lah, apa akibatnya? Tentu saja, arah menulis semakin melenceng bahkan malah melebar ke mana-mana. Endingnya, tulisan kelebihan kata, muter-muter mengulang kalimat hingga terbaca curhat. Akibatnya? Bukan cuma harus memangkasnya, tapi terbaca aneh. Loh, ini aku nulis apa, sih?
Jujur. Saya sering juga seperti ini jika kehilangan fokus pada tujuan utama hanya karena teriakan tukang sayur.
Dari situ membuat saya semakin 'menyadari' bahwa menulis itu harus fokus, konsentrasi dan juga ikut outline yang sudah kita buat sebelumnya.
Outline, premis sudah di up Mbak Anna Mulyana senin kemarin.
Mengawali tulisan tentu dengan modal punya ide dulu. Saat menemukan ide, di sana akan ditemukan banyak sudut pandang dari hasil eksplor ide utama tadi. Di sinilah, kita dituntut 'cerdas' dan 'peka' untuk mengembangkan tema tulisan sesuai dengan kemampuan pribadi, tanpa harus menjadi orang lain. Ingat, tanpa harus menjadi orang lain. Di situlah tulisan kita akan 'bernyawa'. Sebab, tiap-tiap penulis pasti punya ciri khas masing-masing. Entah Si A menonjol dalam pilihan diksi, Si B bagus saat menarasikan, Si C unggul di dialog bernas dan lainnya. Ciri khas yang diingat pembaca hingga misal diplagiat akan ketahuan.
2. Wajib Caper (cari perhatian) pada Opening.
Nah, sepertinya ini harus menjadi catatan penting bagi penulis. Kalimat pertama seringkali menjadi kunci pemancing pembaca untuk meneruskan membaca ke kalimat atau paragraf berikutnya, bahkan membabat habis baca seluruh isi tulisan kita atau tidak. Bagaimana cara membuat tulisan yang menarik di awal kalimat? Di banyak seminar dan kelas menulis selalu menekankan, bikinlah opening semenarik mungkin tanpa ada laporan cuaca, deskripsi setting tempat berlebihan dan perkenalan diri si tokoh. Kita bisa tonjolkan konflik pancingan atau clue. Bisa juga dalam format quote, narasi yang memancing keingintahuan pembaca atau dialog menggelitik.
Membuat sebuah ironi juga bisa kita jadikan cara untuk membuat tulisan itu menarik di awal kalimat. Misalnya : Semarang tak hanya diwarnai dengan hadirnya tempat wisata baru. Namun, gedung-gedung tinggi pusat perbelanjaan juga membuat Kota Atlas semakin sesak dan panas, seperti hatiku saat ini'.
Nah, pembaca jadi terpancing ingin tahu kelanjutannya dengan clue secuil tadi.
3. Sistematis, Runtut, Jangan loncat-loncat
Nah, siapa yang sering menulis loncat-loncat? Maksudnya, saat membahas tema A, tiba-tiba penulis membahas tema B, C dan seterusnya. Campur aduk gak keruan kayak bubur ayam diaduk.
Jujur saja, saya juga sering khilaf melakukan hal ini tanpa sadar. Ini sebenarnya bahaya karena tulisan yang tak sistematis akan membuat pembaca cepat bosan. Akibatnya, pesan dari tulisan kita tak sampai ke pembaca karena mereka hengkang duluan. Tapi, tidak berarti harus ambil alur maju terus biar dibilang runtut dan urut. Hanya saja, fokus tulisan selesaikan dulu di tiap tokoh sebelum pindah 'nyawa'.
KAMU SEDANG MEMBACA
Celengan Pengetahuan 2
AcakBerisi catatan materi, tips, info, dsb. -> Lanjutan dari Celengan Pengetahuan Cover © to the rightfull owner, from google