Membaca Tuk Menulis

43 2 0
                                    

Baik selanjutnya acara yang kita tunggu yaitu pemaparan materi oleh narasumber dengan tema "MEMBACA TUK MENULIS".

Assalamu'alaikum teman-teman. Apa kabar? Semoga kalian selalu dalam keadaan baik ya. Pada keesempatan kali ini, kita akan membahas mengenai MEMBACA dan MENULIS. Di dunia literasi, keduanya seperti saudara kembar yang tidak dapat dipisahkan. Jika kita ingin menulis sesuatu yang berkualitas, tentunya kita harus banyak membaca, bukan?

Sebelumnya, kita harus tahu dulu nih apa sih manfaat dari membaca?

1. Agar tulisan kita lebih berbobot

Sekalipun menulis fiksi hanya perlu menggunakan imajinasi kita secara bebas, namun kita tetap harus mengaitkannya dengan fakta dan kelogisan yang ada. Misalnya, jika kita ingin menulis novel tentang tekanan mental, tentu kita harus banyak membaca dulu mengenai buku yang membahas tentang hal itu. Kenapa? Agar kita tidak ngawur dalam menuliskan ceritanya.

Sama halnya jika kita ingin menulis tentang kisah perjalanan ke suatu negara, minimal kita harus banyak membaca dulu tentang negara bersangkutan, bukan?

Tidak bisa kita bayangkan jika kita malah mengada-ngada saat menuliskan sesuatu. Tulisan kita akan cenderung kurang berbobot, tidak terlalu bisa memberi nutrisi yang memadai bagi pembaca. Nah, tulisan yang baik adalah tulisan yang bisa memberi banyak nutrisi kepada pembacanya, entah itu pengetahuan baru, inspirasi baru, maupun pengalaman baru.

2. Bisa ke mana saja

Jika kita ingin menyelami dasar laut, kita bisa hanya membaca pengalaman maupun ilmu pengetahuan di buku tentang dasar laut, bukan? Begitu juga jika kita ingin pergi ke suatu negara, kita hanya perlu membaca tentang cerita ataupun informasi yang bersesuaian. Dengan membaca, kita ke mana saja, bukan? Hehe.

Maksud saya di poin ini adalah, membaca bisa memberi kita dunia baru. Membaca adalah jendela dunia. Ya, dengan membaca, kita bisa mengelilingi dunia, kan? Hal ini bisa menjadikan diri kita penuh imajinasi dan inspirasi. Inilah yang akan memudahkan kita dalam menulis. Semakin banyak membaca, seharusnya ide kita semakin liar.

3. Mau jadi apa? Membacalah

Apa cita-citamu? Menjadi dokter? Jadi pengusaha? Jadi dosen? Kita tetap harus membaca, kan? Hal ini karena ilmu pengetahuan yang kita butuhkan akan kita dapatkan dengan jalan membaca. Meski bukan cara satu-satunya yang bisa ditempuh untuk belajar, namun mau jadi apa pun kita nantinya, kita tetap harus menjadi pembaca yang baik.

Nah, setelah membahas secara singkat tentang manfaat membaca, semoga kita jadi sedikit tercerahkan tentang pentingnya membaca sehingga setidaknya kita bisa turut meningkatkan angka minat baca yang ada di negara kita ini.

Pasti kalian ingin kan jika apa yang kalian tulis bisa punya banyak nutrisi? Nah, apa sih tips untuk meningkatkan kebiasaan membaca? Jika kita ibaratkan kebiasaan membaca adalah seorang teman, maka hal yang perlu kita lakukan untuk menjadikannya teman akrab adalah:

1. Kenalan dulu
Tak kenal, maka tak biasa ehe. Hal yang perlu kita lakukan di permulaan adalah kenalan dulu dengan kebiasaan ini. Maksudnya gimana? Tadi kan kita udah bahas seklias tuh tentang manfaat membaca. Nah, berarti kita udah kenalan kan. Apa manfaatnya untuk kita, apa yang akan terjadi jika kita gak terbiasa membaca, dll. Coba deh mulai dari langkah yang sederhana saja. Misalnya, membaca informasi-informasi yang ada di sosial media dengan lebih teliti. Lakukan dulu pelan-pelan karena taaruf aja kan butuh proses *eh. Hehe.

2. Perbanyak interaksi
Setelah berkenalan, kita harus perbanyak interaksi tuh sama yang mau kita jadikan teman ini (kebiasaan membaca). Apa yang perlu kita lakukan? Mungkin, kita bisa mulai untuk menjadwalkan, kapan kita punya kesempatan untuk PDKT. Ya, PDKT sama kebiasaan yang satu ini. Mulai dulu dengan pelan-pelan ya, agar kitanya juga tidak langsung kaget dan cepat bosan. Misalkan, kita coba untuk memberi waktu 15 menit sebelum tidur untuk melakukan kebiasaan baik ini.

3. Akrabkan diri
Ketika interaksi sudah kita jalankan dengan konsisten, maka kemungkinan kita mulai merasa nyaman dengan kebiasaan tersebut. Jika itu sudah kita alami, maka kita perlu makin mengakrabkan diri. Misalnya, jika tadi awalnya kita hanya membaca karena sebuah keharusan, kali ini kita membaca karena menganggap bahwa itu adalah suatu hiburan. Sama halnya jika berteman. Awalnya kita hanya berkenalan, lalu kita berinteraksi secara rutin. Jika sudah seperti itu, lambat laun kita menjadi akrab, bukan? Jadi yang perlu kita lakukan adalah menemukan sisi nyaman kita dalam membaca. Apakah itu sambil menunggu bus, sebelum tidur, atau justru ketika sedang nongkrong di cafe.

4. Anggap sebagai sahabat
Nah, inilah puncak dari perkenalan, yaitu bersahabat. Setelah melalui langkah-langkah sebelumnya, saatnya kita menjadikan kebiasaan ini sebagai sahabat yang:

-tanpa ada dia, kita menjadi hampa
-kita senantiasa senang saat berinteraksi dengannya
-kita merasa sangat membutuhkannya

Nah, apa jadinya jika kita bisa menganggap kebiasaan membaca sebagai sahabat? Tentunya hidup kita bisa jadi jauh lebih baik yaa.

Bagaimana? Semoga semakin tercerahkan lagi yaa, untuk membaca. Jadi, ingin menjadi penulis yang bergenre apa pun, kita harus tetap rajin membaca. Karena untuk menjadi penulis yang baik, kita harus bisa menjadi pembaca yang baik.

Tanya-jawab

PERTANYAAN 1: Bagaimana mengatasi kebosanan dalam membaca? Dan bagaimana cara merefresh pikiran ketika menemukan kebuntuan dalam menulis suatu cerita?

Jawaban:
Seperti yang sudah saya paparkan pada materi, kita bisa menjadikan kebiasaan memabca selayaknya sahabat yang: selalu kita butuhkan di berbagai keadaan, kita akan merasa hampa tanpanya, dan senantiasa senang untuk selalu berinteraksi dengannya. Saat merasa bosan, cobalah selingi dengan kegiatan lain sebagai 'penyegar' lalu segeralah untuk melanjutkan bacaan kembali.

Saat ide kita buntu, sama halnya dengan yang tadi, pergilah keluar sejenak untuk mencari inspirasi baru, mungkin juga melakukan kegiatan yang kita sukai, atau justru dengan membaca buku secara random, muudah-mudahan kita akan segera dapat inspirasi baru dalam menulis.

PERTANYAAN 2: Bagaimana cara mengontrol ilmu yang kita baca maupun kita tulis agar tidak terjadi salah paham dalam setiap buku atau ilmu yang kita baca?

Jawaban:
Maksudnya di sini yang salah paham kita atau orang lain? Jika itu kita, maka kita perlu membiasakan diri untuk membaca dengan lebih teliti. Apalagi banyak sekali tuh berita hoax. Dengan memahami betapa bahayanya menyebarkan hal yang tidak benar, mudah-mudahan kita bisa lebih waswas ketika membaca sesuatu. Mungkin itu bisa mengontrol diri kita dari kesalahpahaman terhadap sesuatu.

Jika yang dimaksud adalah orang lain, kita berarti perlu belajar mengenai penyampaian tulisan yang komunikatif. Atau dengan kata lain, kita harus berlatih menuliskan dengan bahasa yang mudah dipahami sehingga tidak terjadi kesalahpahaman. Namun, balik lagi, sebagai penulis fiksi, terutama sajak, puisi, maupun syair, sebenarnya kita perlu membebaskan perspektif pembaca mengenai tulisan kita. Karena semakin pembaca punya imajinasi tersendiri mengenai karya kita, berarti karya kita cukup mumpuni dalam melibatkan pemikiran kritis dari berbagai orang.

PERTANYAAN 3: Untuk penulis yang pemula seperti saya apa aja yang harus di siapkan selain membaca untuk menulis apa yang ingin saya tulis?

Jawaban:
Selain kedua hal tersebut, mungkin kita juga perlu melibatkan indera yang lainnya, misalnya mendengar. Entah itu mendengar pengalaman orang lain, mendengar keluhan orang lain, maupun mendengar kebahagiaan orang lain. Kita juga bisa melibatkan perasaan kita sehingga menjadi lebih peka terhadap lingkungan, sekelompok orang, maupun masalah tertentu. Mudah-mudahan, dengan begitu kita bisa menjadi penulis yang bisa memikat hati pembaca. Karena mungkin saja itu yang pernah mereka pikirkan selama ini, mungkin juga itu yang mereka rasakan. Pada akhirnya, tulisan kita bisa memberi manfaat untuk banyak orang.



Sumber: Laily Adha Intan Putri

Celengan Pengetahuan 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang