Part 7

3.5K 311 23
                                    

Kalau ada typo, tandai ya.

1,04 K🎉🎉

🍭

🍭

🍭

"Lucas Greyson."

Freya bangun dengan nafas yang terengah-engah, ia menyusuri ruangan yang menjadi tempat tidurnya. Dan ternyata ruangan ini adalah kamarnya sendiri. Bukan kamar mewah dengan luas seperti ruang makan di istananya, atau kamar mewah dengan fasilitas yang sangat sempurna.

Freya menghembuskan nafasnya lega. Ternyata benar, kejadian tadi hanya mimpi semata. Namun, ia tetap tak percaya. Mimpi itu terasa seperti nyata, bahkan Freya tak bisa membedakan kenyataan dan mimpi. Freya merasa, ia kini hidup dua dunia yang berbeda, alam mimpi dan kehidupan nyata.

Anehnya saat mimpi tadi, ia tak tahu bibirnya bergerak menyebutkan sebuah nama seseorang. Itu bukan atas keinginannya. Setelah menyebut nama  itu, Freya kembali merasakan sebuah tarikan kuat pada tubuhnya. Hingga ia limbung dan tak sadarkan diri, kini ia bangun sudah ada dikamarnya sendiri.

Hari masih terlalu pagi, masih pukul empat. Freya kembali bersiap-siap, ia membuatkan makanan untuk sarapan keluarga. Hari ini, Freya berencana akan mencari pekerjaan. Ia akan membagi waktunya, beruntung jam belajar dikurangi hingga mencapai pukul dua siang saja, jadi ia bisa membagi waktunya.

Intinya sebelum matahari terbenam ia sudah harus sampai Istana.

Freya sangat amat membutuhkan pekerjaan, ia tak bisa terus menerus hidup seperti ini. Ia ingin hidup damai, meski tanpa seorangpun yang mendapanginya. Freya berjanji, setelah ia sudah lulus sekolah, Freya akan pergi dari Istana ini.

Ia hanya ingin mengakhiri penderitaannya.

.....

Semua pekerjaan untuknya sudah selesai. Keluarganya telah sarapan, ia juga telah membersihkan piring yag kotor. Sekarang, waktu Freya lenggang. Freya mengambil tas kecilnya, tas yang ia buat dari kain perca. Dimasukannya kotak makan bekal dan botol minum, lalu ia beranjak.

"Bi, aku izin keluar," ucap Freya pada Barbara.

"Kemana kau akan pergi?" tanya Barbara dengan juteknya.

Freya menegukkan salivanya kasar, sungguh ia sangat takut ditatap garang oleh Barbara, wanita tua dengan eyeliner tebal. "Aku akan ke hutan. Guru memberikanku tugas observasi." Freya tak berbohong, soal itu. Memang guru memberikan tugas pengamatan, hanya saja Freya sudah menyelsaikan pekerjaan itu beberapa hari lalu.

"Baiklah, sana kau pergi. Ingat jangan membuat kekacauan, aku takkan segan menyuruh para algojo untuk menyiksamu nanti kalau aku mendengar kekacauan yang berasal darimu." Freya mengangguk, memang Freya atas tanggung jawab Barbara. Jika ia membuat masalah, ia akan mendapatkan hukuman begitu juga dengan Barbara.

Oleh karena itu, Barbara sangat membencinya. Bagi Barbara, Freya adalah gadis pembuat masaah dan sumber kesialannya. Bagaiamana tidak, setiap minggunya ada saja kekacauan yang dibuat oleh Freya.

Namun, hanya Freya yang mengetahui bahwa kekacauan itu bukan darinya, tetapi dari Livy. Wanita itu selalu saja mencari celah kesalahannya dan membuatnya mendapatkan hukuman. Contohnya seperti hari kemarin, saat ia disuruh menjilat sepatu Livy hanya karena ia menumpahkan minuman.

"Iya, Bi." Freya langsung keluar dari Istana. Ia tersenyum senang, setidaknya keinginan ia adalah kehidupan damai. Freya memang sudah merencanakan hari ini, ia ingin berlibur sebentar.

IMMORTAL QUEEN #Fantasi 2 (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang