Part 24

3.7K 336 24
                                    

Kalau ada typo, tandai ya.

4,23 K⚡

🍭

🍭

🍭

Promosi 1

"Ayah, Ibu."

"Kau pulang juga akhirnya," ucap Irene, Ibu Livy. Wanita yang terlihat masih muda meski umurnya sudah panjang. Berkulit putih, memiliki bentuk wajah oval dan bibir yang merah. Dia tak seperti terlihat wanita yang berusia 67 tahun, dia terlihat seperti wanita yang berusia 29 tahun. "Setelah mempermalukan keluargamu."

Livy langsung menundukkan wajahnya, tak berani menatap sang ibu yang terlihat sangat marah padanya. Ini bukan salahnya, Livy juga tak ingin diculik oleh mantan kekasihnya lalu dijadikan tumbal.
"Aku diculik, Ibu."

Irene terkekeh pelan. Dia langsung berjalan maju, mendekati keberadaan Livy. "Aku tak butuh penjelasanmu. Karenamu, keluarga kita hampir bangkrut dan karenamu Keluarga Wallace harus dihukum mati." Irene mengelus puncak kepala Livy. Tanpa aba-aba, dia langsung menarik rambut hitam Livy, membuat wanita itu mendongak, menatap sang ibu.

"Semua ini karenamu. Jika saja kau tak berbuat macam-macam kepada seseorang, kita pasti sudah berjaya. Keluarga besar kita hancur dan kita bahkan tak bisa mengambil alih Glass Moonpack." Tangan Irene terangkat, menampar pipi putri satu-satunya itu dengan kuat. Tak peduli dengan wajah sedih Livy, Irene saat ini sangat marah.

Livy memegang pipinya. Kilasan masa lalu yang buruk memasuki pikiran Livy. Dimana dirinya yang terus ditekan orang tuanya untuk menjadi apa yang mereka inginkan. Livy bahkan harus kehilangan masa kecilnya karena orang tuanya selalu memadatkan jadwal Livy untuk berlatih kekuatan.

Livy menggeleng. Dia tak bisa terus seperti ini. Berdiri diam di kaki orang tuanya, diperintahkan untuk melakukan apa pun yang bermanfaat bagi mereka dan merugikan untuk Livy. Sudah cukup orang tuanya membuat Livy harus tersiksa dengan tekanan yang mereka berikan.
ini, Livy ingin bebas.

Kepalanya mendongak. Menatap Irene dengan tajamnya. "Bukankah memang semua ini diawali dengan hal yang tak baik. Anda menyuruh untuk menyingkirkan Freya, sepupuku. Aku sudah melakukan semua yang anda perintahkan. Hingga aku harus kehilangan masa kecilku. Lalu apa yang kalian lakukan selama ini?"
Livy mengetahui bahwa saat ini juga ikut terpancing emosi. Ada rasa gentar dalam dirinya untuk berhenti berucap, tetapi Livy harus melawan rasa itu. Dia tak ingin terlihat lemah di mata orang tuanya lagi. "Kalian hanya menikmati seluruh hasil kerja kerasku saja. Bahkan Istana ini dibangun karena aku yang meminta pada paman Axton."
"Aku memang salah menuruti semua permintaan kalian. Kalian begitu serakah dan egois, jika kalian buta dengan semua kekayaan ini. Lebih baik aku tak menuruti lagi semua yang kalian inginkan." Livy berucap dengan bersungguh-sungguh, membuat kedua orang tuanya langsung terkejut mendengar pernyataan Livy. "Aku tak akan menjadi alat kalian lagi."

"Baiklah jika begitu. Kau pergi dari Istana ini." Ucapan Dominic, membuat Livy mengangguk.
Livy tak menyangka sekalipun bahwa dia akan diusir dari Istana ini. Setelah semua yang diberikannya, ternyata orang tuanya masih tak puas.
"Baik. Aku akan mencari kesenanganku sendiri." Livy menatap kedua orang tuanya dulu. Tak terlihat sedikitpun di wajah kesedihan mereka. Justru kesenangan dan kelegaan yang dapat Livy baca dari ekspresi wajah mereka.

IMMORTAL QUEEN #Fantasi 2 (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang