Part 22

3.4K 338 76
                                    

Kalau ada typo, tandai ya.

3,87 K✨

🍭

🍭

🍭

Hey, bentar lagi mau PO cerita Livy, besok saya posting sinopsisnya, ya.


Perasaan kesal langsung datang. Amarah tersebut dapat tercetak jelas pada wajah putih layaknya tofu, warna merah yang menyebar dari pipi hingga Telinga, hingga wajahnya menjadi seperti buah peach.

Mata yang melotot tersebut menatap tajam pada objek di hadapannya. Tangan kirinya mengepal kuat dan tangan kanannya menunjuk wajah lawannya saat ini. Lawannya tampak terintimidasi dengan semua aura yang dikeluarkan olehnya.

Dalam kemarahan, ia menyeringai melihat lawannya yang mulai tunduk. Rasa khawatir melihat lawannya mulai berani tadi kini menghilang. Dia hanya menunjukan taringnya sebentar, lalu langsung takut saat ia membentaknya.

Wanita itu--- Livy kini masih saja menatap tajam pada lawannya-- Freya. Mereka masih saja diam, Freya juga tak berani membuka suara. Ia takut akan keceplosan seperti tadi, mengatakan sesuatu yang tidak-tidak dan membuat Livy marah lagi.

"Kau berani sekali padaku. Kau hanya budak, taati tuan mu." Livy menurunkan tangannya. Ia ingin sekali menyiksa wanita di depannya ini dengan tangan telanjangnya sendiri. Hanya saja, Livy merasa sangat jijik menyentuh tubuh Freya yang menghitam akibat lumpur sihir yang diberikannya.

"Aku bukan budak. Kalian lah yang membuat diriku seperti ini. Aku adalah putri Istana ini, bukan dirimu. Kau hanya anak pungut." Freya langsung menutup mulutnya saat mengucapkan kalimat tersebut. Ia sangat tak menyangka akan mengatakannya. Meski kalimat tersebut adalah unek-uneknya, tapi ia tetap tak sopan dengan ikut menghina Livy.

"Apa kau bilang..." Emosi Livy yang tadinya mulai rendah kini menaik lagi. Tangannya tak segan-segan menarik rambut Freya hingga dia mendongak ke atas. Tangan satunya lagi digunakan untuk mencakar wajah Freya.

Kuku Livy sangat panjang, khas seorang Dark Elf. Sehingga Freya dapat merasakan kulitnya yang tergores sampai kuku tersebut menyentuh tulang rahangnya.

Tak ada suara miringis dari Freya. Wanita itu tetap diam seraya menunjukan wajah sakit. Freya ingin teriak, hanya saja rasanya pita suara ia rusak saat ini, ia tak bisa membuka suaranya.

Ini sangat aneh, seperti ada yang mengendalikan dirinya saat ini. Freya menjadi berbanding terbalik dari biasanya. Freya akan diam saat ini dihina, sekarang ia akan terus melawan dengan mengungkapkan fakta. Jelas faktanya Livy yang tersudutkan, sehingga wanita itu jadi marah.

Darah segar memenuhi rahang Freya. Livy terus menekan kuku jarinya dan semakin menguatkan tarikan rambut Freya.

Melihat Freya yang tak meringis sedikitpun, membuat Livy kesal. Dia mendorong tubuh Freya dengan kuatnya, hingga tubuh Freya menghantam tembok dengan kerasnya. Sakit di punggung nya semakin berasa, baru saja beberapa hari laku ia dicambuk, luka tersebut belum hilang dan kini diganti dengan luka yang lain.

"Kau sudah berani PADAKU? Kau harusnya tunduk, jangan menatap wajahku. Rasanya, ingin sekali aku colok kedua mata mu." Yang sialnya indah, terus Livy. Ia memang mengagumi mata cantik milik Freya, hanya saja karena Freya memiliki hal tersebut, rasa bencinya pada Freya semakin bertambah.

Ide cantik memasuki otak Livy. Ia akan melakukan hal yang diucapkannya tadi, mencolok mata wanita itu. Bahkan ia bisa mencongkelnya dan mengambil mata indah tersebut menjadi koleksinya. Lagian juga dengan mencongkel mata,tak akan membuat Freya mati, jadi ia memiliki kesempatannya.

IMMORTAL QUEEN #Fantasi 2 (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang