Part 29

3.3K 314 21
                                    


Kalau ada typo, tandai ya.

5,67 K


Hutan ini sangat tepat untuk Freya. Freya ingin sebuah kedamaian, untuk jiwa Felya yang bersemayam pada tubuhnya. Selama tiga bulan ini, mungkin ia akan banyak berbicara pada Felya, agar dia bisa melakukan penyesuaian.

Mungkin, Felya sengaja membuat kekacauan pada Istana agar ia diasingkan, tujuannya tentu ingin membuat Freya menjadi kuat. Freya sendiri tak terlalu percaya bahwa ia akan menjadi wanita kuat seperti Felya. Freya membayangkan jika dia memiliki kekuatan seperti Livy, bisa memberantas siapa saja yang akan menyakitinya nanti.

Tak ada hinaan.

Tak ada penyiksaan.

Sepertinya hidup Freya akan damai nantinya. Mungkin Livy masih mengusiknya, namun tak separah sebelumnya dan tentu saja Freya akan melawannya. Freya jadi senyum sendiri saat pikiran itu memasuki otaknya, hatinya sudah sangat tak sabar ingin memiliki kekuatan lagi.

"Tak perlu banyak mengkhayal Freya."

Khayalan Freya langsung hancur saat ucapan telak itu. Freya mendengus, baru saja ia merasakan sesuatu yang bahagia, namun kini justru Felya menghancurkan. "Kau tak bisa melihat aku bahagia sedikit, Felya?"

"Bukan begitu. Kau ini terlalu banyak berkhayal dan jika bayangan kau tak terkabulkan bagaimana? Kau mungkin akan stress. Jangan terlalu banyak berharap Freya, nikmati saja setiap perjuangan ini."

Freya menghembuskan nafasnya kasar mendengar ucapan Felya. Ia memang  tak seharusnya banyak berkhayal saat ini. Ia saja belum melakukan latihannya. Namun berharap sedikit, mungkin tak apa.

Suara burung berkicau, membuat Freya bangkit dari tidurnya. Ia menguap dan meregangkan tubuhnya yang pegal, tidurnya cukup nyenyak tadi malam, meski ada gangguan dalam mimpinya. Dia beranjak, membuka jendela agar oksigen pada pagi hari memasuki rumah sederhana.

Diluar sudah cukup terang. Dengan langit yang bewarna jingga terang, dengan matahari yang masih bersembunyi pada awan. Freya menyiapkan bajunya, seperti hari kemarin, ia akan mandi terlebih dahulu dan mencari persediaan makanan.

Dia berjalan menuju sungai. Tak perlu memberi tanda pada tiap pohon, karena tanda kemarin masuk tercetak jelas. Freya menerbitkan senyumnya kala melihat beberapa hewan yang berlarian, dia sangat menikmati hidup dalam hutan ini.

Freya menjatuhkan kakinya dalam air. Kedua tangannya ia satukan dan menampung air, lalu menyiram wajahnya. Air yang dingin dapat membuatnya sangat segar. Dia menendang kan kakinya, seraya menelisik tiap hutan ini. Dia akan mencari mangsa lagi, mungkin dengan makan ikan bakar tak terlalu buruk. Dia juga membawa kayu runcing untuk membantunya dalam memburu hewan dalam air tersebut.

Freya masuk dalam sungai. Menyelam tubuhnya pada air dingin, membuat pikirannya menjadi tenang.

"Freya, hari ini kita akan memulai latihannya."

Mendengar panggilan dari Felya, Freya langsung mengeluarkan tubuhnya dari sungai. Dia mengeringkan tubuhnya memakai handuk yang telah dibawa. "Iya, aku akan siap-siap."

••••

Freya kini telah siap. Dengan menggunakan kaos panjang, juga celana Yang menutupi hingga mata kakinya. "Aku harus apa saat ini?" tanya Freya.

Untuk sementara tak ada jawaban dari Felya. Freya mengangkat bahunya, saat ia sudah siap saja wanita itu tak menjawab panggilannya. Tadi saja, dia terus mengingatkannya tentang pelatihan fisik yang akan dilakukannya hari ini. Tangannya terangkat mengambil buah-buahan, lebih baik ia mengisi perut terlebih dahulu, agar tenaganya tersedia lebih banyak.

IMMORTAL QUEEN #Fantasi 2 (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang