CHAPTER 10

66K 4.3K 105
                                    

Kaki Nara melangkah menelusuri koridor kelas X. Nara ditugaskan oleh Pak Dirga untuk mengawasi dan mengajari kelas X IPA 3. Guru yang biasanya mengajar mata pelajaran matematika di kelas tersebut tidak masuk karena sakit.

Sesampainya di kelas X IPA 3, Nara langsung mengetuk pintu dan masuk. Begitu dia masuk, para siswa langsung kembali ke tempat duduk mereka masing-masing.

"Eh, Kak Nara ngapain di sini?"

"Ada Kakak bidadari cuy!"

"Kak Nara cantik banget sih."

"Kak, tips jadi cantik dong."

Nara terkekeh mendengar komentar-komentar dari junior-juniornya. "Permisi semuanya, kalian tau kan nama aku siapa?" tanyanya dengan sopan karena sedang menjalankan tugas yang diberikan oleh guru.

"Tau dong, Kak."

"Tau banget, Kak."

"Siapa sih yang nggak tau Kakak."

"Karena kalian sudah tau nama aku, jadi aku nggak perlu perkenalan lagi. Aku di sini karena disuruh wali kelas kalian untuk mengawasi dan mengajari kalian," ucapnya sambil tersenyum.

"Siap sedia! Kalau diajarin sama cewek cantik, pasti seru!" celetuk salah satu siswa berambut ikal yang terkenal suka menggoda banyak gadis.

Siswa itu mendapatkan sorakan dari teman-temannya, sementara Nara hanya terkekeh. Dalam hati, Nara menahan gemas melihat berbagai ekspresi dari adik-adik kelasnya.

"Materi kalian sudah sampai di mana?" tanya Nara.

"Trigonometri dasar, Kak!" sahut salah satu murid berkacamata, mungkin murid paling rajin di kelas ini.

Nara mengangguk dan mulai menjelaskan materi tersebut. Setelah selesai, dia langsung memberikan tugas kepada mereka.

Tanpa mereka sadari, enam cowok sedang memperhatikan dari jendela kelas. Lebih tepatnya, mereka memperhatikan Nara yang sedang menjelaskan materi.

"Nara hebat, ya. Sudah cantik, pintar lagi," ucap Gerry diangguki teman-temannya.

"Kalau ada yang tidak dipahami, langsung tanyakan saja ke aku," ucap Nara.

"Siap, Kak!!" jawab mereka kompak. Nara mengangguk dan duduk di tempat yang biasanya ditempati oleh guru.

Setelah selesai mengajar, Nara keluar dari kelas. Di depan pintu, dia dikejutkan oleh enam laki-laki yang sedang duduk di depan kelas X IPA 3.

"Loh, kalian kok di sini?" tanya Nara sambil menatap mereka.

"Emang gak boleh?" tanya Jeremi.

"Ya, boleh-boleh aja. Yaudah, gue pergi dulu ya," ucap Nara sambil meninggalkan mereka.

"Yah, pergi dia," keluh salah satu dari mereka.

~

Nara memasuki kantin dengan ekspresi datar yang membuat siapa saja enggan menyapanya. Kedua sahabatnya, Jeje dan Adel, mengerinyitkan dahi melihat wajah Nara.

"Lo kenapa?" tanya Jeje saat Nara duduk di hadapan mereka.

"Gak apa-apa," jawab Nara ketus.

Mereka segera memahami dari nada suara Nara bahwa dia sedang PMS. Mereka tidak ingin mengganggu Nara, karena saat Nara marah, bisa sangat berbahaya.

Brakk!

Semua terkejut mendengar suara keras tersebut, bahkan Adel yang sedang makan bakso hampir tersedak.

Nara, yang sudah merasa moodnya semakin hancur karena teriakan seseorang, langsung menatap pelaku dengan tajam.

"Anjing! Lo apaan sih?!" Ujar Adel dengan emosi.

ARGARA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang