Pagi ini, sesuai dengan yang dikatakan Nara, Arga sedang dalam perjalanan menuju rumah Nara. Sesampainya di depan rumah, Arga melihat Nara yang sudah siap dengan pakaian olahraganya. Tanpa ragu, Arga membunyikan klakson motornya.
Mendengar bunyi klakson, Nara segera berjalan keluar menuju gerbang dan melihat Arga yang sedang duduk di atas motor.
"Morning!" sapa Nara.
"Morning," balas Arga sambil tersenyum. "Pagi, Om," sapanya kepada Adam yang sedang mencuci mobil.
"Pagi juga. Nara, jangan lupa beli sarapan ya," kata Adam, mengingatkan.
Nara mengerucutkan bibirnya. "Ayah, kan Nara mau olahraga, masa harus makan sih?"
"Ya gak apa-apa, cuma sarapan doang. Anak gadis harus sarapan, Ayah punya banyak mata yang ngawasin kamu."
Nara mendengus sebal. "Iya, iya!" Dia sudah menaiki motor Arga dan mengenakan helm yang disediakan. "Nara pergi dulu!"
"Hati-hati,"
"Pergi dulu, Om," tambah Arga, sebelum segera melajukan motor menuju tempat yang akan mereka datangi.
Setibanya di tempat tujuan, Nara langsung turun diikuti oleh Arga.
"Ayo!" ajak Nara.
"Kita pemanasan dulu," kata Arga. Nara mengangguk, dan setelah merasa cukup melakukan pemanasan, mereka mulai jogging.
Setelah beberapa putaran, Nara berhenti sambil mengatur napasnya. "Anjir! Capek banget!" ucapnya sambil menunduk, memegang lututnya.
"Baru juga 6 putaran," sahut Arga.
"Lo gak lihat ini lapangan sebesar apa?" Nara berucap sinis, dengan napas yang masih ngos-ngosan.
Arga terkekeh. "Yaudah, kita ke sana," katanya, menunjuk salah satu bangku yang tersedia. Nara pun mengangguk dan mengikuti langkah Arga.
"Beli minum dulu," ucap Arga saat Nara telah duduk di bangku. Nara mengangguk sambil tersenyum.
Arga berjalan menuju warung kecil di dekat lapangan, membeli dua botol air, dan membayarnya. Setelah itu, ia kembali ke tempat Nara.
Arga menyodorkan satu botol air kepada Nara, yang langsung menerimanya dengan senyum. Tanpa ragu, gadis itu meneguk airnya hingga kandas.
"Makasih," ucap Nara, kembali meneguk sisa air di botolnya. Arga hanya mengangguk ringan.
"Mau beli bubur?" tawar Arga, mendapat anggukan setuju dari Nara. Dia tahu, sarapan adalah hal yang tak bisa dilewatkan, apalagi jika tidak ingin Adam mengomelinya saat pulang nanti. "Oke, ayok."
Arga melajukan motornya menuju warung bubur ayam yang biasa ia dan teman-temannya kunjungi sebelum sekolah.
"Eits, bro Arga! Bawa cewek nih, pacar ya?" goda Mang Ujang, pemilik warung yang sudah akrab dengan Arga dan anak-anak Vandalas lainnya.
"Doain aja, Mang," jawab Arga sambil terkekeh, diiringi tawa Mang Ujang. "Mang, biasa ya, dua porsi."
"Asyiap!"
Tak butuh waktu lama, dua mangkuk bubur pesanan mereka sudah siap. Nara menatap bubur ayam di depannya dengan kagum, terpesona oleh hiasan cantik yang dibuat Mang Ujang.
"Keren, kan?" tanya Arga dengan senyum. Nara menatapnya dan mengangguk, baru kali ini dia melihat bubur yang dihias begitu menarik. "Cobain deh."
Tanpa menunggu lebih lama, Nara segera menyuapkan bubur itu ke mulutnya. Sekali lagi, dia berdecak kagum. Bukan hanya tampilannya yang mengesankan, tapi rasanya pun tak kalah luar biasa.

KAMU SEDANG MEMBACA
ARGARA
Fiksi RemajaIni kisah tentang tiga cowok menyukai satu cewek yang sama. (2020)