Extra Chap 3

39.7K 1.9K 91
                                    

14 tahun kemudian

"MOMMY!" panggil Zee, gadis berusia 13 tahun, berlari menghampiri ibunya dengan wajah cemas.

"Yes, honey?" jawab Nara, wanita paruh baya yang tetap memancarkan kecantikan meski hatinya diliputi kegelisahan.

"Are Mommy and Daddy leaving now? And... are you going to leave Zee here?" tanyanya dengan wajah murung, air matanya hampir jatuh.
(Bunda dan Ayah akan pergi sekarang? Dan meninggalkan Zee di sini?)

Nara tersenyum tipis, mengusap lembut pipi putrinya. "Yes, baby, we have to go now. Daddy needs to take care of the company there." Suaranya tenang, meski ada keengganan yang ia sembunyikan.
(Iya, sayang, kami harus pergi sekarang. Ayah harus mengurus perusahaan di sana.)

Zee menghela napas panjang, menunduk, namun Nara segera menambahkan, "But guess what? Vian is coming here on vacation to keep you company!"
(Tapi tebak, Vian akan liburan di sini menemani kamu!)

Wajah Zee langsung cerah, senyum lebarnya terbit. "Really? He's coming?"

Alvian Putra Wiratama, atau biasa dipanggil Vian, adalah anak kedua dari Farrel dan Kila, dan dia selalu bisa membuat Zee merasa nyaman.

"Yes, really. Plus, you have a shooting schedule, don't you?" ujar Nara sambil mengusap lembut kepala Zee.
(Iya, benar. Lagipula, kamu punya jadwal syuting, kan?)

Zee mengangguk semangat. "Okay, Mom! I'll get ready!" katanya cepat sebelum berlari menuju kamar untuk bersiap-siap.

Zeeneta Levione Adijaya, atau akrab dipanggil Zee, adalah anak perempuan satu-satunya dari keluarga Adijaya. Di usia muda, Zee sudah menjadi aktris cilik ternama di Amerika, dan kariernya terus menanjak sejak debut pada usia 8 tahun. Meski sukses, tetap saja ada momen-momen yang membuatnya rapuh—seperti harus berpisah dengan kedua orang tuanya.

~

Di bandara, suasana mulai terasa berat. Zee memeluk erat kedua orang tuanya, air matanya tak dapat lagi dibendung.

"Mommy, don't forget me... hikss..." isaknya dalam pelukan Nara.
(Bunda, jangan lupakan aku... hikss...)

Nara tertawa kecil, meski hatinya ikut tersayat melihat putrinya menangis. Ia mengecup kening Zee dengan penuh kasih. "I won't forget you, baby. Not for a second."
(Aku tidak akan melupakanmu, sayang. Tidak sedetik pun.)

Zee mengusap air matanya yang terus mengalir, sebelum dengan canda berkata, "I'm just scared... what if those three guys there hypnotize you and make you forget all about me?"
(Aku hanya takut... bagaimana kalau ketiga cowok di sana menghipnotismu dan membuatmu melupakan aku?)

Arga yang mendengar, tertawa geli dan menghampiri putrinya. "That's not going to happen, sweetheart. You'll always be in our hearts." Arga kemudian menggendong Zee ala koala, membuat Zee memeluknya erat-erat.
(Itu tidak akan terjadi, sayang. Kamu akan selalu ada di hati kami.)

Zee memejamkan matanya, menikmati momen terakhir sebelum harus berpisah. Ia tahu, ini akan menjadi perpisahan yang panjang.

"Zee!" panggil Ethan, manajernya, memecah kehangatan.

"What?" sahut Zee, suaranya masih tersisa getaran emosi.

"We need to head back now. Your shooting schedule is waiting." Ucap Darel, manajer lainnya, menambahkan. Zee kembali terlihat lesu, menatap kedua orang tuanya dengan tatapan sedih.
(Kita harus kembali sekarang. Jadwal syutingmu sudah menunggu.)

"I'll miss you guys so much," kata Zee dengan suara serak. Dia mengecup pipi Nara dan Arga sebelum melambaikan tangan. "Bye, Dad, Mom. See you in two years..." katanya, air mata kembali mengalir tanpa henti.
(Aku akan sangat merindukan kalian... Dah, Ayah, Bunda. Sampai jumpa dua tahun lagi...)

ARGARA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang