Extra Chap 4

57.5K 1.9K 31
                                    

2 tahun kemudian

"KENZO, RIAN, REY!" Nara berteriak dari ruang tamu.

"YA, BUNDA!" Sahut ketiganya serempak.

"KESINI DULU KALIAN!" Nara memanggil lagi, nadanya tegas, membuat ketiganya bertukar pandang dengan waswas. Apakah Bunda sudah tahu tentang rencana rahasia mereka? Semoga saja tidak.

"Kenapa, Bun?" tanya Rian hati-hati setelah mereka sampai di hadapan Nara.

"Kalian jemput Zee besok," jawab Nara, sambil melirik jam di pergelangan tangannya.

"Oke, Bun!" sahut mereka tanpa banyak tanya.

"Udah, sana! Bunda mau karaokean lagu barunya EXO dulu. Hush hush!" Nara mengibaskan tangan mengusir mereka, membuat ketiganya mendengus dan berjalan pergi. Mereka tahu, ketika Nara mulai karaoke, dia akan sepenuhnya tenggelam dalam "bahasa alien"—istilah yang sering dipakai Arga untuk candaan tentang lirik K-pop yang tidak mereka mengerti.

~

"Hello, honey!" sapa Nara ceria melalui layar ponselnya, memulai video call dengan Zee.

"Hi, Mommy! What are you doing?" tanya Zee, antusias. Nara membalik kameranya, memperlihatkan empat pria yang sedang asyik bermain PS di ruang keluarga.

Terdengar tawa pelan dari seberang. Nara kembali mengarahkan kamera ke wajahnya, "You know what? They've been playing PS all day! Not one of them helped me bake the cake earlier."
(Kau tahu? Mereka seharian main PS! Tidak satu pun membantu Bunda bikin kue.)

"WHAT! They didn't help you? Don't worry, Mom. When I get home, I'll make sure to scold them properly!" ancam Zee, tawa jahatnya terdengar jelas. Keempat pria yang sedang fokus bermain langsung bergidik mendengar ancaman dari layar ponsel.
(Tidak membantu? Tenang aja Bun, nanti aku pulang, aku bakal tegur mereka!)

"Give the phone to Daddy, Mom!" perintah Zee. Nara menyerahkan ponsel itu pada Arga, yang menerimanya dengan wajah penuh ketakutan.

"Hi, baby!" Arga menyapa hati-hati, melihat ekspresi garang putrinya di layar.

"Daddy! You're too old to be playing PS! And you forgot to help Mommy?" Zee menggelengkan kepalanya, tampak kecewa. "Where's my brother?"
(Ayah! Kau sudah tua tapi masih main PS? Kau lupa bantu Bunda?)

Arga buru-buru mengoper ponsel itu ke Kenzo yang duduk di sebelahnya. "Hi, babe!" sapa Kenzo penuh gaya.

"I wasn't looking for you, Dad. I'm looking for Rian!" Kenzo mengerucutkan bibir, lalu mengoper ponsel itu pada Rian.

"Hi, Zee!" Rian tersenyum lebar.

"OMG! I miss you so much!" teriak Zee, senyumnya mengembang lebar. Rian terkekeh sementara Kenzo mendengus kesal.

"Miss you too, babe." jawab Rian.

"Hai, baby Zee! How are you?" Rey ikut menyelipkan kepala ke layar, namun Zee langsung berubah datar. Dia masih ingat betul bagaimana Rey dan Kenzo pernah menghancurkan slime miliknya. Mereka mengubah slime pink favoritnya menjadi coklat jelek.

"What?!" balas Zee, nadanya ketus. "I'll hang up now. I'm going to a friend's house. Bye, guys!" Zee pamit singkat.
(Sudah ya, aku mau ke rumah temanku. Dah semua!)

"Bye!" sahut mereka kompak sebelum panggilan diputus.

~

Di sisi lain, Arga dan Nara sedang bersantai di rumah Rio dan Dania, berkumpul bersama teman-teman lama.

"Zee beneran pulang besok, Ga?" tanya Gerry, penasaran. Arga mengangguk singkat.

"Cantik banget, ya, si Zee sekarang," ujar Ela sambil membayangkan wajah Zee yang semakin anggun.

"Siapa dulu mamanya!" Nara tertawa, dengan cepat menyombongkan diri. Teman-temannya hanya bisa mendengus malas.

"Najis, Nar. Najis!" Adel bercanda, memutar mata.

"Eh, iya! Kok Regan sama Mawar nggak ikut, Nar?" tanya Jeje penasaran.

"Mereka ke Bandung, katanya ada acara keluarga," jawab Nara santai.

Obrolan pun berlanjut, Dania datang membawa beberapa camilan dan minuman. Mereka asyik menikmati waktu bersama, berbincang hingga larut.

~

Sementara itu, di Amerika, Zee sedang makan siang bersama sahabat kecilnya, Aaron Jordan, di sebuah kafe kecil. Persahabatan mereka memang sudah terjalin sejak lama.

"Aaron," panggil Zee sambil mengunyah roti lapis.

"Hm?" Aaron mengangguk tanpa menoleh.

"Let's take a photo!" ajak Zee tiba-tiba.

Aaron mengangguk setuju, meski tanpa antusiasme. Zee membuka aplikasi kamera di ponselnya dan mulai berselfie, tapi langsung mendesah melihat wajah datar Aaron di hasil fotonya.

"Come on, smile a little!" Aaron akhirnya tersenyum, meski kaku. Zee tertawa kecil dan memotret lagi.

Cekrek!

"You know, you're so handsome when you smile," puji Zee sambil tersenyum menggoda. Aaron hanya bisa tersenyum malu.

"And you're beautiful," balas Aaron, membuat Zee tersipu.

"Aww, stop it!" pekik Zee, wajahnya memerah. Aaron hanya tertawa, menikmati momen itu.

~

Keesokan harinya, Zee diantar oleh kedua manajernya ke bandara. Ada perasaan berat meninggalkan Amerika, namun hatinya juga penuh harap untuk pulang ke Indonesia.

"I'll miss both of you!" ucap Zee, suaranya sedikit bergetar. Ethan dan Darel tertawa kecil melihat kesedihan di mata gadis itu.

"Don't worry, Zee. We'll see each other soon. You've got another shooting schedule coming up, remember?" Ethan menenangkannya.
(Jangan khawatir, Zee. Kita akan bertemu lagi. Ingat, kamu ada jadwal syuting lagi nanti.)

Zee mengangguk pelan, lalu melambaikan tangan saat langkah kakinya menuju gerbang keberangkatan.

"Goodbye, America and welcome, Indonesia," gumamnya, sebuah senyum kecil terbit di wajahnya saat ia melangkah masuk ke pesawat, siap untuk kembali ke rumah.

END

ARGARA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang