CHAPTER 44

32.6K 2.1K 66
                                    

"R-Regan?"

"Yes, I'm Regan, baby. Kenapa kaget, hm?" Tanya Regan sambil tertawa pelan.

"Lepasin gue, Regan!"

"Aku lepasin kamu, tapi dengan satu syarat," Regan menyeringai. "You have to come back to me,"

"Dalam mimpimu, bangsat!" Ucap Nara. "Gue gak akan pernah kembali pada laki-laki brengsek seperti lo!" Regan menggeram. Dia mengeluarkan pisau lipat dari sakunya dan mengarahkannya pada pipi Nara.

"Lo mau lukain gue, hah? Haha, Lo lupa kalau cara seperti itu nggak akan mempan ke gue? Silahkan lukain kalau lo mau, gue terima dengan senang hati, malah itu sangat menyenangkan buat gue!" Nara terkekeh, suaranya menantang.

Regan semakin marah, dia lupa bahwa Nara ini selalu melakukan self-harm. Namun, dia tetap menggoreskan pisau ke pipi Nara hingga mengeluarkan darah segar.

Tiba-tiba, seringai muncul di bibir Regan. "Mungkin lo lupa, kalau gue juga seorang... masokis." Bisik Regan tepat di dekat telinga Nara, membuat bulu kuduk Nara berdiri.

Sial!

Regan menaiki kasur dan menindih Nara. Dia menjilat pipi Nara yang berdarah. "Manis!" Ucapnya, mendekatkan wajahnya hingga hidung mereka bersentuhan. Nara dapat mencium napas hangat Regan.

Saat Regan berusaha mencium bibirnya, Nara memiringkan kepalanya ke samping. Regan yang kesal langsung mencengkram pipi Nara, memaksa mereka berhadapan. Dia mendekatkan bibirnya pada bibir Nara, merindukan rasa yang sangat ingin dia rasakan sejak pertama kali berpacaran.

Nara berusaha memberontak ketika Regan mulai melumat bibirnya dengan kasar. Namun sia-sia, tangannya terikat dan tubuhnya terasa sangat lemas. Dia hanya bisa menangis, kelelahan berjuang melawan. Regan tersenyum saat Nara diam. Dia kembali melumat bibir Nara dengan rakus, menggigit lembut.

"Aw!"

Nara terkejut dan mulutnya terbuka, memberi jalan bagi Regan untuk masuk. Regan mulai mengeksplorasi satu per satu gigi Nara. Dia terhenti hanya karena Nara kehabisan oksigen. Dia melepaskan napasnya, menatap wajah Nara yang cantik meski bibirnya bengkak. Regan membelai pipi Nara.

"Kamu milikku, sayang. Gak ada yang bisa milikin kamu selain aku," ucap Regan. Dia mendekatkan bibirnya pada leher Nara dan memberikannya kiss mark, lalu tersenyum melihat hasil karyanya.

Regan mengambil ponselnya dan mulai menghubungi seseorang. "Siapin dua tiket, gue balik Jakarta malam ini. Dan tentu saja membawa calon istri gue."

"..."

Regan langsung memutuskan sambungan teleponnya dan turun dari kasur. "Kamu tunggu di sini, aku mau siap-siap! Kita akan berangkat ke Jakarta malam ini, dan sampai di sana kamu akan menjadi milikku seutuhnya." Regan tersenyum miring.

Setelah kepergian Regan, Nara menangis histeris. Dia terus mengusap bibir dan lehernya dengan kasar. "Bangsat..." ringisnya. Nara menggosok-gosok bibir dan leher bekas ciuman Regan. "Bunda, maafin Nara, Nara gak bisa jaga diri dengan baik."

Di tempat lain, Arga dan yang lainnya sudah berada di vila. Mereka semua panik dengan hilangnya Nara saat di pantai tadi.

"Ara, kamu di mana?" Gumam Arga pelan.

"Nara gak bisa dihubungi," jawab Adel.

"Jer, lacak hp Nara." Felix meminta Jeremi, dan Jeremi segera melacaknya. Dia mendapatkannya dan terkejut melihat keberadaan Nara sekarang.

"Kamu kenapa?" Tanya Nessie saat melihat wajah pacarnya yang berubah.

"Posisi Nara di Jakarta." Tiga kata yang mampu membuat mereka semua menegang.

ARGARA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang