CHAPTER 43

35K 2.1K 62
                                    

Pagi ini, Nara dan kelima gadis lainnya berkumpul di dapur untuk menyiapkan sarapan. Nara sedang menggoreng berbagai makanan, Adel memotong sayuran, Jeje dan Kila fokus membuat makanan penutup, sementara Ela menata piring di meja makan.

Setelah semua siap, mereka memanggil para lelaki untuk turun sarapan. Pertama datang Arga dan Rio, diikuti oleh yang lainnya.

"Wadidaww! Beragam makanan ini mengagumkan! Bisakah kita memakannya langsung? Cacing-cacingku sudah mulai berkelahi di dalam," keluh Gerry.

"Bacot lo, Ger!" sahut Farrel, kesal.

"Silakan dinikmati," ucap Jeje, selesai menata makanan penutup. Dua sosok nakal, siapa lagi kalau bukan Gerry dan Jeremi, langsung menyerbu makanan dengan cepat. Mereka pun menyusul Gerry dan Jeremi untuk menikmati sarapan.

"Kita mau ke mana sekarang?" tanya Nessie saat mereka berkumpul di ruang tengah untuk mendiskusikan rencana selanjutnya.

"Let's go to the beach, how about that?" tanya Nara. Semua mengangguk antusias. "Oke, cepat ganti baju!" perintahnya. Mereka pun kembali ke kamar untuk bersiap-siap. Namun, langkah Nara terhenti ketika Arga menahannya.

"Kamu nggak boleh pakai bikini!" tegas Arga.

"Ish, kenapa sih? Kan mau ke pantai, masa nggak boleh pakai?" Nara cemberut, tampak kesal.

"Aku nggak mau kamu dilihat orang lain." jawab Arga, penuh keyakinan.

"Ah males deh!"

"Pokoknya nggak boleh. Jangan bantah, Ara." Arga berbicara tegas, tidak memberi ruang untuk argumen. Akhirnya, Nara pun menyerah.

Setelah sampai di kamar, Nara bingung melihat wajah teman-temannya yang murung.

"Napa lo pada?" tanyanya.

"Gue nggak dibolehin pakai bikini, njir!" jawab Jeje frustasi.

"Sama gue juga!"

"Gue juga!"

"Lah, gue juga dilarang!" Nara menggeleng, merasa lebih baik.

"Kalian juga, toh! Kasian nasib kita!" Nara mencibir. "Ela, gimana?" tanyanya kepada Ela.

"Gue sih enggak, tapi ikut kalian aja!" jawab Ela, terlihat tenang. Akhirnya mereka memilih outfit lain.

~

"Kuy jalan!" seru Nara saat mereka selesai bersiap.

Arga menatap tajam bahu Nara yang terekspos. "Gak ada baju lain? Kenapa nggak pakai hoodie aja?" suaranya datar. Nara mengenakan celana pendek dan baju sabrina.

"Astaga, Ga! Masa ke pantai pakai hoodie? Kan nggak seru!" Nara kesal. "Kalau kamu masih gitu, mending aku nggak ikut saja!" Nara ngambek.

Arga menghela napasnya dengan kasar. "Yaudah, iya." Nara bersorak senang.

Mereka masuk ke mobil dan menuju pantai. 45 menit kemudian, mereka tiba di tujuan. Di sana sudah sangat ramai.

"Wuaah! Keren banget, njir!" seru Felix. Mereka langsung turun ke air untuk bermain.

Sementara itu, Arga dan Nara? Mereka duduk berdua di pinggir pantai, dengan Nara bersandar di dada bidang Arga, menikmati pemandangan teman-teman mereka yang bermain air.

"Ara?" panggil Arga lembut.

"Iya?"

"Kamu nggak akan tinggalin aku kan?"

"Udah berapa kali kamu nanya begitu? Jawaban aku tetap sama, Ga, aku nggak akan pernah meninggalkanmu," jawab Nara, membuat Arga tersenyum lebar.

"Eh, aku ke toilet bentar, ya. Kebelet pipis," ucap Nara tiba-tiba.

"Aku temenin."

"Eh, nggak usah. Cuma ke toilet bentar, deket juga," tolak Nara. "Tunggu di sini, aku nggak akan lama." Nara berlari menuju toilet.

Saat keluar dari toilet, Nara dikejutkan oleh dua orang lelaki yang mengenakan topeng, berdiri di depannya.

"Siapa kalian?" tanyanya panik.

"Lebih baik lo ikut kita dan jangan banyak omong," salah satu lelaki itu menarik tangan Nara.

"Lepasin!" Nara berusaha meronta, tapi tenaga lelaki itu sangat kuat.

"TOL-" Tiba-tiba, mereka memukul tengkuk Nara, membuatnya tak sadarkan diri. Dalam sekejap, Nara dibawa masuk ke mobil dan dibawa ke suatu tempat.

Di tempat Arga, ia sudah gelisah karena Nara sudah 20 menit di toilet tetapi belum kembali. Akhirnya, ia memutuskan untuk menyusul Nara, namun langkahnya terhenti saat mendengar Farrel bertanya.

"Nara ke mana, Ga?" tanya Farrel.

"Dia ke toilet, tapi belum balik juga sampai sekarang. Makanya, gue mau nyusul dia," jawab Arga, terlihat khawatir. Farrel terkejut, begitupun dengan yang lain, dan mereka semua akhirnya memutuskan untuk menyusul Arga.

"Ara?" panggil Arga.

"Ara, kamu masih di dalam?"

"Mba," Arga memanggil seorang wanita yang keluar dari toilet.

"Ya?"

"Lihat cewek di dalam gak? Pakai topi warna cream sama baju sebatas bahunya?" tanya Arga.

"Gak lihat saya, toilet di dalam hanya satu!" jawab wanita itu sebelum pergi, meninggalkan Arga yang tertegun.

"Gimana, Ga?" tanya Farrel.

"Ara nggak ada di dalam," jawab Arga, dan seketika itu membuat mereka terkejut.

"Masa nggak ada? Coba gue cek," ujar Adel, bergegas mengecek ke dalam toilet. Namun, dia menemukan sebuah liontin yang berisikan foto seorang gadis kecil bersama seorang wanita dewasa dan pria dewasa.

"Ada nggak?" tanya Felix.

"Nggak ada, tapi gue nemuin ini di dalam," ujar Adel sambil menunjukkan liontin yang dipegangnya. Tanpa berpikir panjang, Farrel merebutnya dan berkata, "Ini liontin punya Nara."

~

Di sisi lain, Nara mengerjap-ngerjapkan matanya, berusaha menyesuaikan diri dengan cahaya yang menyilaukan. Ia memeriksa tubuhnya dan menyadari tangannya diikat di ujung kasur. Nara berusaha melepaskan diri, tetapi tenaganya terasa lemah, entah kenapa tubuhnya begitu lemas.

"Gue di mana?" gumamnya pelan. Tiba-tiba, pintu terbuka dan seorang lelaki berperawakan tinggi mendekat ke arahnya. Nara belum bisa melihat wajahnya karena lelaki itu memakai topeng.

"Sudah bangun, sayang?" ucap lelaki itu. Nara membulatkan matanya, terkejut saat lelaki itu membuka topengnya.

Tbc

ARGARA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang