CHAPTER 19

48.8K 2.9K 15
                                    

Pagi ini, Nara tampak sangat ceria. Dia tersenyum sejak bangun tidur dan terus tersenyum saat sarapan. Ryan, yang melihat tingkah Nara, merasa cemas.

"Kak, kenapa senyum-senyum terus? Kesambet setan apa?" tanya Ryan heran.

"Nggak ada apa-apa, Ryan!" jawab Nara sambil tersenyum, lalu melanjutkan sarapannya.

"Eh, Ayah, Bunda, aku berangkat ya!" Nara berkata sambil mencium tangan Adam dan Tiara.

"Hati-hati di jalan, sayang!" Tiara mengingatkan.

"Siap, Bun!" Nara menjawab, kemudian menoleh ke Ryan. "Eh, lo bareng siapa? Ayah atau gue?"

"Bareng Kakak aja!" jawab Ryan cepat.

"Yaudah, ayo!" Nara mengajak Ryan menuju mobil.

~

Sementara itu, Arga dan kelima sahabatnya sedang berjalan menyusuri koridor. Sesekali, Gerry dan Jeremi menggoda siswi kelas 10 dan 11.

"Hei, cantik!" sapa Gerry pada seorang siswi kelas 11.

Siswi itu tidak membalas sapaannya. Gerry memeriksa nametag siswi itu.

"Dinda Maharani," Gerry membaca nametag itu. "Namanya cantik, persis kayak orangnya," katanya dengan nada menggoda.

Namun, Dinda tetap tidak merespons.

"Kamu pendiam ya?" Gerry bertanya.

"Gue bukan tipe yang pendiam, cuma kebetulan gue gak suka lo, makanya gue diem," jawab Dinda dengan tajam.

"Astagfirullah! Cantik-cantik mulutnya pedas!" Gerry mengelus dadanya sabar. Dinda hanya melirik Gerry dengan sinis sebelum meninggalkannya.

"Sabar, Ger! Udah takdir!" kata Felix mencoba menenangkan Gerry.

"Sialan lo!" Gerry mengumpat.

Arga dan yang lainnya meninggalkan Gerry yang masih berkomat-kamit menuju kantin.

"Wey, tungguin gue!" Gerry mengejar sahabat-sahabatnya yang sudah menuju kantin.

Di kantin, Arga melihat kekasihnya bersama kedua sahabatnya sedang duduk sambil tertawa. Ia langsung melangkah ke meja tempat Nara duduk, diikuti kelima sahabatnya, dan duduk di sampingnya.

"Eh, Arga, ngapain di sini?" tanya Nara.

"Emangnya gak boleh?" Arga balik bertanya.

"Boleh sih, tapi... ah, udah lah!" Nara kembali berfokus pada teman-temannya. Tiba-tiba, seorang gadis cantik berhenti di hadapan mereka.

"Adel," panggil gadis itu.

Adel menoleh. "Dania! Sini gabung sama kita!" ucap Adel, dan Dania pun bergabung di samping Adel.

"Oh ya, kenalin. Dania, sepupu gue. Dia baru pindah dari Bandung dan bakal sekolah di sini," kata Adel memperkenalkan Dania.

Mereka memperkenalkam diri satu-satu. Jeremi yang menyadari Rio belum memperkenalkan diri, langsung menyenggol Rio yang sedang asik membaca novel.

Rio menoleh kesal. "Kenapa?" tanyanya sambil tetap fokus pada novelnya.

"Kenalin sana! Ada cewek nih, siapa tau nyantol," kata Jeremi.

"Goblok!" Rio menjawab sambil mendongak dan menatap Dania.

Deg

Mata mereka bertemu. Rio menatap manik mata coklat Dania yang menenangkan.

"Ekhem... Hai, gue Dania," ucap Dania membuyarkan lamunan Rio.

"G-gue Rio," jawab Rio gugup.

Shit! Kenapa sih harus gugup segala? batin Rio.

"Ehm, Dan?" panggil Adel.

"Iya?" sahut Dania.

"Lo udah tahu kelas lo di mana?" tanya Adel.

"Di kelas XII IPA 5."

"Wah, sekelas sama Rio dong!" ucap Gerry. Gerry sudah menduga Rio mungkin menyukai Dania, karena dia melihat telinga Rio memerah saat menatap Dania.

"Seru nih, ngeledek Rio!" pikir Gerry sambil menahan tawanya.

"Jadi, Dania bisa duduk bareng Rio! Temanin Rio yang kesepian!" Gerry menggoda. Rio hanya mendengus kesal, tahu Gerry sudah mengetahui perasaannya.

"Yaudah, nanti Rio ajak Dania keliling sekolah!" kata Nara tiba-tiba.

Rio menatap Nara, seolah bertanya 'kenapa harus gue?'. Nara mengerti dan membalas tatapan itu.

"Gue mau rapat OSIS, jadi gak bisa temenin Dania keliling," kata Nara. "Boleh kan, Dan?"

Dania mengangguk. "Boleh!"

Rio pun pasrah. Dia harus bersiap menghadapi jantungnya yang berdegup kencang.

Tbc

ARGARA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang