CHAPTER 1

152K 6.7K 334
                                    

Maap kalau cerita ini sangat cringe, soalnya enih cerita dari 4 taun lalu🥲

———————

Pagi yang cerah, seorang gadis sedang menyusuri koridor sekolah. Gadis itu adalah Kinara Wiratama, yang biasa dipanggil Nara.

Siapa yang tidak kenal Nara? Dengan wajah tirus yang menjadi idaman banyak gadis, tubuhnya yang ideal, rambut coklat panjang, mata coklat, bulu mata lentik, dan bibir pink menggoda, Nara memang menjadi pusat perhatian banyak pria.

Nara memiliki dua sahabat dekat,

Adelina Geraldine, biasa dipanggil Adel. Gadis blasteran Indonesia-Korea ini memiliki kulit seputih susu, rambut coklat, hidung mancung, bibir pink alami, dan wajah yang mirip boneka. Nara sering menyebut Adel sebagai "boneka berjalan."

Jessica Keith, biasa dipanggil Jeje. Cewek yang paling dominan di antara teman-temannya ini sangat pintar dalam semua mata pelajaran dan bahkan pernah mengikuti olimpiade matematika. Jeje memiliki saudara kembar bernama Jeremi Keith.

Sepanjang koridor, Nara selalu membalas sapaan dari murid-murid lain dengan senyum manis yang pasti membuat siapa saja ikut tersenyum.

"Pagi, Del," sapa Nara.

"Nar, udah buat PR fisika?" tanya Adel, langsung mengajukan pertanyaan tanpa membalas sapaan Nara. Nara memutar bola matanya dengan malas, sudah bisa menebak maksud dari pertanyaan Adel.

"Udah. Kalau mau lihat, ini bukunya," jawab Nara sambil menyerahkan bukunya. Adel pun tersenyum lebar.

"Emang deh, lo adalah sahabat yang paling peka!" seru Adel dengan gembira.

Brakk!

Nara dan Adel terkejut, begitu juga seisi kelas. Adel menatap kesal ke arah sumber suara yang tiba-tiba mengganggu.

"Kampret lo, Je! Mau copot aja jantung gue!" gerutu Adel, sementara Nara hanya mengusap dadanya.

"Hehe, maaf-maaf, nyonya," jawab Jeje sambil mengatupkan kedua tangan di atas kepala, berlagak seperti meminta maaf.

"Lo ngerjain apa, Del?" tanya Jeje.

"Fisika," jawab Adel tanpa menoleh.

"Kebiasaan banget, deh, gak ngerjain dari malam."

"Nyelesain drakor dulu gue, Je."

"Drakor terusss," ejek Jeje. "Gue yakin lo lebih sering nonton daripada ngerjain PR. Nih, kalo ada PR tuh langsung dikerjain, jangan dianggurin, susah sendiri kan lo."

Adel hanya tersenyum kikuk, sementara Nara menahan tawa. "Udah, Je, jangan digangguin terus. Nanti PR-nya malah gak kelar. Lagian, kita semua tahu kok, Adel bakal nyelesein semuanya pas detik-detik terakhir," kata Nara sambil melirik buku fisika di meja Adel.

"Yaudah, sih, iya maaf. Ini untungnya bagi gue diberikan sahabat kayak lo berdua," serunya dengan semangat, sambil tersenyum lebar.

Nara dan Jeje hanya menggelengkan kepala, tapi mereka tidak bisa menahan senyum mendengar ucapan Adel.

"Iya, tapi lain kali, Del, coba deh PR dulu baru drakor."

Adel hanya tertawa kecil. "Iya-iya, gue usahain. Tapi lo tau kan, susah banget buat berhenti kalau udah mulai."

"Kayak yang kita gak tau aja," canda Nara sambil menepuk bahu Adel.

Mereka bertiga tertawa bersama, menikmati momen kebersamaan sebelum bel berbunyi, menandakan awal dari hari penuh tugas dan tantangan lainnya di sekolah. Tepat saat tawa mereka mereda, bel sekolah pun berbunyi, menandakan bahwa pelajaran akan segera dimulai.

ARGARA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang