Setelah acara perpisahan selesai, Nara berjalan sendirian menuju kantin. Kedua sahabatnya sudah lebih dulu tiba di sana, jadi ia pun menyusul dengan langkah sedikit berat.
Nara memasuki kantin dengan wajah yang cemberut, membuat kedua temannya menatapnya dengan kebingungan.
"Kenapa muka lo cemberut gitu? Tadi aja ceria banget habis tampil," tanya Jeje, heran.
"Gak ada apa-apa," jawab Nara singkat dan ketus.
"Jangan ganggu, Je... dia lagi PMS," bisik Adel ke Jeje.
Nara pun menelungkupkan wajahnya di atas lipatan tangan, menggumamkan sesuatu yang tak jelas. Tak lama kemudian, suara isak tangis terdengar, membuat Adel dan Jeje panik.
"Nar, lo nangis?" tanya Jeje cemas.
"Ceritain ke kita, Nar, ada masalah apa?" tambah Adel dengan nada khawatir.
Nara mengangkat kepalanya, menunjukkan matanya yang merah dan basah oleh air mata.
"Perut gue sakit," ucapnya dengan bibir yang bergetar.
"Ya ampun, gue kira ada apa!" kata Jeje kesal, namun tak lama kemudian dia tertawa terbahak-bahak. "Tiba-tiba banget anjeng! HAHAHAHA!" Tawanya yang keras membuat Nara menangis semakin kencang.
"Ih Jeje, stop!"
"Tega banget lo, Je, perut gue sakit banget nih," tangis Nara semakin deras.
"Udah-udah, jangan nangis," kata Arga tiba-tiba, datang dari arah belakang dan menyodorkan sebatang cokelat ke Nara.
Nara buru-buru menyeka air matanya dan mencoba menetralkan ekspresinya. Ia tidak menyangka Arga akan menghampirinya di saat seperti ini. Sungguh memalukan!
"Nggak ada yang nangis!" sangkal Nara, meski jelas sekali matanya masih basah. Adel dan Jeje hanya menggeleng pelan, sedikit mendengus.
Arga, yang sedari tadi hanya mengamati, tersenyum kecil sambil mengulurkan cokelat ke arah Nara, lagi.
"Buat gue?" tanya Nara.
Arga mengangguk. "Iya, buat lo."
"Thanks," jawab Nara singkat.
"My pleasure,"
Nara lalu menyenggol lengan Farrel. "Rel,"
"Hm?" jawab Farrel sambil menoleh.
"Pesenin bakso dong."
"Pesen sendiri aja, gue capek," tolak Farrel tanpa ragu.
"Oh gitu ya? Oke. Jangan harap lo bisa masuk ruangan game gue lagi—"
"Eits! Sabar, sabar. Perut lo kan lagi sakit, biar gue aja yang pesenin. Lo mau bakso, kan? Bakal sampai dalam hitungan detik!" Farrel langsung bergerak memesan, meninggalkan Nara yang mendengus kesal.
"Giliran game aja cepet banget," gumam Nara sambil melipat tangan.
Arga, yang sejak tadi memperhatikan Nara dengan senyum di wajahnya, akhirnya tertawa pelan. Dia tidak bisa menahan pikirannya yang merasa gadis ini sangat menggemaskan.
"Nih, bakso lo," ujar Farrel sambil meletakkan semangkuk bakso di depan Nara. Tanpa basa-basi, Nara langsung menuangkan saus sambal, tak tanggung-tanggung, tujuh sendok penuh.
Tentu saja teman-temannya terkejut melihatnya.
"Anjir, itu sambelnya gak kebanyakan, Nar?" tanya Gerry, matanya membelalak.
"Diem lo," balas Nara tajam.
Gerry langsung terdiam, memilih untuk tidak berkata apa-apa lagi.
"Ger, nggak usah ganggu dia. Bisa bahaya lo nanti," bisik Farrel dengan nada bercanda, mencoba melindungi temannya dari amukan Nara.

KAMU SEDANG MEMBACA
ARGARA
Fiksi RemajaIni kisah tentang tiga cowok menyukai satu cewek yang sama. (2020)