CHAPTER 46

33.7K 2.1K 157
                                    

"Sebenarnya apa maunya Anda?" tanya Arga, saat ini ia berada di taman rumah sakit, berbicara dengan ayahnya melalui telepon.

"Ayah cuma mau bilang kalau acara pertunangan kamu lusa, jadi kamu harus segera bersiap!" ucap Daniel dari seberang.

Tanpa Arga sadari, teman-temannya sedang menguping pembicaraannya.

"Saya sudah bilang, saya tidak akan pernah menyetujui pertunangan itu!" Arga mengungkapkan emosinya.

"Tidak! Kamu harus melaksanakan pertunangan itu. Jika tidak, gadismu akan dalam bahaya!" ancam Daniel.

"Saya tid—"

"Jangan membantah, Arga! Apakah kau ingin gadismu celaka, huh?!"

"Baik, saya akan melakukan pertunangan itu, tapi jangan pernah menyentuh Ara." Arga memutuskan sambungan telepon dan kembali menuju ruangan Nara.

"Pertunangan? Arga mau tunangan sama siapa?" Felix bertanya dengan kaget.

Rahang Farrel mengeras mendengar Arga setuju untuk bertunangan.

"Berarti Arga bakal lepasin Nara dong?"

"Bangsat!" umpat Farrel pelan.

~

Keesokan harinya, Nara sudah kembali ke sekolah. Adam dan Tiara sebenarnya sudah melarang Nara untuk pergi, bahkan Adam menyuruhnya beristirahat, tapi Nara tetap bersikeras.

"Nara, lo baik-baik aja kan?" tanya Adel saat melihat sahabatnya melamun.

Nara tersadar dari lamunannya. "E-eh, iya. Gue nggak apa-apa!" Dia berbohong, padahal pikirannya dipenuhi pesan dari ayah Arga.

"NARA! ADEL! JEJE! KE KANTIN YUK!" teriak Dania, membuat seisi kelas tersentak kaget.

"Anjir Dan, mati kan gue!" Aldi kesal karena gamenya kalah.

"Innalillahi! Semoga kau tenang di alam sana, Aldi." Dania berlagak berdoa, yang hanya membuat Aldi semakin kesal.

"HUUH! Kalo aja lo bukan ceweknya Rio, udah gue kukus lo!" ucap Aldi.

"Berani lo?" tiba-tiba Rio muncul bersama teman-temannya.

"Eh, nggak Yo, becanda aja." Aldi cengir.

"Ayo ke kantin," ajak Arga kepada Nara. Nara mengangguk dan mengikuti langkah Arga. Teman-teman mereka pun mengikuti menuju kantin.

Sesampainya di kantin, Nara membuka suara, "Eh, iya, besok ultah kamu kan, Ga?"

Meja tempat mereka duduk mendadak hening ketika mendengar ucapan Nara.

"Kok diem sih? Arga, kamu kenapa?" tanya Nara, melihat Arga yang terdiam. Arga menggeleng dan berusaha tersenyum.

"Iya."

"Kalau gitu kita rayakan yuk!" ajak Nara semangat.

"Iya." Sekali lagi, Arga hanya membalas dengan singkat. Nara sedikit heran, tapi dia pikir itu memang sifat Arga.

Tiba-tiba, Farrel berdecak, membuat mereka menatap bingung.

"Lo kenapa, Rel?" tanya Nara.

"Hah? Enggak kok!" jawab Farrel, dan Nara hanya mengangguk.

"Gak kerasa tiga minggu lagi kita udah mau lulus ya," ucap Jeje.

"Iya! Kalian mau lanjut di mana?" tanya Dania.

"Gue sih kayaknya mau lanjut di Amerika deh!" sahut Nara, yang langsung membuat Arga menatapnya dengan tatapan tak terartikan.

"Jauh banget," ucap Gerry. Nara hanya terkekeh pelan, meski tidak ada yang lucu.

ARGARA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang